Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Gempa dan Tsunami Megathrust Ancam Lumajang, Ini Kemungkinan Terburuknya

Kemungkinan terburuknya, ancaman gempa bumi bermagnitudo 8,7 hingga mengakibatkan tsunami dengan tinggi gelombang mencapai 22 meter.

Surya/Tony Hermawan
Petugas BMKG saat memetakan potensi gempa bumi megathrust di selatan Pulau Jawa, Lumajang, Kamis (4/11/2021). 

TRIBUNJATENG.COM, LUMAJANG - Lumajang menjadi wilayah yang rawan terjadi gempa bumi.

Hal itu disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pasuruan.

Kemungkinan terburuknya, ancaman gempa bumi bermagnitudo 8,7 hingga mengakibatkan tsunami dengan tinggi gelombang mencapai 22 meter.

Baca juga: Wakil Ketua I DPRD TTU Minta Maaf Setelah Pesan Berisi Rayuan kepada 2 Staf Sekwan Tersebar

"Salah satu faktor penyebabnya karena Lumajang memiliki bentangan pantainya cukup panjang, yakni 70 kilometer di pesisir pantai selatan," kata Akhmad Fauzi, Pengamat Meteorologi dan Geofisika Pasuruan ketika ditemui di Pantai Watu Pecak.

Saat dikonfirmasi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pasuruan tengah melakukan pemetaan skenario terburuk ancaman gempa bumi megathrust di selatan Pulau Jawa, Lumajang, Kamis (4/11/2021).

Pemetaan dilakukan di sepanjang pesisir pantai selatan, mulai dari Tempeh, Pasirian, Tempeh, hingga Yosowilangun.

Upaya ini dilakukan untuk mengetahui jalur evakuasi, titik kumpul, hingga titik pengungsian jika sewaktu-sewaktu pantai-pantai di Lumajang diterjang gelombang tinggi tsunami.

Dengan adanya potensi gempa bumi dan tsunami megathrust ini, masyarakat yang tinggal di tepai pantai diimbau untuk tetap tenang dan waspada.

Dengan risiko besar, diketahui beberapa bulan yang lalu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang mulai memasang papan-papan peringatan kawasan rawan bencana gempa bumi dan tsunami.

 
Termasuk juga, rambu-rambu jalur evakusi dan titik pengungsian.

Selain itu, Petugas BPBD juga telah membekali warga pesisir pantai dengan ilmu mitigasi bencana.

Mereka diajak membentuk desa tangguh bencana atau destana berbasis masyarakat.

Kelompok ini diharapkan mampu menjadi ujung tombak dalam penanganan bencana alam.

Sehingga ketika bencana terjadi korban jiwa dan materi dapat diminimalisir.

"Gempa megathrust itu memang masih menjadi ancaman ya.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved