Berita Internasional

Dokter di Myanmar Sembunyi Ketakutan Diburu Junta Militer, Klinik Bawah Tanah Bantu Pasien Covid-19

Kondisi kudeta dan kekerasan junta militer tersebut kemudian mendesak para dokter bersembunyi untuk menghindari penangkapan.

Tribunnews.com/Ye Aung THU / AFP
Gambar yang diambil pada 14 Juli 2021 ini menunjukkan orang-orang mengantre untuk mengisi tabung oksigen kosong di luar sebuah pabrik di Yangon, Myanmar di tengah lonjakan jumlah kasus virus corona Covid-19. 

TRIBUNJATENG.COM, NAYPIYDAW - Lonjakan kasus Covid-19 melanda Myanmar saat seluruh negeri masih dilanda konflik kudeta militer.

Orang-orang sekarat di rumah karena takut ke rumah sakit.

Di Yangon, kota terbesar Myanmar, sejumlah keluarga pasien Covid-19 menunggu di pabrik oksigen berharap dapat mengisi tabung.

Baca juga: Ini Dia Hend Zaza, Atlet Termuda Olimpiade Tokyo 2021 Asal Suriah, Situasi Perang Jadi Rintangan

Sementara, krematorium dipenuhi pelayat dan peti mati, serta pekerja pemakaman dan sukarelawan dengan pakaian hazmat bekerja tanpa henti untuk mengubur barisan jenazah.

Pada Rabu (21/7/2021), Kementerian Kesehatan yang dikendalikan junta militer melaporkan 6.093 kasus baru Covid-19, sehingga total yang dikonfirmasi menjadi 246.663.

Ada juga 247 kematian yang dilaporkan, dengan jumlah kematian yang dikonfirmasi akibat Covid-19 5.814.

Namun, sejumlah dokter dan sukarelawan mengatakan bahwa sejumlah kasus Covid-19 masih banyak yang tidak dilaporkan.

"Ini hanya puncak gunung es," ujar salah satu dokter yang tidak ingin disebutkan namanya untuk keamanan di tengah negara yang berkonflik.

"Kami melihat kondisi pasien memburuk dan orang-orang meninggal setiap hari," ujarnya seperti yang dilansir dari CNN pada Kamis (22/7/2021).

Joy Singhal, kepala delegasi Myanmar dari Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mengatakan "peningkatan pesat Covid-19 di Myanmar sangat memprihatinkan dan dalam beberapa hari terakhir sekitar sepertiga dari orang yang dites positif."

"Peningkatan kasus ini telah menempatkan seluruh sistem kesehatan di bawah tekanan besar," kata Singhal.

"Kami sangat membutuhkan tingkat pengujian, pelacakan kontak, dan vaksinasi yang lebih besar di semua wilayah negara," ungkapnya.

 
Di Myanmar tidak ada sistem medis atau rencana resmi nasional untuk pandemi Covid-19 yang berfungsi, saat masyarakat juga tidak percaya dengan segala hal yang terkait dengan junta militer yang berkuasa.

Di tengah kondisi carut-marut di Myanmar, para dokter dan kelompok sukarelawan masih terus berusaha untuk membantu mengisi kebutuhan medis.

Orang-orang yang memakai masker menunggu saat peti mati berisi jenazah antre di luar krematorium di pemakaman Yay Way di Yangon, Myanmar, Rabu 14 Juli 2021. (AP)
Orang-orang yang memakai masker menunggu saat peti mati berisi jenazah antre di luar krematorium di pemakaman Yay Way di Yangon, Myanmar, Rabu 14 Juli 2021. (AP) (Kompas.com/Istimewa)
Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved