WAWANCARA

WAWANCARA : Kepala Disporapar Jateng: Buka Destinasi Wisata di Jateng Alon-alon Waton Kelakon

Sinoeng membeberkan kondisi terkini dan harapan ke depan terkait seluk beluk destinasi wisata di Jawa Tengah.

Penulis: m zaenal arifin | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA
Kepala Disporapar Provinsi Jawa Tengah, Sinoeng Noegroho Rachmadi. 

TRIBUN TOPIK kali ini bersama Kepala Disporapar Jawa Tengah, Sinoeng Nugroho Rahmadi. Dipandu host Iswidodo News Manager Tribun Jateng, Sinoeng membeberkan kondisi terkini dan harapan ke depan terkait seluk beluk destinasi wisata di Jawa Tengah.

Video wawancara eksklusif dengan Mas Sinoeng ini tayang di media sosial Tribunjateng, dan kali ini disajikan kepada pembaca koran cetak Tribun Jateng ditranskrip oleh M Zainal Arifin.

Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana kondisi Jawa Tengah saat ini?
Kondisi saat ini memang sudah lebih baik tapi tidak sedang baik-baik saja. Kita perlu ketangguhan untuk waspada. Protokol kesehatan harus ketat dan di manapun kita berada harus tetap aware dalam disiplin protokol kesehatan.

Destinasi wisata di Jawa Tengah sudah buka?

Hampir semuanya sudah buka. Dari 690 destinasi wisata di Jateng, ada sekitar 290 boleh dibuka, termasuk desa wisata. Beberapa destinasi besar yang menjadi ikon, misal Borobudur, Prambanan, Taman Jurug Solo, Karimunjawa, sudah buka.

Tentu pembukaan ini tidak serta merta dalam kapasitas normal. Sebelum dibuka, kita lakukan yang namanya Jogo Plesiran, yaitu simulasi. Ketika tahapan leveling wilayah itu level 4, itu simulasi. Kemudian level 3 juga dimulai, baru level 2, boleh buka.

Ada batasan pengunjung Mas?

Pengunjung kita batasi 25 persen sampai 50 persen, kalau situasinya memungkinkan seperti itu. Tapi yang jelas adalah disesuaikan perbandingan kapasitas ruang dan pengunjung. Yang dibatasi bukan hanya pengunjungnya, tapi juga durasi waktu buka operasional.

Yang biasanya kondisi normal dibuka mulai pukul 09.00 WIB atau 10.00 WIB sampai 17.00 WIB, sekarang pukul 15.00 harus last order. Kemudian, dalam satu Minggu itu tidak full, pengelola bebas memilih. Ada 2 hari untuk pengosongan, untuk sterilisasi atau disinfektanisasi.

Sudah ada evaluasi dari pembukaan destinasi wisata?

Nah itu, dua hari pengosongan itu tak hanya untuk sterilisasi tapi juga evaluasi. Jangan sampai ketika ada persyaratan yang tidak dilakukan. Misalnya pengunjung semuanya sudah divaksin, menggunakan aplikasi PeduliLindungi, dibatasi staycation atau lokalitas dulu, pengunjung dari area terdekat dulu, dari luar kota belum.

Kalau menyangkut 2 provinsi, tentu harus ada kebijakan-kebijakan khusus yang lebih ketat. Dalam pembatasan ini, saya menggunakan filosofi Jawa yaitu alon-alon waton kelakon. Jadi alon-alon waton kelakon itu, kelakon dan lumintu. Bertahap tapi sustain. Itu juga bagian dari usaha kita agar lebih mudah mengontrol.

Bagaimana dengan desa wisata?

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved