Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pendidikan

Edukasi Seksual pada Anak Bisa Melalui Animasi, Peneliti: Usia Dini Lebih Tertarik Media Interaktif

Memberikan pendidikan seksual kepada anak sejak dini dinilai bisa melindungi anak dari pelecehan dan kekerasan seksual.

istimewa
Tangkapan layar diseminasi hasil penelitian terkait edukasi seks kepada anak melalui seri animasi anak. 

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Memberikan pendidikan seksual kepada anak sejak dini dinilai bisa melindungi anak dari pelecehan dan kekerasan seksual.

Namun, orangtua kerap bingung bagaimana cara mengajarkannya pada anak serta media yang digunakan untuk mentrasfer pemahaman tentang pendidikan seks.

Tim peneliti dari dosen Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) meneliti tentang efektivitas seri animasi sebagai prevensi atau mengurangi risiko kekerasan seksual pada anak usia dini.

Tim Peneliti terdiri Dr Dini Rakhmawati dana Desi Maulia (dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UPGRIS) serta Febrian Murti Dewanto dari Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknis UPGRIS.

Mereka juga telah menggelar diseminasi hasil penelitian yang dibiayai Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM)/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) skema penelitian unggulan perguruan tinggi secara virtual.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UPGRIS, Dr Seno Warsito mengatakan, penelitian unggulan perguruan tinggi pendidikan seksualitas bagi anak usia dini sangat penting untuk disampaikan kepada masyarakat.

"Angka kejadian kasus kekerasan seksual yang terjadi khususnya pada anak terus meningkat. Anak sebagai korban akan mengalami trauma yang berkepanjangan. Sehingga dengan adanya kegiatan ini diharapkan mampu membuka hati masyarakat lebih sadar terhadap pendidikan seksualitas anak," kata Seno, membuka diseminasi hasil penelitian secara virtual, Jumat (15/10/2021).

Dalam proses belajar, digital native (mereka yang lahir di lingkungan era digital) di usia dini lebih tertarik menggunakan media interaktif yang memanfaatkan perkembangan teknologi, diantaranya pemanfaatan animasi.

Oleh karena itu, proses pembelajaraan menggunakan seri animasi Miko dan Mila dinilai tepat.

Kepala Seksi Bina Ketahanan Keluarga Balita dan Lansia, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Semarang, Maftukah, sebagai pemateri menyatakan, tentang pentingnya pendidikan seksualitas anak usia dini.

"Upaya pengajaran, penyadaran, dan pemberian informasi tentang masalah seksual. Para ahli psikologi menganjurkan agar anak-anak sejak dini hendaknya mulai dikenalkan dengan pendidikan seks," kata Maftukah.

Pendidikan seks yang dimaksud yakni sebagai pendidikan mengenai anatomi organ tubuh yang dapat dilanjutkan pada reproduksi seksual dan akibat-akibatnya. Bukan pada pendidikan yang mendukung anak untuk melakukan hubungan seksual, tetapi menjelaskan fungsi alami seks sebagai bagaimana diri mereka serta konsekuensinya jika disalahgunakan.

Sementara, Zulia Ilmawati yang merupakan psikolog dan pemerhati masalah anak dan remaja membeberkan pokok-pokok pendidikan seks yang bersifat praktis, yang perlu diajarkan kepada anak.

Antara lain, menanamkan rasa malu pada anak. Lalu menanamkan jiwa maskulinitas pada laki-laki dan feminitas pada perempuan.

"Kemudian, memisahkan tempat tidur, mendidik anak agar menjaga alat kelaminnya, mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata, dan terakhir mendidik etika berpakaian," jelasnya.

Kegiatan diikuti 104 peserta secara daring yang terdiri dari Pokja PKK/ Bina Keluarga Balita di Dinas Pengendalian Penduduk Kota Semarang, guru TK dari Ikatan Guru TK Indonesia (IGTKI) Kota Semarang dan kepala sekolah.

Pengawas TK Kecamatan Semarang Selatan Dinas Pendidikan Kota Semarang, Nunik Supriyati, yang juga menjadi pemateri menjelaskan terkait peran guru dan orangtua tentang edukasi pendidikan seks pada anak.

"Berikan pendidikan seksual pada anak sedini dan sesering mungkin. Ajaklah anak berdiskusi secara sederhana dan menyenangkan.Tidak harus mengatur kapan dan di mana diskusi dilakukan, lakukanlah kapan saja ketika situasi mendukung," ucapnya.

Konten diskusi bisa dengan menjelaskan bagian tubuh, itu bisa dilakukan ketika sedang memandikan anak. Lalu menjelaskan perbedaan tubuh wanita dan pria ketika sedang mengganti popok adik, dan lain sebagainya.

Kemudian, lanjutnya, ajarkan anak untuk tidak menyembunyikan apapun dari orangtua apabila ada perlakuan yang tidak pantas diterima, meskipun anak mendapatkan ancaman dari si pelaku.

"Jalin komunikasi yang baik agar anak tidak merasa enggan untuk berbicara dengan orang tua. Jika orang tua memberi rasa aman pada anak, anak akan merasa nyaman untuk bertanya," imbuhnya.(mam)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved