Berita Yogyakarta
Kala Layanan Kesehatan Hadapi Kondisi Krisis Akibat Lonjakan Kasus Covid-19
Kasus infeksi covid-19 di Indonesia terus mencatatkan rekor penambahan harian, termasuk jumlah kematian yang terus meningkat
TRIBUNJATENG.COM, YOGYAKARTA -- Kasus infeksi covid-19 di Indonesia terus mencatatkan rekor penambahan harian, termasuk jumlah kematian yang terus meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat penambahan 27.233 infeksi baru covid-19 dalam 24 jam terakhir, sehingga membuat jumlah total kasus virus corona di Tanah Air hingga Minggu (4/7), berjumlah 2,28 juta orang.
Sementara, kasus meninggal dunia akibat covid-19 pada Minggu (4/7) kembali mencatatkan angka tertinggi sejak pandemi bergulir pada 2 Maret 2020, yakni 555 kejadian dalam 24 jam terakhir.
Penambahan tersebut membuat total jumlah yang meninggal dunia akibat virus corona mencapai 60.582 orang.
Sejumlah pakar menyebut layanan kesehatan mulai kolaps akibat lonjakan kasus yang terus terjadi dalam beberapa waktu terakhir, Antara lain terlihat dengan banyaknya pasien yang sudah tak tertangani, hingga terjadinya kelangkaan kebutuhan medis, khususnya oksigen.
Kolaps-nya layanan kesehatan itu seperti diungkapkan satu dokter di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Yogyakarta.
"Situasinya mengerikan. Saya tidak pernah mengalami ini selama bekerja di Sardjito. Pasien terus berdatangan, sementara oksigen habis. Presiden harus melihat kenyataan ini. Sekarang kita sudah kolaps,” kata seorang dokter, yang minta namanya tidak disebutkan, dikutip Kompas.com.
Hal itu menanggapi kejadian kematian sebanyak 63 pasien di RS itu dalam kurun waktu 24 jam, diduga disebabkan keterlambatan pasokan oksigen.
Dikutip dari Kompas.com, pasien yang meninggal di RSUP Dr Sardjito pada Sabtu (3/7) hingga Minggu (4/7) dinihari terdiri dari sembilan orang di ruang intensif, 30 orang di bangsal rawat inap, dan 12 orang di instalasi gawat darurat. Mereka merupakan pasien covid-19 yang rata-rata mengalami pemburukan dan butuh pasokan oksigen.
Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan membenarkan adanya 63 pasien yang meninggal di rumah sakit itu. Namun, ia menyebut, jumlah pasien yang meninggal karena krisis stok oksigen sebanyak 33 pasien.
"Jumlah 63 pasien meninggal tersebut adalah akumulasi dari hari Sabtu (3/7) pagi sampai Minggu (4/7) pagi. Sedangkan yang meninggal karena dampak krisis stok oksigen sebanyak 33 pasien," jelasnya.
Pada Sabtu malam, stok oksigen sentral di RSUP Dr Sardjito memang telah sangat menipis. Namun, Banu menyatakan, pada Minggu dini hari tambahan oksigen telah sampai di RSUP Dr Sardjito. Pasokan oksigen itu didatangkan dari Kabupaten Kendal, Jateng.
Terbaru, Direktur Utama RSUP Dr Sardjito, Rukmono Siswishanto, memberikan tanggapan atas kematian 63 pasien covid-19 dalam 24 jam.
"Terkait pemberitaan yang menyebutkan 63 pasien meninggal, dapat kami sampaikan penjelasan bahwa jumlah tersebut akumulasi dari hari sabtu pagi (3/7/2021) sampai minggu pagi (4/7/2021), sedangkan yang meninggal pasca oksigen central habis pukul 20.00, kami sampaikan jumlahnya 33 pasien," ungkapnya, melalui keterangan tertulis yang diterima Tribun Jogja, Minggu (4/7).
Namun, dalam kondisi tersebut, menurutdia, semua pasien yang tidak tersuplai oksigen central, dalam pelayanannya tetap tersuplai menggunakan suplai oksigen tabung. "Salah satunya bantuan dari Polda DIY sejumlah 100 tabung," tambahnya.
Kekurangan oksigen
Sebelumnya, RSUP Dr Sardjito telah melaporkan kekurangan oksigen. Laporan mengenai kekosongan oksigen dan permohonan dukungan itu dikirim Direktur Utama RSUP Sardjito, Rukmono Siswishanto, kepada Menteri Kesehatan, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Gubernur DIY, dan para pihak lain terkait pada Sabtu (3/6) pagi.
Dalam surat nomor SR.04.01/XI.4/26715/2021 itu Rukmono menyebutkan, menipisnya pasokan oksigen karena meningkatnya kasus covid-19 yang ditangani.
”Direktur RSUP Dr Sardjito telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mendapatkan pasokan oksigen dan penyedia ataupun tempat lain, tetapi sampai saat ini masih mengalami kendala dan pasokan oksigen, diperkirakan paling cepat akan datang pada Minggu tanggal 4 Juli 2021 pukul 12.00,” tulis Rukmono.
Padahal, tambah Rukmono, persediaan oksigen sentral di RSUP Dr Sardjito akan mengalami penurunan pada Sabtu (3/6) pukul 16.00, dan persediaan akan habis pada pukul 18.00, sehingga berisiko terhadap keselamatan pasien yang dirawat, baik pasien covid-19 maupun non-covid-19. Rukmono juga menjelaskan, pihaknya sudah berupaya mengantisipasi maksimal dan melakukan penghematan seoptimal mungkin.
Adapun, Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengakui, ketersediaan oksigen untuk pasien covid-19 di Indonesia mulai terbatas, karena lonjakan pasien covid-19 di berbagai RS.
Menurut dia, kebanyakan pasien covid-19 yang datang ke RS berada dalam kondisi bergejala berat-kritis, sehingga membutuhkan oksigen untuk perawatan.
"Terbatas ketersediaannya (oksigen-Red), ini karena kebutuhan yang sangat melonjak untuk pasien covid-19," ucapnya, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (4/7).
Ia menyampaikan, kebutuhan oksigen medis di Indonesia mengalami kenaikan lebih dari enam kali lipat dari biasanya. Dalam keadaan pandemi sebelum lonjakan, kebutuhan oksigen medis di Indonesia berkisar di angka 400 ton/hari. Kini, kebutuhan oksigen medis mencapai 2.500 ton/hari.
"Dari 400 ton (oksigen-Red) per hari menjadi 2.500 ton/hari. Jadi kami minta industri gas dapat meningkatkan produksi oksigen medis dibandingkan penyediaan gas untuk industri. Kami juga sudah meminta kran impor tabung oksigen ditambah," tandasnya.
Nadia memastikan, pemerintah terus mengupayakan dan memonitor ketersediaan oksigen, menyusul adanya laporan dari sejumlah RS terkait dengan stok oksigen. "Kami mengupayakan dan monitor ketersediaaan (oksigen-Red)," ujarnya.
Meski demikian, ia menyebut, ketersediaan pasokan oksigen masih mencukupi, walau pun hal itu tetap harus diwaspadai, mengingat jumlah pasien covid-19 yang meningkat. Selain itu, oksigen juga tidak hanya diberikan kepada pasien covid-19.
"Sampai saat ini mencukupi, tapi kita harus tetap waspada, karena jumlah pasien yang harus ditangani tidak bisa kita prediksi," tukasnya.
Nadia meminta masyarakat untuk tidak menyetok oksigen di rumah, sehingga tidak menimbulkan kelangkaan di lapangan. Ia juga meminta masyarakat tetap disiplin pada protokol kesehatan, agar laju kasus covid-19 dapat ditekan.
Dia menambahkan, kenaikan pasien covid-19 di RS terlihat di daerah-daerah yang menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, terutama di Jabodetabek, Jabar, dan Jateng.
"Yang penting adalah menekan laju penularan di hulu, karena kita harus mengurangi masyarakat yang tertular, jadi taat protokol kesehatan, kurangi mobilitas, dan patuhi PPKM Darurat," tandasnya. Tribunnews/Kompas.com/CNNIndonesia.com)
Baca juga: BERITA LENGKAP : Menkeu Sri Mulyani Pastikan PPKM Drurat Tekan Ekonomi
Baca juga: Pemakaman Harmoko dengan Prosedur Pandemi Covid-19 di TMP Kalibata
Baca juga: Bedanya Indonesia dan Malaysia: Hanya 1 Orang Malaysia Per Rumah Tangga Boleh Keluar Cari Kebutuhan
Baca juga: Penghasilan Putri Anne Istri Arya Saloka Ikatan Melebihi Lulusan S2 atau S3 Berkat Kerja dari rumah