Liga 1
Alasan Kenapa PSSI Rugi Rp 3,5 Triliun jika Kompetisi Tak Bergulir, Ini Kata Ketum PSSI
Sebelum ada kepastian kompetisi Liga 1 2021-2022 bergulir, Tribunnews sempat mewawancarai secara khusus Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indones
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Sebelum ada kepastian kompetisi Liga 1 2021-2022 bergulir, Tribunnews sempat mewawancarai secara khusus Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Mochamad Iriawan, Kamis (19/lalu).
Pria yang akrab disapa Iwan Bule itu menyampaikan pelaksanaan kompetisi Liga 1 2021-2022 mendapat sinyal positif.
Menurutnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah memberikan surat rekomendasi.
"Kalau kompetisi tidak bergulir kerugian secara ekonomi bisa mencapai Rp 3 triliun sampai Rp 3,5 triliun. Jadi dampaknya ini sangat luar biasa," kata pria yang akrab disapa Iwan Bule ini Kamis (19/8).
Iwan mengatakan pihaknya melakukan rapat koordinasi terkait teknis pelaksanaan Liga 1 yang dipimpin langsung Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali.
"Kompetisi tetap akan bergulir sesuai rencana mulai 27 Agustus 2021 karena BNPB juga memberikan rekomendasi. Kami sampaikan terimakasih," tuturnya.
Pensiunan Polri berpangkat Komisaris Jenderal (Komjen) itu menilai memang bukan hal mudah menyelenggarakan kompetisi di tengah kondisi pandemi.
Sejak menjabat sebagai pimpinan di PSSI kompetisi yang sangat dinanti masyarakat pecinta sepakbola terkatung-katung.
"Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan ini membuat kompetisi tidak bergulir sudah selama 500 hari. Mudah-mudahan tanggal 27 Agustus bisa jalan, kalau kompetisi tidak ada rusaklah semua stakeholder sepakbola," tambah Iwan.
"Perlu saya sampaikan 80 persen pemain tim nasional kita berasal dari desa. Tapi catatan kami dari Kemenko PMK, 896 lapangan sepakbola dari 80 ribu desa. Ini berarti cuma satu persen kurang lebih," imbuh Iwan Bule.
Para pemain timnas dari desa tersebut beragam mulai dari kategori U-18, U-29, U-23 sampai senior. Menurutnya, fakta ini menjadi tantangan untuk mencapai tujuan pembangunan ke depan.
Iwan menegaskan sepakbola bagian dari Sport for Development (S4D) yang tidak hanya fokus pada bidang olahraga."Ada banyak yang kita dapatkan dari sepakbola seperti kerja sama tim, rasa bertanggung jawab personal.
Itu yang dibentuk dalam organisasi sepakbola kemudian berkomunikasi dengan baik antar individu, berperilaku adil jadi tidak egois, dan menyelesaikan konflik secara damai," ucapnya.
Ketersedian lapangan di desa perlu menjadi perhatian bersama apalagi dapat memberi manfaat ekonomi cukup besar.Iwan menambahkan pembangunan sepakbola membutuhkan dukungan sarana dan prasarana.
"Secara garis besar masih banyak sekali kekurangan. Termasuk secara kuantitas yakni pelatih sepakbola yang terbatas bahkan PSSI saja masih belum punya kantor, apalagi lapangan.
Beda dengan AFC lengkap kantor dan lapangannya. Kita belum punya," ujar
Iwan.
Ia menekankan perlunya kolaborasi federasi dengan seluruh pihak stakeholders bersatu membangun pembinaan sepakbola sejak usia dini.
Menurutnya Iwan, PSSI sangat serius menangani sepakbola grassroot dibantu Direktur Teknik Indra Sjafri.
Untuk bidang grassroot, di PSSI terdapat nama Aldi Iqbal Tawakkal.
"PSSI percaya apabila sepak bola di level grassroot ditangani dengan baik, prestasi sepak bola di level atas akan segera diraih," lanjutnya. (tribun network/reynas abdila)
Baca juga: Dari 116,4 Juta Dosis Vaksin Dikirim ke Daerah, Kenapa Terbanyak Vaksin Biofarma dan Moderna?
Baca juga: Peras Kontraktor Proyek Rp 50 Juta, Pria Ini Mengaku Lapar
• Zahra Nur Khaulah Didepak dari JKT48 gara-gara Foto Mesra
Baca juga: Viral Kisah Driver Antar Pesanan Obat Naik Sepeda Ontel Sejauh 15 Kilometer