Fokus
Fokus : Gempita Piala Eropa dan Corona Indonesia
Selama dua pekan ini kita disuguhi gelaran Piala Eropa 2020 yang gegap gempita. Bukan hanya pertandingan bertabur bintang
Penulis: muslimah | Editor: Catur waskito Edy
Oleh Muslimah
Wartawan Tribun Jateng
Selama dua pekan ini kita disuguhi gelaran Piala Eropa 2020 yang gegap gempita. Bukan hanya pertandingan bertabur bintang dan persaingan negara raksasa bola yang disorot.
Melainkan juga kemeriahan penonton yang datang langsung ke stadion untuk memberi dukungan pada Timnas kesayangan.
Yang paling bikin heboh adalah laga penyisihan Grup F saat Hungaria menghadapi Prancis di Stadion Puskas Arena, Budapest. Ribuan penonton datang berjejal, tanpa menjaga jarak, dan banyak pula yang tak memakai masker. Narasi yang beredar adalah mungkinkah di Benua Eropa sudah tidak ada lagi virus corona?
Sementara di Indonesia, saat ini warganya seolah kembali ke titik awal perjuangan menghadapi virus yang konon berasal dari Wuhan china.
Data terbaru bahkan menyebut adanya rekor penambahan kasus positif covid-19. Berdasarkan rilis Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada Kamis (24/6/2021), ada penambahan 20.574 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Penambahan ini merupakan rekor tertinggi jumlah kasus harian selama pandemi virus corona. Pada hari yang sama dilaporkan sebanyak 355 kasus kematian, membuat total kematian menjadi 55.949 kasus. Indonesia pun menjadi negara dengan jumlah kasus dan kematian Covid-19 tertinggi di Asia Tengara.
Tentu saja, melihat kemeriahan penonton Piala Eropa membuat hati miris bahkan iri. Benarkah corona di benua itu benar-benar sudah lenyap saat kita masih tertatih berjuang? Juru bicara Satgas Covid-19 RS UNS Solo, dr Tonang Dwi Ardyanto memberikan analisanya. Ia mengatakan capaian vaksinasi di Eropa memang sudah sangat bagus sehingga Herd Immunity mulai terbentuk.
Selain itu untuk datang langsung ke stadion juga harus melewati aturan yang ketat. Diantaranya setiap penonton wajib menunjukkan bukti vaksinasi (seperti kartu dan sertifikat) dan hasil tes PCR negatif. Mereka sangat disiplin dan bekerja keras untuk bisa sampai seperti sekarang. "Kita memang suka melihat akhir tapi jarang melihat proses ya," ujar dr Tonang Dwi Ardiyanto.
Hal serupa terjadi di Wuhan. Beberapa waktu lalu, sekitar 11 ribu calon sarjana menghadiri upacara kelulusan besar-besaran yang diselenggarakan Universitas Wuhan,. Mereka duduk berbaris dan bersebelahan tanpa menggunakan masker dan menjaga jarak. Padahal sebelumnya Wuhan selalu menghiasi pemberitaan saat corona pertama kali menyebar.
Untuk bisa sampai seperti sekarang, ibu kota Provinsi Hubei itu menerapkan isolasi ketat (lockdown). Mulai April 2020, baru Wuhan dibuka secara bertahap. Dalam rangka mempertahankan agar angka penularan Covid-19 tetap rendah, mereka menerapkan pembatasan ketat lokal, sistem karantina, dan vaksinasi massal. Sekali lagi, perlu kedisiplinan dan kerja keras untuk mereka bisa sampai seperti sekarang.
Lonjakan kasus corona di Indonesia kembali terjadi menyusul libur Idul Fitri bulan lalu di mana meski sudah ada aturan larangan mudik, tetapi tetap masih banyak warga yang nekat pulang kampung. Selain itu, warga juga mulai abai menjaga protokol kesehatan terlihat dari banyak yang tidak memakai masker dan berkerumun. Padahal itulah cara yang paling ampuh untuk mencegah persebaran Covid-19.
Semua memang tak sabar untuk bisa kembali seperti sedia kala saat Corona belum ada. Tapi kondisi sudah berubah. Mari kita disiplin menerapkan protokol kesehatan agar Covid-19 di Indonesia segera tertangani. Gempita Piala Eropa atau meriahnya wisuda di Wuhan kita jadikan penyemangat. Suatu saat dengan kedisiplinan itu, kita pun pasti bisa! (*)
Baca juga: Video Persekap Pekalongan Bakal Ikuti Kompetisi Liga 3
Baca juga: Video Bantu Percepatan Vaksinasi, Polres Kudus Sasar Pemohon SIM
Baca juga: Video Toko Legendaris Maganol yang Jual Layang-layang di Semarang
Baca juga: Kunci Jawaban Kelas 3 SD Tema 8 Halaman 151 156, 157, 159 dan 160 Aku Suka Bertualang