Polda Jateng
Kapolda Jateng Guyonan Bareng Warga di Posko Gempa Bumi Kabupaten Semarang
Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Lutfhi guyonan alias bercanda bareng warga terdampak gempa bumi di Kabupaten Semarang.
Penulis: hermawan Endra | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Gempa swarm yang terjadi 24 kali dalam sehari di Salatiga dan Kabupaten Semarang, mendapat perhatian Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi.
Bersama para pejabat utama, Kapolda mengunjungi Posko Pengungsian Korban Gempa di Kelurahan Pojoksari, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Senin (25/10) siang.
Di lokasi pengungsian itu terdapat 120 warga dewasa dan 80 anak- anak.
Keberadaan mereka bersifat sementara, menunggu perkembangan situasi hingga nantinya kembali ke rumah masing-masing.
Kehadiran Kapolda di lokasi, disambut sejumlah anak-anak yang dengan ceria menyanyikan lagu "selamat datang bapak".
Sempat turut bertepuk tangan bersama anak-anak, Kapolda langsung bercengkrama dengan sejumlah warga pengungsi.
"Warga disini kekurangan apa? Kalau ada apa-apa bisa hubungi Kapolres. Kurang fasilitas apa ya disini? Gimana, enak disini atau di rumah?," kata Kapolda disambut tawa warga.
Guyonan Kapolda itu membuat cair suasana sehingga memancing warga untuk berdialog akrab lebih lama.
Kapolda memberikan motivasi dan penghiburan agar warga bersabar setelah kampungnya terkena gempa swarm.
Sejumlah bahan makanan pokok dan bingkisan turut diberikan Kapolda untuk para warga di tempat pengungsian.
Dalam keterangan pers, Irjen Ahmad Luthfi mengatakan kunjungannya bersama pejabat utama dan Forkompinda kabupaten Semarang adalah untuk mengecek dampak gempa. Dari 8 kecamatan terdapat 3 tempat yang terdampak gempa.
"Kunjungan ini termasuk juga untuk mengecek penerapan prokes. Meskipun di tempat pengungsian, prokes harus tetap dijalankan. Biddokkes Polda bersama TNI dan Pemda akan terus melakukan pemantauan," papar Kapolda.
Untuk kepentingan warga di pengungsian, lanjut Kapolda, dapur umum milik Polri dan TNI sudah disiapkan guna mengantisipasi kejadian susulan.
"Kami berdoa supaya tidak ada gempa susulan," ungkapnya.
Menurut Kapolda, gempa swarm yang terjadi di Kabupaten Semarang dan wilayah tidak berdampak serius pada bangunan fisik. Warga masyarakat hanya sedikit trauma.
"Anak-anak disiapkan tempat untuk bisa kembali bersekolah dan ibu-ibu kita beri pengarahan untuk kesehatan dan pemulihan trauma psikologis," tambah Irjen Ahmad Luthfi.
Berdasarkan data Polres Semarang, gempa swarm yang terjadi berakibat kerusakan minor pada bangunan milik warga dan pemerintah. Sejumlah 96 pasien RSU Ambarawa terpaksa dialihkan setelah gedung tempat mereka dirawat diketahui retak.
Sementara di Kecamatan Jambi terdapat dua bangunan milik warga yang mengalami retak dengan kerugian materiil masing-masing senilai Rp 1 juta. Sedangkan di Kecamatan Banyubiru terdapat satu rumah warga yang retak pada dinding dan lantai dapurnya.
-Bangun Tenda Darurat
Gempa bumi dengan magnitudo M3,0 dirasakan warga di beberapa wilayah di Provinsi Jawa Tengah (Jateng), antara lain pasien yang dirawat di RSUD Ambarawa. Mengantisipasi dampak lanjutan, BPBD Kabupaten Semarang mendirikan tenda darurat untuk pasien di rumah sakit tersebut.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang mendirikan tenda darurat di halaman Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ambarawa. Pantauan sementara pada bangunan tersebut, terdapat retakan pada bagian gedung.
BPBD menginformasikan pasien yang berada di lantai dua dan tiga merasakan guncangan gempa yang terjadi pada Sabtu dini hari (23/10), pukul 00.32 WIB. Tenda darurat ini merupakan tenda transit sebelum mereka dipindahkan sementara ke RS Ungaran.
Pada wilayah lain di Provinsi Jateng, yaitu di Kota Semarang dan Kota Salatiga, pemerintah daerah setempat melakukan pemantauan di lapangan pascagaempa. Informasi sementara dari wilayah tersebut, sejumlah mengungsi sementara di sekitar rumah mereka.
Pusdalops BNPB menerima informasi bahwa warga yang berada di kedua wilayah Jateng itu merasakan guncangan lemah saat gempa magnitudo (M)3,0 terjadi tengah malam.
BPBD Kota Semarang menginformasikan warganya merasakan guncangan lemah dengan durasi 2 hingga 4 detik, sedangkan Dinas Satpol PP Kota Salatiga mencatat guncangan berlangsung 1 hingga 2 detik.
Parameter gempa dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyebutkan gempa terjadi pada Sabtu (23/10), pukul 00.32 WIB. Pusat gempa berada pada 13 km barat laut Kota Salatiga dengan kedalaman 6 km.
BMKG mengidentifikasi kekuatan gempa pada dini hari tersebut, yang diukur dengan skala Modified Mercalli Intensity atau MMI, berada pada I – II MMI di wilayah Ambarawa, Jawa Tengah.
Pascagempa tersebut, Pusdalops BNPB telah melakukan koordinasi dengan BPBD terdampak maupun BPBD Provinsi Jateng. Informasi terdampak akan disampaikan selanjutnya setelah mendapatkan data ataupun informasi yang terkonfirmasi dari pemerintah daerah setempat.
Rangkaian gempa dangkal terpantau 24 kali sejak gempa pertama pada pukul 00.32 WIB, Sabtu (23/10). Gempa susulan terjadi sekali, yaitu pada pukul Pusdalops BNPB mencatat sejumlah gempa dengan magnitudo kurang dari M5,0 terjadi sejak Sabtu pagi.
Analisis inaRISK mengidentifikasi sebanyak 33 wilayah administrasi setingkat kabupaten dan kota berada pada potensi bahaya gempa bumi kategori sedang hingga tinggi. Beberapa wilayah antara lain Kota dan Kabupaten Semarang, Kota Salatiga maupun Ambarawa.
Meskipun magnitudo relatif kecil, masyarakat setempat diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga terhadap potensi dampak guncangan gempa dangkal. Dilihat dari catatan historis, beberapa gempa merusak pernah terjadi di sektiar wilayah utara, seperti gempa yang dirasakan di Salatiga (1872), Kota Semarang (1856), Ambarawa (1866) dan Kudus (1877).
(*)