WHO Khawatir 700 Ribu Kematian Akibat Covid-19 Eropa di Musim Dingin

WHO Eropa memperkirakan akan ada lonjakan ekstrem untuk pemakaian tempat tidur rumah sakit di 25 negara, dan lonjakan ekstrem ICU di 49 dari 53 negara

Editor: Vito
www.who.int
Organisasi Kesehatan Dunia WHO 

TRIBUNJATENG.COM, JENEWA - Kantor Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa telah memperingatkan bahwa benua itu dapat mengalami hingga 700.000 kematian pada musim dingin ini.

Hal itu bakal terjadi jika tindakan tidak segera diambil untuk menghentikan penyebaran virus corona.

Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (24/11), dalam rilis yang dikeluarkan WHO Eropa, para pejabat mencatat bahwa kematian akibat covid-19 telah meningkat menjadi 4.200 sehari.

Penyakit itupun telah menjadi penyebab kematian nomor satu di 53 negara. Angka kematian saat ini bahkan mencapai hampir dua kali lipat dari jumlah kematian harian yang terlihat pada September lalu.

Wilayah Eropa secara resmi mencatat angka kematian mencapai 1,5 juta orang akibat covid-19, dan WHO Eropa telah memperingatkan bahwa tren saat ini menunjukkan bahwa jumlahnya mungkin akan melonjak menjadi 2,2 juta kematian pada Maret 2022, jika tindakan tambahan tidak segera diambil.

WHO Eropa pun memperkirakan akan ada lonjakan tinggi atau ekstrem untuk pemakaian tempat tidur rumah sakit di 25 negara, dan lonjakan ekstrem untuk unit perawatan intensif (ICU) di 49 dari 53 negara pada periode saat ini hingga Maret 2022.

Direktur Regional WHO untuk Eropa, Dr Hans Henri P Kluge menyatakan bahwa untuk hidup berdampingan dengan virus ini dan melanjutkan kehidupan sehari-hari, Eropa perlu mengambil pendekatan 'vaksin plus'.

"Ini berarti mendapatkan dosis vaksin standar, mengambil booster (dosis penguat) jika ditawarkan, serta memasukkan langkah-langkah pencegahan ke dalam rutinitas normal kita," katanya.

"Secara keseluruhan, mengenakan masker, mencuci tangan, ventilasi dalam ruangan, menjaga jarak fisik dan menutup hidung menggunakan siku saat bersin adalah cara yang sederhana dan efektif untuk mengendalikan virus," sambungnya.

Rilis ini menyoroti tiga faktor yang mendorong peningkatan kasus positif dan kematian akibat covid-19, dengan faktor pertama adalah keunggulan varian Delta yang bersifat lebih mudah menular.

Kendati demikian, saat ini dilaporkan tidak ada negara di kawasan Eropa yang memiliki lebih dari 1 persen varian lain.

Faktor kedua adalah pelonggaran aturan pembatasan dan retorika yang sedang berlangsung terkait bahaya pandemi.

Pelonggaran penggunaan masker dan jarak sosial yang digabungkan dengan orang-orang yang berkumpul di dalam ruangan karena cuaca yang lebih dingin adalah cara mudah menularkan covid-19.

Faktor ketiga adalah masih banyaknya masyarakat yang belum divaksinasi dan efektivitas vaksin yang semakin berkurang.

Laporan tersebut merinci bahwa 53,5 persen wilayah Eropa telah divaksinasi, namun memperingatkan bahwa masih ada pendistribusian vaksin yang tidak merata.

Beberapa negara telah mencapai lebih dari 80 persen populasi yang divaksinasi, sementara yang lainnya berada di bawah 10 persen.

Bagi mereka yang telah divaksinasi secara lengkap, booster hanya difokuskan untuk tenaga kesehatan yang rentan dan berada di garis depan.

Laporan tersebut merujuk pada penelitian yang dilakukan baru-baru ini yang menunjukkan bahwa pemakaian masker dapat 'mengurangi insiden covid-19 sebesar 53 persen'.

Tak hanya itu, laporan itu juga memproyeksikan bahwa cakupan masker universal sebanyak 95 persen tercapai, sehingga diperkirakan lebih dari 160.000 kematian dapat dicegah pada 1 Maret 2022. (Tribunnews)

Sumber: Tribunnews.com
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved