Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Dokter di Myanmar Sembunyi Ketakutan Diburu Junta Militer, Klinik Bawah Tanah Bantu Pasien Covid-19

Kondisi kudeta dan kekerasan junta militer tersebut kemudian mendesak para dokter bersembunyi untuk menghindari penangkapan.

Tribunnews.com/Ye Aung THU / AFP
Gambar yang diambil pada 14 Juli 2021 ini menunjukkan orang-orang mengantre untuk mengisi tabung oksigen kosong di luar sebuah pabrik di Yangon, Myanmar di tengah lonjakan jumlah kasus virus corona Covid-19. 

Rezim junta militer Myanmar telah meminta para dokter, perawat dan pakar kesehatan lainnya untuk menjadi sukarelawan di rumah sakit umum dan pusat Covid-19 "karena kekurangan tenaga kerja".

Namun, para dokter mengatakan bahwa junta militer tersebut tidak menjamin keselamatan mereka dari tindak kekerasan.

Sehingga, mereka mengaku ketakutan.

Dokter adalah pendorong utama gerakan protes kudeta sejak awal, dan banyak dari mereka ditangkap oleh junta militer karena keterlibatan mereka.

"Ada 240 kasus serangan yang terdokumentasi terhadap fasilitas dan para profesional perawatan kesehatan.

Hingga pekan lalu, lebih dari 500 surat perintah penangkapan yang beredar untuk dokter dan perawat," kata Tom Andrews, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar.

"Anda tidak dapat melawan Covid-19 dan menyerang dokter, perawat serta klinik pada saat bersamaan.

Itu pasti yang membuat situasi buruk menjadi lebih buruk secara eksponensial di Myanmar," tandas Andrews.

Kondisi kudeta dan kekerasan junta militer tersebut kemudian mendesak para dokter bersembunyi untuk menghindari penangkapan.

Mereka kemudian mendirikan jaringan klinik bawah tanah dan layanan tele-konsultasi.

Setiap hari mereka menjawab ratusan permintaan dari pasien yang sakit melalui aplikasi, media sosial, dan platform video, yang berusaha mereka layani.

 
"Kami merawat setidaknya 150 orang per hari.

Lebih dari separuh pasien itu mengeluhkan demam, anosmia, gejala mirip Covid-19," kata dokter yang enggan menyebutkan namanya itu.

"Setengah dari pasien adalah kasus yang parah," ucapnya.

Dokter, yang adalah seorang ahli bedah ortopedi sebelum kudeta, mengatakan kelompok tele-konsultasinya EZ Care merawat lebih dari 1.000 pasien dalam sebulan terakhir.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved