UMKM

Potensi Pembiayaan UMKM Dinilai Masih Besar, Tapi 69,5% Pelaku Usaha Belum Terima Kredit

Keberhasilan rights issue PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dalam rangka pembentukan holding ultra mikro (UMi)

SHUTTERSTOCK
Ilustrasi 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Keberhasilan rights issue PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dalam rangka pembentukan holding ultra mikro (UMi) membuat perseroan memiliki modal besar dalam menggarap penyaluran kredit ke sektor UMKM.

Dengan berhasil menghimpun rights issue senilai Rp 95,9 triliun, termasuk di dalamnya dalam bentuk non-tunai, yakni seluruh saham Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), akan membuat kemampuan BRI lebih andal dalam melayani UMKM.

BRI akan bisa lebih bersaing di bisnis UMKM dengan tambahan modal jumbo itu. Sementara, Bank Indonesia (BI) sebelumnya mengatakan, potensi pembiayaan UMKM masih sangat besar. Justru yang harus didorong adalah partisipasi bank dalam mendukung sektor tersebut.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Juda Agung mengatakan, aturan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) ditujukan untuk mereformasi kebijakan rasio UMKM yang sudah diterbitkan pada 2015. Aturan ini diharapkan mendorong ekosistem UMKM.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung mengatakan, total pembiayaan UMKM per Juni 2021 baru mencapai Rp 1.135 triliun, atau 20,51% dari total kredit perbankan.

Sementara berdasarkan hasil survei BI, sebanyak 69,5 persen UMKM belum menerima kredit. Dari jumlah itu, sebanyak 43,1 persen sebenarnya membutuhkan kredit atau senilai Rp 1.605 triliun.

Untuk mendorong pembiayaan UMKM inilah BI menerbitkan aturan RPIM. Dengan aturan itu, perbankan yang tidak memiliki keahlian dalam pembiayaan UMKM secara langsung diberi opsi untuk turut serta mendukung UMKM.

"Jadi potensi demand kredit masih sangat besar. Kalau bank tidak memiliki exspertise melakukan pembiayaan langsung ke UMKM, dengan aturan RPIM ini ada opsi lain.

Bank bisa menyalurkan kredit lewat mitra seperti fintech atau membeli surat berharga pembiayaan inklusif (SBPI) yang underlying-nya pembiayaan UMKM," jelasnya, dalam konferensi pers, Jumat (3/9).

Pembiayaan inklusif dalam hal ini yang dimaksud bukan hanya UMKM, tetapi juga korporasi UMKM, dan perorangan berpenghasilan rendah (PBR). Perbankan harus memenuhi RPIM 20 persen per Juni 2022, lalu 25 persen pada Juni 2023, dan 30 persen pada 2024.

Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) berkomitmen akan terus mendukung UMKM. Hingga Juni 2021, BNI telah menyalurkan kredit bagi UMKM sebesar Rp 117 triliun, atau 20,7 persen dari total kredit BNI.

"Sejalan dengan arahan pemerintah untuk mendorong porsi kredit UMKM hingga 30 persen pada 2024, BNI berencana meningkatkan kontribusi kredit UMKM mencapai 22 persen pada 2022, kemudian 25,5 persen pada 2023, dan 30 persen pada 2024," jelas Bambang Setyatmojo, General Manager Divisi Bisnis Usaha Kecil-2 BNI, kepada Kontan.co.id.
Strategi
Untuk mendorong pembiayaan bagi UMKM yang masif dan berkualitas, BNI memiliki beberapa strategi. Pertama, penyaluran kredit akan dilakukan secara klaster untuk mempermudah akses pembiayaan dan monitoringnya.

Kedua, menggarap potensi value chain korporasi BNI yang kuat. Ketiga, berkolaborasi dengan mitra strategis, termasuk e-commerce dan fintech. Keempat, melakukan digitalisasi proses kredit end to end BNI.

"Saat ini beberapa e-commerce maupun fintech yang telah bekerjasama dengan BNI, namun porsi penyaluran kredit melalui mitra itu masih belum dominan. Ke depan kami harapkan semakin banyak mitra yang dapat bekerjasama dengan BNI dalam memajukan UMKM," tandasnya.

Adapun, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatatkan kredit UMKM hingga akhir Agustus 2021 tumbuh positif. Sekretaris Perusahaan BRI, Aestika Oryza Gunarto mengatakan, penopang utama pertumbuhannya masih pada segmen mikro yang mampu tumbuh 15,5 persen yoy.

“BRI optimistis hingga akhir 2021 kinerja kredit UMKM mampu mencatatkan pertumbuhan positif. Beberapa faktor yang mendasari optimisme tersebut di antaranya adalah kondisi pandemi yang kian terkendali, sehingga aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat berangsur pulih,” paparnya, kepada Kontan.

Menurut dia, saat ini BRI telah memiliki sumber pertumbuhan baru seiring dengan terbentuknya Holding Ultra Mikro pada 13 September 2021 lalu. Ia menilai, keberadaan ekosistem ultra mikro dapat meningkatkan pertumbuhan pinjaman ketiga entitas bagi anggota holding, yakni BRI, Pegadaian, dan PNM. (Kontan/Dina Mirayanti Hutauruk)

Baca juga: Ini Penjelasan Petugas Pendamping PKH Gorontalo Seusai Dimarahi Mensos Risma

Baca juga: Hotline Semarang : Apa Benar Muncul Klaster Baru Covid-19 di Sekolah di Kota Semarang

Baca juga: Dhena Devanka dan Jonathan Frizzy Saling Tuduh KDRT

Baca juga: Mensos Risma Minta Maaf Setelah Marahi Pendamping PKH, Gubernur Gorontalo: Sudah Clear

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved