Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Kisah Parjan Kulonprogo, Meski Mata Buta Tetap Panjat Puluhan Pohon Setiap Hari Demi Sekolah Anak

Tidak banyak yang bisa dilakukan manusia jika kehilangan mata penglihatannya. Namun bagi Parjan Parjan (53), warga Pedukuhan Plampang.

Editor: rival al manaf
(KOMPAS.COM/DANI JULIUS)
Parjan, penderes buta dari Pedukuhan Plampang 3, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Parjan memanjat 40 pohon dalam sehari untuk mengumpulkan 20 liter nira. Kamsih, istrinya, menghasilkan tiga kilogram gula merah. Semua karena dorongan ekonomi dan masa depan kedua anaknya. 

“Seperti hari ini, ya jadinya hanya masak nasi dan goreng tempe saja. Tidak apa prihatin. Ini untuk anak,” kata Kamsih, istri Parjan.

Buta mendadak

Semua terjadi di usia 35 tahun.

Saat itu, anaknya yang kedua baru berusia delapan bulan.

Dokter memvonis Parjan akan mengalami kebutaan permanen.

Pada usia 40, ia benar mengalami kebutaan permanen.

Vonis itu tentu membuat hati hancur.

Namun, kasihnya pada Kamsih dan kedua anaknya begitu besar.

Ia memutuskan tetap bertahan untuk membesarkan kedua anaknya dengan kekuatannya sendiri meski penuh keterbatasan.

Parjan menyadari, hanya keahlian menderes nira yang tersisa.

Sementara itu, keahlian sebagai tukang bangunan telah pupus sejak tak lagi bisa memelihat.

“Sejak itu pendapatan hilang setengah,” katanya.

Parjan semakin menekuni menderes.

Lantas, bagaimana Parjan mampu menaiki puluhan pohon itu?

Ia mengaku mengandalkan ingatannya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved