Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Virus Corona

BERITA LENGKAP : Fenomena Pasien Covid-19 Meninggal Saat Isolasi Mandiri, Ini Kata Dokter

Fenomena kasus kematian pasien covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri yang terus meningkat dan meluas menunjukkan sejumlah indikas

DOKUMENTASI PRIBADI ANDI SUWARNO
Anggota Polisi Sat Samapta Polrestabes Semarang, Aiptu Andi Surwano menggunakan alat seadanya untuk memandikan jenazah terpapar covid 19 di Perum Graha Sendangmulyo Tembalang 

TRIBUNJATENG.COM -- Co-inisiator Lapor Covid-19, Ahmad Arif menyebut, fenomena kasus kematian pasien covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri yang terus meningkat dan meluas menunjukkan sejumlah indikasi.

"Kematian pasien isoman adalah indikator nyata bahwa fasilitas kesehatan sudah kewalahan. Pemerintah kan tidak mau dibilang kolaps, tapi kenyataannya fasilitas kesehatan sudah tidak mampu menampung pasien, sehingga pasien bergejala sedang sampai berat terpaksa harus isolasi mandiri," tuturnya.

"Dia (pasien covi-Red) sudah datang ke rumah sakit dan sudah mencoba cari (perawatan), tapi penuh dan tidak tahan antre akhirnya pulang dan meninggal, atau dalam perjalanan ke beberapa rumah sakit dan meninggal," jelasnya.

Indikasi kedua, Arif menuturkan, pasien-pasien itu tidak menyadari dirinya telah terpapar covid-19 atau baru dites PCR/antigen dalam situasi terlambat. Akibatnya, mereka juga terlambat memperoleh penanganan fasilitas kesehatan, sehingga meninggal di rumah.

Situasi itupun diamini Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban.

Ia menyebut, banyak pasien covid-19 tanpa gejala atau bergejala ringan ternyata sudah menderita pneumonia ketika difoto rontgen toraks, sehingga rentan mengalami pemburukan kesehatan jika tak dirawat.

"Puskesmas juga sudah tidak bisa merujuk, karena (rumah sakit-Red) sudah penuh. Mereka yang minta rujukan (rumah sakit-Red) ke Lapor Covid-19 rata-rata puskesmasnya sudah menyerah tidak bisa merujuk," ucapnya.

"Puskesmas sudah kewalahan juga memantau (pasien isolasi mandiri-Red), karena tenaga-tenaga puskesmas banyak juga yang positif covid-19," tambah Arif.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) DKI Jakarta, Slamet Budiarto menilai, ada sejumlah faktor yang menyebabkan banyak pasien covid-19 meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri.

Faktor paling utama adalah tak adanya dokter yang memantau kondisi pasien setiap harinya.

"Mereka itu bingung mau nanya ke siapa, enggak ada dokter pendampingnya. Kalau di luar negeri itu ada dari dokter yang tiap hari video call memantau kondisi pasien isolasi mandiri," katanya, kepada Kompas.com, Kamis (22/7).

Dengan memantau pasien isolasi mandiri, dia menambahkan, dokter bisa melakukan deteksi dini sebelum terjadinya pemburukan kondisi pada pasien.

Dokter pun bisa memberi penanganan yang tepat seperti memberi obat-obatan atau merujuk pasien ke RS.

"Tapi masalahnya jumlah dokter kita terbatas. Untuk menangani pasien di rumah sakit saja kurang, apalagi untuk memantau yang isolasi mandiri," tandasnya.

Ia menilai, fasilitas telemedicine yang disediakan pemerintah tidak bisa menjadi solusi. Sebab, dengan fasilitas itu, dokter tetap tak bisa mengawasi perkembangan kondisi pasien dari hari ke hari. "Dan tidak semua orang bisa mengakses telemedicine itu," ujarnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved