Opini
OPINI Muhammad Ikhsan Hidayat : Pemuda dan Spirit Pembangunan Karakter
SETIAP tanggal 28 Oktober diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda. Ini merupakan peristiwa bersejarah. Tepatnya 93 tahun yang lalu
Oleh: Muhammad Ikhsan Hidayat
Mahasiswa UIN Walisongo Semarang
SETIAP tanggal 28 Oktober diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda. Ini merupakan peristiwa bersejarah. Tepatnya 93 tahun yang lalu, pemuda Indonesia berhasil merumuskan dan mengikrarkan sumpah persatuan tepatnya pada Kongres Pemuda 27-29 Oktober 1928. Keputusan tersebut berisi cita-cita bersama, yaitu “tanah air satu” “bangsa satu” dan “bahasa satu.” Pada saat itu, para pemuda dari penjuru tanah air bersepakat untuk menyingkirkan perbedaan seperti suku, agama dan bahasa.
Sejarah mencatat bahwa pemuda berperan sebagai tonggak kemerdekaan Indonesia dan turut mendominasi tiap perubahan tata kehidupan. Beberapa peristiwa bersejarah di Indonesia diwarnai oleh pemuda sebagai aktor penting dalam sejarah. Diawali dengan Sumpah Pemuda (1928) yang berhasil memersatukan bangsa, kemudian pada tahun 1945-1948 yakni rangkaian perebutan kemerdekaan dan gerakan reformasi yang berhasil menumbangkan rezim orde baru (1998).
Seiring dengan perkembangan zaman yang begitu cepat, maka diperlukan aktualisasi Sumpah Pemuda. Hal itu tentu bertujuan agar Sumpah Pemuda tetap relevan pada kondisi saat ini. Bukan hal yang mudah dilakukan terutama di era globalisasi. Bangsa Indonesia membutuhkan pemuda yang ideal dan berkarakter, sebab tujuan besar bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan itu dapat tercapai apabila komponen bangsa termasuk pemuda itu berkontribusi baik.
Hayu Adi Darmarastri (2019) mengatakan bahwa, walaupun perjuangan pemuda masa lalu dan masa kini berbeda, akan tetapi mempunyai tujuan sama, yaitu merawat kesatuan dan persatuan Indonesia. Bahwa di tengah zaman yang terus maju, hendaknya pemuda untuk bisa mengikuti perkembangan zaman. Dalam menyikapi keberagaman misalnya, kita dapat belajar dari para pendahulu yang memperjuangkan bangsa dan kebhinekaan.
Cinta Tanah Air
Pada 28 September lalu Kemenpora meresmikan logo dan tema Sumpah Pemuda 2021 di Ponpes Ashiddiqiyah Pusat. Adapun tema Sumpah Pemuda yang diangkat tahun ini yakni Bersatu, Bangkit, dan Tumbuh. Bersatu. Bermakna perlunya persatuan di tengah keberagaman bangsa Indonesia. Bangkit. Bermakna Pemuda Indonesia yang berkomitmen dalam melawan covid-19. Tumbuh. Bermakna pemuda melakukan upaya untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dengan semangat kewirausahaan Pemuda.
Hal tersebut mengingatkan kita bahwa persatuan itu tidak mudah. Setidaknya, butuh 17 tahun lamanya sejak Sumpah Pemuda digaungkan hingga dikumandangkannnya Proklamasi Kemerdekaan (kompas.com/29/10/19). Pemuda harus selalu dijaga, dirawat dan dimaksimalkan potensinya. Dan yang terpenting adalah senantiasa menanamkan keimanan dan ketaqwaan dalam diri masing-masing.
Namun, yang menjadi masalah adalah ketika Sumpah Pemuda tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau memang kita cinta tanah air, tentu kita akan menunjukkan rasa cinta tersebut. Karena begitu besar peran dan kontribusi pemuda yang dikenal sebagai tokoh perubahan. Ben Anderson, seorang tokoh politik menyatakan bahwa sejarah Indonesia ialah sejarah pergerakan kaum muda. Di setiap fase sejarah, kepemimpinan kaum muda adalah motor penggerak perubahan zaman.
Tantangan
Dewasa ini pemuda telah kehilangan jati dirinya, terutama dalam wawasan kebangsaan. Nah, untuk menemukan kembali jati diri bangsa di kalangan pemuda, maka diperlukan re-thinking (pemikiran kembali) dan re-inventing (penemuan kembali). Dengan begitu, pembangunan karakter bangsa bisa berjalan dengan baik. Juga agar suatu bangsa bisa mencerdaskan generasi mudanya demi terciptanya pemuda yang luas wawasannya, produktif, dan punya keahlian yang mumpuni.
Namun disebabkan globalisasi yang tak bisa dihindari, perlahan generasi muda sudah seakan tak peduli dengan negaranya, apalagi memperingati sumpah pemuda. Bahkan kondisi yang memprihatinkan terlihat disaat generasi muda cenderung ke arah negatif dengan melakukan tindak kriminal. Maka perlunya upaya dengan penanaman nilai-nilai yang mengantarkan kepada perubahan.
Jangan sampai semangat para pemuda padam. Tapi harus terus menyala demi mewujudkan Indonesia bangkit. Masing-masing menumbuhkan rasa memiliki dan menjadi bagian dari Bangsa Indonesia agar dapat berkontribusi untuk Indonesia. Perlu aksi dan tindakan nyata dari pemuda untuk melakukan perubahan berarti. Dalam sektor pendidikan misalnya, sebagaimana menurut Theofransus Litaay (2014) ia menyatakan bahwa perubahan itu dimulai dari lembaga pendidikan untuk menjadi garda terdepan dalam menanamkan nilai-nilai kesederhanaan, kejujuran, dan integritas pribadi terutama pada pemuda.
Bukan dengan menyuarakan sesuatu yang dapat menimbulkan perpecahan. Berapa banyak terjadi isu-isu perpecahan yang mengatasnamakan SARA yang justru membuat tak sedikit masyarakat terprovokasi. Tentu bukan itu yang kita harapkan. Perlu disadari bahwa untuk menjadikan bangsa yang bersatu, pemuda harus mengambil peran. Menjaga dan merawat Indonesia dengan penuh rasa persaudaraan. Karena masa depan bangsa berada di tangan pemuda saat ini. Maka banggalah menjadi bagian dari Indonesia! (*)
Baca juga: Chelsea Islan Banjir Ucapan Selamat Dilamar Rob Clinton
Baca juga: Pemerintan Ancam LaboratoriumTidak Patuh Akan Ditutup, Benarkah?
Baca juga: Jahatnya Fitnah! Kedai Bakso Paino Sepi Usai Dituding Taruh Daleman di Panci yang Viral di Medsos
Baca juga: 12 Sekolah di Kota Semarang Belum Gelar PTM Terbatas, Restu Orangtua Jadi Alasan