Puncak Lonjakan Kasus Covid-19 Diprediksi Akhir Juli, Perlu Edukasi Isolasi Mandiri
saat ini fasilitas layanan kesehatan sudah tidak mampu menampung lonjakan kasus positif. Sehingga, banyak di antara pasien melakukan isolasi mandiri
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman memperkirakan puncak peningkatan kasus covid-19 akan terjadi menjelang akhir Juli 2021. Terlebih saat ini fasilitas layanan kesehatan sudah tidak mampu menampung lonjakan kasus positif.
Sehingga, banyak di antara pasien yang memiliki gejala beragam itu terpaksa mengisolasi diri secara mandiri di rumah.
"Situasi ini masih akan berlanjut sampai mendekati akhir bulan ini sebagai puncaknya. Apalagi kita ini di tengah situasi di mana semakin banyak pasien yang tidak tertangani," ujarnya, kepada Tribunnews, Minggu (4/7).
Menurut dia, angka laporan kasus saat ini yang memang mengalami peningkatan dinilai belum terlalu tinggi, lantaran testing yang dianggap kurang optimal.
Ia pun berharap penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat hingga 20 Juli dapat memaksimalkan upaya testing itu.
"Karena memang sudah sangat banyak ini laporan kasus, (tapi-Red) kita belum menunjukkan peningkatan yang berarti, karena memang testingnya juga 'segitu', belum meningkat. Kami harapkan dari PPKM Darurat itu (testing-Red) bisa 500.000," ujarnya.
Sehingga nantinya, Dicky menyatakan, pemerintah bisa menemukan banyak kasus infeksi baru, kemudian segera ditindaklanjuti melalui upaya isolasi, baik mandiri maupun yang difasilitasi pemerintah. "Dan langsung isolasi/karantina, mau mandiri atau difasilitasi," tukasnya.
Dicky pun menekankan, keterbatasan fasilitas layanan kesehatan akibat lonjakan pasien covid-19 seharusnya menjadi momen yang tepat bagi pemerintah untuk serius mengedukasi masyarakat terkait dengan bagaimana cara mengisolasi diri di rumah.
"Tapi yang jelas, saat ini sudah waktunya memberikan edukasi pada publik bagaimana dan apa yang harus dilakukan kalau isolasi mandiri," tandasnya.
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Tri Yunis Miko Wahyono meminta pemerintah memberikan buku saku pelaksanaan isolasi mandiri kepada setiap RT dan RW.
Menurut dia, mayoritas masyarakat belum mengetahui benar tata laksana pelaksanaan isolasi mandiri bagi pasien bergejala ringan atau OTG.
"Tugas dari Satgas RT/RW itu menurut saya harus dapat instruksi yang benar. Kalau perlu diberikan buku pedoman isolasi mandiri ke RT/RW. Dengan begitu bisa mengisolasikan dengan benar, agar tidak menularkan kepada orang lain," katanya, dalam diskusi daring, akhir pekan lalu.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, Miko menyatakan, meski warga yang terpapar covid-19 telah melapor ke puskesmas, tidak jarang petugas puskesmas tidak melakukan kunjungan ke rumah warga yang sedang melakukan isolasi mandiri.
"Rapid antigen positif, lapor ke puskesmas. Tapi menurut saya itu bersifat pasif, menunggu laporan ada yang dilihat, ada yang tidak," ucapnya.
Miko menyatakan, kini saatnya pemerintah juga meningkatkan pelayanan kesehatan agar kasus dapat segera turun, serta memperkuat surveilance, selain menerapkan kebijakan PPKM Darurat.
"Segala pembatasan yang dilakukan pada PPKM Darurat ini menurut saya cukup efektif dalam menurunkan kasus covid-19, tapi berapa lama? Apakah sampai seminggu? Apakah 2 minggu akan turun? Saya masih ragu, saya masih sangsi, jadi dari apakah kemudian sebulan cukup, 1,5 bulan, ya kita tidak tahu," tukasnya. (Tribunnews/Fitri Wulandari/Rina Ayu Panca Rini)