Angka Kematian Naik 80%, Kondisi Pandemi Covid-19 di Afrika memburuk
benua itu menyaksikan peningkatan kematian akibat virus corona yang belum pernah terjadi sebelumnya.
TRIBUNJATENG.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat kondisi pandemi yang memburuk di Afrika, dengan kematian akibat virus corona meningkat pesat selama sebulan terakhir, melonjak hingga 80 persen dalam empat minggu terakhir.
Petugas Pengenalan Vaksin WHO untuk Wilayah Afrika, Phionah Atuhebwe mengatakan, benua itu menyaksikan peningkatan kematian akibat virus corona yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Angka kematian covid-19 telah meningkat di seluruh Afrika, dengan tingkat mingguan tertinggi (sebanyak 6.343 jiwa) hingga saat ini dilaporkan selama seminggu, mulai 19 Juli 2021," katanya.
"Kematian meningkat 89 persen, dari 13.242 menjadi 24.987, dalam 28 hari terakhir, jika dibandingkan dengan statistik selama 28 hari sebelumnya," tambahnya.
Atuhebwe menuturkan, setidaknya 15 negara Afrika saat ini mencatat tren peningkatan kematian mingguan akibat covid-19.
"Ke-15 negara itu adalah Aljazair, Botswana, DRC, Eswatini, Lesotho, Malawi, Mauritania, Mozambik, Rwanda, Senegal, Afrika Selatan, Zimbabwe, Libya, Tunisia, dan Maroko," jelasnya.
Hanya sekitar 1,5 persen dari lebih dari 1 miliar orang Afrika yang telah divaksinasi penuh terhadap covid-19. Sebagian besar benua bergantung pada sumbangan dari skema pembagian vaksin global COVAX, serta sumbangan dari China, India, dan AS.
Tingkat vaksinasi yang lambat di Afrika sebagian besar bergantung pada ketidaksetaraan vaksin global, karena negara-negara kaya di Barat menimbun lebih banyak suntikan covid-19 daripada yang mereka butuhkan.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut, distribusi global vaksin tidak adil, sambil mengungkapkan kekhawatiran bahwa Afrika berisiko lebih tinggi dibanjiri oleh pandemi karena kekurangan vaksin.
WHO bahkan menyerukan moratorium suntikan booster vaksin covid-19 setidaknya hingga akhir September 2021. Melansir Al Jazeera, rencana itu dimaksudkan untuk memungkinkan setidaknya 10 persen dari populasi setiap negara di dunia divaksinasi.
“Saya memahami kepedulian semua pemerintah untuk melindungi rakyatnya dari varian Delta. Tetapi kami tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global dan menggunakan lebih banyak lagi," ucapnya.
Tedros sempat menyatakan, angka kematian pandemi yang memburuk dan tingkat infeksi yang cepat didorong oleh varian Delta yang sangat menular, yang dianggap lebih mematikan daripada jenis virus corona asli.
Menurut dia, varian Delta sejauh ini terdeteksi di setidaknya 132 negara, dan telah meningkatkan infeksi covid-19 secara global sebesar 80 persen dalam empat minggu terakhir. (Kompas.com/CNNIndonesia.com)