Berita Video
Video Lapak Hewan Kurban Sepi Pembeli Saat PPKM Darurat
Pedagang hewan kurban di Pasar Kambing Kota Semarang pasrah menunggu pembeli yang tak kunjung datang saat PPKM Darurat.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Berikut ini video lapak hewan kurban sepi pembeli saat PPKM Darurat.
Adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat berbarengan dengan jelang perayaan Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah memberikan dampak signifikan bagi sejumlah penjual hewan kurban.
Hal itu di antaranya diakui beberapa penjual hewan kurban di Pasar Kambing jalan Tentara Pelajar, Candisari, Semarang.
Yadi (70), satu penjual musiman tersebut menuturkan, penjualan kambing di lapaknya mengalami penurunan drastis sejak awal buka lima hari lalu.
Menurutnya, telah terlihat penurunan hingga 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Ia memaparkan, pada jumlah hari yang sama sebelumnya ia mampu menjual antara 15 sampai 25 ekor kambing.
Namun ia keluhkan, saat ini baru terjual sebanyak tiga ekor kambing.
"Saya mulai jualan tanggal 12 kemarin, nantinya sampai tanggal 20 juli 2021.
Penjualannya jauh berbeda, turunnya lebih dari 50 persen. Jualan dari tanggal 12 baru terjual tiga kambing," keluh Yadi saat ditemui tribunjateng.com di lapaknya, Jumat (16/7/2021).
Yadi memperkirakan, turunnya penjualan hewan kurban di lapaknya tidak lain sebab adanya pandemi Covid-19 disusul kebijakan PPKM darurat.
Menurutnya, ditutupnya beberapa akses jalan di Kota Semarang hingga pengurangan jam operasional membuat lapaknya sepi pembeli.
Ia menuturkan, tahun-tahun sebelumnya dirinya dan penjual kambing lainnya mampu berjualan 24 jam setiap harinya.
Namun bertepatan dengan PPKM darurat ini, ia hanya mampu berjualan setengah hari.
"Sebelumnya saya jualan bisa sampai malam, sampai pagi. Sekarang pukul 20.00 WIB semua lampu sudah mati. Jadi jam 8 malam itu tidak ada orang beli, orang mau lihat-lihat kambing kan tidak bisa karena lampunya tidak boleh menyala," paparnya.
Yadi menyebutkan, untuk mengantisipasi kerugian sebab sepinya pembeli tersebut, ia mengurangi jumlah kambing yang ia jual.
Menurutnya, tahun-tahun sebelumnya ia mampu menyediakan 75 kambing selama kurang lebih 10 hari berjualan. Namun tahun ini, kata dia, ia hanya menyediakan sekira 40 ekor kambing.
"Sekarang dikurangi, yang penting bisa habis. Biar bisa balik modal, soalnya modalnya pinjam di bank," sebutnya.
Adapun harga kambing, Yadi menambahkan, tahun ini cenderung stagnan dibandingkan tahun sebelumnya.
"Harganya mulai Rp 2,5 juta sampai Rp 5 juta, Rp 6 juta. Itu kalau laku."
"Harganya tetap karena kambingnya ada tapi yang beli masih jarang. Sekarang harus ndomblong (berpangku tangan)," ungkapnya.
Hal senada juga diakui Dai (75) penjualan lainnya. Dai menuturkan, ia yang baru mulai berjualan dua hari ini belum melihat antusiasme membeli hewan kurban di masyarakat.
Disebutkan, sebelumnya dua hari awal berjualan dirinya mampu melepas kurang lebih 20 ekor kambing.
Namun saat ini, ia menyebut kambing di lapaknya baru terjual lima ekor.
"Saya kalau jualan selalu mulai H-5. Dulu bisa jual 20 sampai 25 ekor kambing. Sekarang baru terjual 5 ekor kambing," keluhnya.
Para penjual musiman tersebut berharap mendapat berkah di tengah pandemi ini.
"Biasanya H-2 banyak yang beli. Semoga tahun ini juga sama," tukasnya. (idy)
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :