Berita Blora
Desa Megeri di Blora akan Dijadikan Sentra Peternakan Terpadu
Pemerintah Kabupaten Blora berencana membuat peternakan terpadu di Desa Megeri, Kecamatan Kradenan.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, BLORA - Pemerintah Kabupaten Blora berencana membuat peternakan terpadu di Desa Megeri, Kecamatan Kradenan. Untuk mewujudkannya, digandeng Universitas Gadjah Mada (UGM) dan PT Andini Blora Gama Sejahtera (ABGS).
Pada Rabu (6/10/2021), dari UGM dan PT ABGS melakukan kunjungan ke Megeri. Yang hadir yakni Wakil Rektor Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan UGM Djagal Wiseso Marseno, Dekan Fakultas Peternakan UGM, Ali Agus. Kemudian dari PT ABGS, yakni Komisaris Dandung Sri Harminto, Erni Februaria berikut jajarannya.
"Kami menindaklanjuti MoU antara UGM dan Pemda Blora dan PT. ABGS, kami meninjau lokasi yang ada di Desa Megeri, Kecamatan Kradenan. Bersama dengan Wakil Rektor Prof. Djagal, kami meninjau lokasi yang akan dijadikan pilot project percontohan peternakan terpadu," ucap Bupati Blora Arief Rohman.
Baca juga: Ini Kronologi Enzy Storia Dikabarkan Akan Menikah dengan Gading Marten, Dibeberkan Ivan Gunawan
Baca juga: Bobotoh Tuntut Pelatih Persib Bandung Mundur, Robert Rene Alberts: Saya Mengerti
Baca juga: Stefano Pioli Poles Bennacer dan Kessie di AC Milan Hingga Jadri Rebutan Barcelona dan Real Madrid
Dihadapan Wakil Rektor, Bupati menjelaskan bahwa populasi sapi di Blora sangat besar jumlahnya dan sangat potensial untuk dikembangkan. Selain itu mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah peternakan dan pertanian.
"Kalau populasinya menurut data hampir 297 ribu ekor, kalau di Jawa Tengah nomor satu. Dengan jenis sapi PO, Simental, limusin, brahman, ini jenis sapi yang ada di Blora," katanya.
"Ini mayoritas dikandangkan di rumah masing-masing, rata-rata tiap rumah punya 2 sampai 3 ekor, kalau di sini istilahnya Rojo Koyo, dijual ketika untuk nyekolahin anaknya, nikahan, dan kebutuhan mendesak lainnya. Oleh karena itu kami dampingi, kami ingin adanya populasi yang besar ini kita ingin kembangkan secara teknologi dan sebagainya," katanya.
Namun, kata Arief, bahwa sapi dari Blora rata-rata di jual ke luar daerah dalam bentuk sapi utuh dan belum diwujudkan dalam produk turunannya. Padahal, Blora telah memiliki tempat pemotongan hewan atau RPH modern.
Maka kemudian, kerjasama dengan UGM dan PT ABGS menjadi angin segar untuk mewujudkan prototipe peternakan terpadu.
"Di sini harapannya di Megeri ini menjadi prototipe percontohan yang modern, mulai dari pakannya, pengolahan, sampai nanti pemasarannya. Ke depan kami ingin punya pabrik pakan, breeding, penggemukan, RPH, dan pengolahan pasca penggemukan," katanya.
Arief juga berharap dengan kerja sama ini nantinya usaha peternakan sapi dan turunannya secara komprehensif di Blora ini dapat melibatkan masyarakat dan anak-anak muda setempat, sekaligus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Blora.
"Kami mohon kerjasama yang sudah ditandatangani kemarin untuk seperti apa tahapannya, kita siap dengan segenap Pemerintah Kabupaten, kecamatan, hingga desa siap untuk mendukung program kerjasama ini," tandasnya.
Sebagai informasi, bahwa UGM mengelola kawasan hutan dengan tujuan khusus atau KHDTK sekitar 11 ribu hektare yang ada di Blora, dan sekitar 300 hektare diantaranya berada di Desa Megeri. Sehingga dukungan dari pihak UGM akan sangat dibutuhkan dalam memajukan Blora.
Sementara itu, Prof Djagal menjelaskan bahwa harapannya sinergi dengan berbagai stakeholder dapat terus berjalan dengan baik. Pihaknya pun menyatakan kesiapannya dalam mendukung pembangunan di sektor peternakan dan pertanian di Blora.
"Kami bersilaturahmi untuk membangun Blora dengan sinergi stakeholder, yaitu akademisi, bisnis, dan government, sinergi Andini, Blora, dan Gajah Mada," kata Djagal.
Djagal mendorong agar Blora nantinya dapat menjadi one stop service dalam peternakan sapi, sehingga peternak Blora tidak hanya mengekspor sapi ke luar daerah dalam bentuk sapi utuh namun bisa menjadi produk turunannya.