Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Hasil Riset Tema Kearifan Lokal Ditampilkan dalam Bazar Intelektual Psikologi Unika

Bazar Intelektual diadakan dalam rangkaian Dies Natalis ke-37 Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata.

Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: sujarwo
Tribun Jateng/Mamdukh Adi Priyanto
Tangkapan layar Bazar Intelektual Fakultas Psikologi Unika. humas Unika. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - 'Menumbuhkan Tepo Seliro di Sekolah Dalam Masa Pandemi', 'Slametan, Media Transformatif Mewujudkan Kedamaian dan Keadilan di Era Disruptif', 'Jogo Tonggo: From Zero to Hero', merupakan beberapa topik webinar yang dikemas dalam Bazar Intelektual.

Bazar Intelektual diadakan dalam rangkaian Dies Natalis ke-37 Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang.

Webinar menawarkan enam menu webinar dengan topik yang berbeda dilihat dari enam bidang konsentrasi yang dimiliki Fakultas Psikologi. Misalnya, psikologi perkembangan, pendidikan, klinis, industri organisasi, sosial, dan kesehatan.

Ketua Panitia Dies Natalis Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata, Dr Ferdinandus Hindiarto mengatakan, Bazar Intelektual menawarkan topik-topik menarik dari enam bidang konsentrasi.

Lalu juga dibawakan para narasumber dari dosen Fakultas Psikologi yang memiliki dasar kompetensi yang kuat pada bidang ilmunya masing-masing.

"Bazar Intelektual ini bertujuan untuk berbagi pengetahuan dan hasil-hasil riset dengan tema kearifan lokal sebagai kekuatan kolektif menghadapi masa transisi kepada masyarakat melalui webinar," kata Ferdinandus, dalam keterangan tertulis, Kamis (15/7/2021).

Selain itu, pihaknya juga mengemban perutusan untuk dapat mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan bagi semakin baiknya kehidupan manusia.

"Dan wujud nyata dari perutusan itu adalah dengan penyelenggaraan webinar dalam kemasan Bazar Intelektual yang materinya bersifat aplikatif serta sangat dibutuhkan oleh publik," katanya.

Kegiatan webinar intelektual ini pelaksanaannya dibagi dalam enam ruang zoom yang diselenggarakan secara bersama-sama dan simultan.

Narasumber Dr Endang Widyorini dari bidang Psikologi Perkembangan membahas tentang Relasi Keluarga Di Era New Normal.

Ia membeberkan, masing-masing generasi mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, sehingga seringkali melihat tentang suatu hal dari sudut pandang sendiri-sendiri. Oleh karena itu, perlu untuk bisa saling menghargai dan perlu ada tatanan  dalam keluarga.

"Terlebih dalam masa new normal ini banyak stressor (faktor yang membuat stres) yang dialami oleh seorang anak maupun orangtua. Misalnya, stressor yang dialami anak karena pergaulan dengan teman menjadi terbatas, lebih banyak di rumah, sekolah harus daring, dan banyak pegang device," jelasnya.

Sedangkan yang dialami orangtua, kata dia, contohnya adalah harus kerja dari rumah atau work from home (WFH), bersih-bersih rumah, mencuci, memasak dan tugas rumah lainnya, kemudian bertugas sebagai guru, dan penghasilan berkurang.

"Oleh karena itu stressor ini harus bisa dikelola. Karena jika tidak bisa dikelola dengan baik, maka akan menjadikan orang itu depresi dan suka marah-marah. Namun demikian, stressor juga bisa menjadi sesuatu yang menguatkan, baik dalam hal kekuatan mental, maupun religius serta kebiasaan sehat," ucapnya.

Dengan kondisi tersebut, perlu menggunakan kearifan lokal yang bisa dijadikan pedoman atau tatanan. Misalnya, falsafah dari Ki Hajar Dewantara mengenai tiga hal yaitu Ing Ngarsa sung Tuladha (di depan menjadi contoh atau panutan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah menjadi keseimbangan), dan Tut Wuri Handayani (di belakang membuat dorongan atau motivasi).

Orangtua adalah guru yang pertama dan utama, maka yang diajarkan Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu kearifan lokal dalam mendidik anak, diharapkan menjadi solusi yang baik berkaitan dengan komunikasi antara orangtua dengan anak.(*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved