Berita Regional
59 Anak di Garut Diduga Dibaiat NII, Sebut NKRI Tagut dan Tak Mau Sekolah
Sejak mengikuti pengajian tersebut, perilaku anaknya memang sangat berubah menjadi pendiam dan sering mengurung diri di kamar.
Aceng menceritakan, dari keterangan para pihak yang dikumpulkan saat tabayun, aktivitas mereka saat itu hanya pengajian biasa.
Namun, ada beberapa anak yang memang pernah dibaiat oleh salah seorang sesepuh pengajian tersebut di rumahnya.
Sesepuh tersebut mengakui anak-anak dibaiat, namun tidak terkait ajaran-ajaran lain.
“Tapi dia (sesepuh pengajian) enggak tahu kalau (baiat) NII.
Katanya, 'Saya cuma membaiat agar anak-anak itu jangan mabuk atau maksiat', cuma sebatas itu.
Kalau ada ajaran-ajaran lain dia enggak tahu,” kata Aceng.
Aceng menambahkan, dari data yang disampaikan, anak yang menjadi peserta pengajian dan juga sesepuh pengajian, ada sebanyak 59 orang.
Rata-rata usia 15 hingga 20 tahun dan asalnya bukan hanya dari Kecamatan Garut Kota saja, tapi sampai Kecamatan Limbangan dan Cibatu.
Seorang warga berinisial M (49), mengakui bahwa anaknya telah mengikuti pengajian tersebut sejak dua tahun lalu.
Sejak itu, anaknya yang saat ini seharusnya duduk di kelas IX SMP, tidak mau lagi melanjutkan sekolah.
“Alasannya, orang sukses itu enggak sekolah juga bisa, sekolah bukan jaminan sukses,” kata M menirukan ucapan anaknya.
Selain itu, menurut M, sejak mengikuti pengajian tersebut, perilaku anaknya memang sangat berubah, menjadi pendiam dan sering mengurung diri di kamar.
Menurut M, anaknya mengikuti pengajian tersebut dan masuk NII setelah diajak teman dekatnya dan kemudian dibaiat oleh gurunya.
“Baiat hijrah katanya, dari Islam kita seperti biasa, dia bilang Islam kita nih gelap, jadi hijrah ke tempat yang terang.
NII itu, menurut versi mereka, NII itu terang,” kata M.