Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

HUT RI

Tanpa Sukarni Bisa Jadi Soekarno Tak Proklamirkan Kemerdekaan Indonesia di Tanggal 17 Agustus 1945

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia bisa jadi tidak terlaksana pada tanggal 17 Agustus, jika golongan muda saat itu tidak 'menculik' Soekarno.

Editor: rival al manaf
(Kompaspedia/Kendar Umi Kulsum)
Sukarni(Kompaspedia/Kendar Umi Kulsum) 

TRIBUNJATENG.COM - Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia bisa jadi tidak terlaksana pada tanggal 17 Agustus, jika golongan muda saat itu tidak 'menculik' Soekarno.

Salah satu tokoh yang berkontribusi dalam aksi penculikan itu adalah Sukarni Kartodiwirjo

Ia merupakan pejuang kemerdekaan yang lahir di Blitar, Jawa Timur. 

Sukarni sudah mulai memperjuangan kemerdekaan Indonesia sejak usia 14 tahun.

Baca juga: Jawaban Soeharto saat Soekarno Bertanya: Aku Iki Arep Mbok Apakke?

Baca juga: Sejarah Prank Nasional di Era Presiden Soekarno, Undang Raja dan Ratu Palsu ke Istana, Ternyata PSK

Baca juga: Menyaru Jadi Raja dan Ratu Palsu, Lalu Kelabui Presiden Soekarno, Ternyata Ia Tukang Becak dan PSK

Baca juga: 5 Berita Populer: Tangis Soekarno Sahabatnya Dihukum Mati hingga Siti Otak Perampokan Fortuner

Ia tergabung menjadi anggota Perhimpunan Indonesia Muda pada 1930.

Sukarni juga dikenal sebagai sosok yang pemberani.

Ia terlibat dalam peristiwa Rengasdengklok, di mana ia menculik Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. 

Masa Muda Sukarni lahir pada 14 Juli 1916 di Desa Sumberdiran, Blitar, Jawa Timur. 

Ayahnya adalah Kartodiwiryo, seorang warok yang juga penjagal dan pedagang daging sapi.

Ibunya bernama Supiah. 

Sewaktu kecil, ayahnya memasukkan Sukarno ke sekolah Mardisiswo di Blitar, sekolah rakyat.

Di sekolah ini Sukarni digembleng oleh gurunya bernama Mohammad Anwar.

Arah pendidikan dari sekolah ini adalah anti penjajahan Belanda. 

Setelah itu, Sukarni melanjutkan pendidikannya di HIS (sekolah dasar) di Blitar.

Lulus dari HIS, Sukarno lanjut ke MULO di Blitar.

Sukarni pun melanjutkan sekolahnya sampai di Kweekschool atau sekolah guru dan Volks Universiteit (Universitas Rakyat). 

Kiprah Sukarni dalam gerakan perjuangan kemerdekaan dimulai tahun 1930.

Ia bergabung dalam Indonesia Muda, organisasi kepemudaan Partindo (Partai Indonesia). 

Kemudian Sukarni ditugaskan ke Bandung untuk mengikuti kursus pengaderan.

Salah satu pengadernya adalah Soekarno.

Setelah mengikuti kegiatan pengaderan, ia kembali ke Blitar.

Di sana Sukarni mendirikan organisasi Persatuan Pemuda Kita.

Tahun 1935, Sukarni menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Indonesia Muda.

Pada tahun-tahun berikutnya, Sukarni juga aktif dalam organisasi lain, yaitu Suluh Pemuda Indonesia (SPI) dan Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia (Perpri). 

Pada 1936, penguasa kolonial Belanda menggrebek dan menangkap para aktivis kelompok Indonesia Muda, namun Sukarni berhasil melarikan diri.

Ia menggunakan nama samaran Maidi dan menjadi buronan politik hingga beberapa tahun. 

Tahun 1940, Sukarni ditangkap saat berada di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Ia kemudian dipenjara di Samarinda, Surabaya, dan Jakarta.

Di pengadilan, Sukarni divonis hukuman pembuangan ke Boven Digul.

Namun hukuman tidak dapat dilakukan karena pemerintah Hindia Belanda dikalahkan oleh pasukan Jepang pada Maret 1942.

Pada masa Jepang ini, Sukarni bertemu dengan Tan Malaka.

Sosok Tan Malaka-lah yang membuatnya semakin radikal terhadap perjuangan bangsa.

Pertemuan antara keduanya juga menjadi cikal bakal berdirinya Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba).

Partai Murba dibentuk pada 1948. 

Pada 3 Juni 1945, kelompok muda nasionalis berkumpul untuk membahas mengenai nasib negeri.

Rapat tersebut dihadiri oleh 33 orang dari kelompok pemuda.

Dari rapat tersebut kemudian disepakati terbentuknya panitia yang menyusun anggaran dasar dan rencana perjuangan pergerakan.

Kemudian dibentuklah panitia yang anggotanya tujuh orang, diketuai oleh BM Diah dengan anggota Sukarni, Harsono Tjokroaminoto, Wikana, Chairul Saleh, Supeno, dan Asmara Hadi.

Ketika tersiar berita kekalahan Jepang terhadap Sekutu pada 15 Agustus 1945, para pemuda kemudian menggunakan kesempatan ini untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia.

Namun Soekarno sebagai ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menolak untuk segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia.

Sejak saat itu, timbul ketegangan antara golongan muda dan golongan tua.

Pada 15 Agustus 1945, para pemuda melakukan rapat yang dilakukan Chaerul Saleh di Pegangsaan Timur.

Mereka berusaha mempertegas agar proklamasi kemerdekaan segera dilaksanakan.

Soekarno dan Hatta masih terus menolak. 

Merasa tidak punya jalan keluar, para pemuda kembali berkumpul di Jalan Cikini 71 pada 16 Agustus 1945. 

Mereka pun memutuskan untuk menculik Soekarno-Hatta dari rumahnya.

Keduanya kemudian dibawa ke Rengasdengklok. 

Di sana Soekarno dan Hatta masih terus didesak untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, selambat-lambatnya pada 17 Agustus 1945.

Akhirnya Soekarno-Hatta pun setuju.

Sekembalinya ke Jakarta, segera dirundingkan persiapan kemerdekaan Indonesia.

Mereka menyiapkan teks proklamasi yang disaksikan oleh Sukarni dan panitia PPKI.

Baca juga: TAHUKAH ANDA? Kenapa Soekarno Tak Puasa Ramadan Saat Proklamasi Kemerdekaan? Ini Penyebabnya

Baca juga: Soekarno Lolos dari Pembunuhan Saat Shalat Idul Adha, Sniper Bingung Bayangannya Bergeser-geser

Baca juga: Sejarah saat Presiden Soekarno Menangis, Harus Tandatangani Surat Hukuman Mati untuk Sahabatnya

Setelah teks proklamasi selesai dibuat, Soekarno didukung oleh Hatta mengusulkan agar semua pihak yang hadir menandatangani naskah tersebut.

Namun Sukarni hanya mengusulkan dua nama saja, yaitu Soekarno dan Hatta. 

Keesokan harinya, 17 Agustus 1945, Soekarno pun memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Sukarni wafat pada 7 Mei 1971.

Jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. 

Untuk mengenang setiap jasanya, ia diberi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada 7 November 2014 oleh Presiden Joko Widodo.  (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sukarni Kartodiwirjo: Masa Muda, Peran, Perjuangan"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved