Ngopi Surup
NGOPI SURUP : Suparno Jelaskan Julukan Ketua DPRD Termiskin di Jateng
Ngopi Surup program wawancara eksklusif Tribunjateng.com kali ini dengan nara sumber Ketua DPRD Kabupaten Sragen, Suparno.
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM -- Ngopi Surup program wawancara eksklusif Tribunjateng.com kali ini dengan nara sumber Ketua DPRD Kabupaten Sragen, Suparno.
Pemred Tribun Jateng Erwin Ardian sebagai host dalam Ngopi Surup kali ini menguak tentang viralnya Ketua DPRD paling miskin di Jawa Tengah.
Bagaimana fakta sebenarnya? berikut ini petikan wawancara dalam video yang tayang di media sosial Tribun Jateng, dan disajikan kepada pembaca koran cetak, ditranskrip oleh reporter desk Kabupaten Sragen, Mahfira Putri Maulani.
Apa benar Bapak Ketua Dewan termiskin di Jateng?
Hehe... itu hanya lucu-lucuan saja. Memang saya melaporkan kekayaan sesuai kenyataan. Saya memberikan sertifikat ada hutang pinjaman di bank, ada rekening di bank, ada kemudian dipasrahkan ke sekretariat kemudian diketik.
Kebetulan salah satu pegawai sekretariat adalah tetangga saya. Jadi sudah tahu betul kondisi saya apa adanya.
Terus muncul berita saya jadi DPRD paling miskin. Perasaan saya tidak miskin, tidak kelaparan dan masih baik-baik saja. Saya juga tidak merasa kekurangan. Itu tolok ukur saya sebagai rasa syukur.
Saya tanya media kenapa saya dimasukkan jadi orang termiskin. Itu membuat saya menjadi banyak beban. Kalau saya dibilang miskin lalu mereka apa.
Kalau miskin tidak. Tapi kalau asetnya mungkin yang paling rendah di Jawa Tengah ya itu baru mungkin betul. Begitu. Dilihat dari aset yang dilaporkan saya terendah.
Bagaimana awal masuk politik?
Saya sampaikan dulu kepada teman-teman kalau ingin menjadi orang kaya jangan jadi orang politik, karena tidak ada tempatnya orang kaya masuk politik.
Kalau ingin kaya jadi pengusaha, kalau ingin menjadi anggota dewan banyak pembatasan. Terpeleset sedikit saja harus hati-hati.
Masuk dunia politik dulu saya memang menjadi penyedia jasa. Menyediakan jasa dengan keahlian dan keterampilan saya kalau ada yang menggunakan ya saya siapkan. Kalau pengusaha kan saya punya produk kemudian saya jual.
Saya lulus STM 1987 melamar ke Adhikarya diterima. Saya menjadi tenaga lapangan sampai 1996 saya keluar pulang kampung.
Selama bekerja di Adhikarya proyek sudetan kali Madiun paling terkesan, selain itu ada pengerjaan jembatan, jalan banyak lah di Ponorogo, atau Caruban.