Berita Viral
Putri Jenderal Korban G30S/PKI Ini 20 Tahun Sembuhkan Trauma di Desa Kecil, Dihantui 1 Pertanyaan
Wanita ini berjuang mengobati luka batin karena memori pembunuhan ayahnya atas peristiwa G30S/PKI
Dituturkan olehnya bahwa ia selalu mengadakan tahlilan di mana ia sedang berada.
"Dan, saya sesuaikan, kalau di sini (di Wisma Indonesia), di Sarajevo (Bosnia-Herzegovina), saya sesuaikan tanggalnya dengan di Jakarta, jamnya juga bersamaan.
Kodam (di Jakarta) membuat tahlilan setelah magrib, di sini jam satu (13.00 waktu Sarajevo)," kata Amelia.
Ia menulis buku tentang ayahnya dan peristiwa G30S/PKI, Amelia menuturkan tujuannya adalah ingin generasi muda belajar dari peristiwa-peristiwa sebelumnya, terutama peristiwa G30S.
"Saya pikir tadinya, anak muda itu banyak yang terkait hal-hal yang negatif. Saya pikir seperti itu.
"Ternyata, banyak sekali pemuda Indonesia, mahasiswa, yang sangat cinta, untuk mengetahui sejarah bangsa sendiri.
"Begitu mereka menghubungi saya lewat Facebook, saya menulis tiap malam, untuk mereka, seperti apa pengorbanan itu.
"Saya salah satu anak Pak Yani, yang mungkin, apa ya, merasakan betul secara hati nurani saya. ketika ibu saya selalu bilang begini, Kenapa bapakmu dibunuh, salah apa dia?
"Setiap hari pembicaraannya itu terus, seperti tidak ada jawaban.
"Dan, kemudian, saya mencari jawaban itu dengan menulis. Saya mulai mewawancarai Pak Nasution (AH Nasution), Pak Sarwo Edhie, Pak Soemitro.
"Semua saya wawancara. Saya tanya, seperti apa ayah saya sebetulnya, lalu kenapa harus dibunuh.
"Di situ saya (juga) mulai membuka agenda bapak saya. Di situ ada beliau mengatakan, "Kenapa saya jadi prajurit?" ungkap Amelia.
Menurutnya, menulis adalah bagian dari rasa cinta tanah air.
"Karena saya patriot, karena saya cinta Tanah Air. Begitu pesan dari orangtua saya itu penting sekali untuk generasi muda.
"Kenapa saya belajar? Untuk jadi apa? Kenapa saya jadi prajurit? Karena saya patriot. Tidak harus jadi prajurit, lho. Tapi, semangat itu ada," kata Amelia.