Mbah Bejo Bawa Wayang Semar Kembar, Menjamas Tugu Muda dengan Harapan Pandemi Segera Berakhir

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tradisi spiritual pada malam 1 Suro masih terjaga di Kota Semarang.

Beragam kegiatan di malam peringatan 1 Muharram 1443 itu dilakukan, mulai dari jamasan, pengajian, maupun kungkum. 

Salah satunya yang dilakukan budayawan yang juga dikenal ahli spiritual asal Semarang, Nuryanto alias Mbah Bejo. Pada malam 1 Suro itu Mbah Bejo menjamas atau mencuci Tugu Muda.

Mbah Bejo menjamas Tugu Muda seorang diri dengan doa

harapan pandemi segera berakhir.

Saat prosesi itu, Mbah Bejo membawa peralatan komplit berupa  wayang Semar kembar, bunga setaman, minyam suci, dan keris.

"Wayang Semar kembar ada yang putih, diartikan trisuci (pemilik pengadilan) dan hitam  simbol angkara murka. Wayang kembar diibaratkan Sabdo Palon Noyo Genggong itu gugat. Artinya wong Jowo garek separo, wong monco garek sejodo (orang jawa tinggal separo, orang asing tinggal sepasang)," ujarnya, Senin (9/8/2021) malam.

Menurutnya, dari hasil prediksi di tahun lalu banyak korban yang akan bergelimpangan. Namun di pembukaan tahun baru Jawa saat ini diharapkan bencana akan pergi.

"Saya selalu di Tugu Muda melakukan jamasan karena ini pancernya Kota Semarang," terang Mbah Bejo.

Menurutnya, pada prosesi jamasan itu juga  memecahkan minyak suci. Hal ini dimaksudkan untuk meredakan pagebluk atau pandemi corona.

"Saya juga membawa peralatan komplit pada tahun ini karena saya peduli dengan keadaan berbeda dengan tahun lalu," ujar dia.

Ia berharap pada Tahun Baru 1 Muharram 1443 pagebluk atau pandemi di tingkat nasional, khususnya di Kota Semarang, bisa berakhir. Dia berharap akhir tahun ini bisa menjadi titik terakhir.

"Meski nanti ada hitungan 2-3 atau di tahun ganjil akan ada pembersihan total yang harus hati-hati," tuturnya.

TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :