Jawa
5 Tradisi Jawa Sakral yang Penuh Makna, Hingga Saat ini Masih Dilestarikan
Jawa merupakan salah satu daerah yang sama kentalnya dengan daerah lainnya di Indonesia, yang sarat dengan kebudayaan.
Penulis: Alifia | Editor: abduh imanulhaq
Mubeng Benteng atau mengitari benteng merupakan salah satu tradisi yang hingga saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tradisi ini biasa dilakukan pada malam satu suro atau juga biasa disebut dengan tradisi malam satu suro.
Dalam rangkaiannya, mubeng benteng dilakukan dengan cara mengelilingi benteng atau keraton Jogja.
Tujuannya adalah agar masing-masing orang yang melakukannya melakukan refleksi dan intropeksi diri agar mendapatkan ketenangan dan berbuat yang lebih baik lagi untuk kedepannya.
Tradisi sakral ini tidak sembarang dilakukan, karena saat melakukan mubeng benteng ini dilarang makan maupun minum hingga acara selesai.
Hingga saat ini, masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta masih menjaga budaya leluhur dan melestarikannya hingga saat ini.
4. Tingkeban
Tradisi yang satu ini mungkin tidak asing lagi, yakni Tingkeban.
Upacara Tingkeban atau yang biasa disebut dengan mitoni oleh masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah ini dilakukan untuk ibu hamil yang memasuki usia kandungan 7 bulan.
Dikenal juga dengan upacara nujuh bulan, tradisi ini dilakukan dengan beberapa rangkaian salah satunya adalah dengan memandikan ibu hamil dan membacakan doa.
Doa ini dimaksudkan untuk keberkahan bagi sang bayi, dan memberikan keselamatan bagi ibu dan calon bayi nantinya.
Tingkeban merupakan tradisi Jawa yang cukup sakral, hal ini karena untuk melakukan pengguyuran air ke ibu hamil tidak dilakukan oleh sembarang orang melainkan harus dilakukan oleh tujuh orang tua yang dituakan di daerah tersebut.
5. Ruwatan
Ruwatan merupakan tradisi yang banyak berkembang khususnya di Jawa Tengah daerah Dieng Wonosobo.
Ruwatan dilakukan untuk anak-anak yang tinggal dan menetap di daerah Dieng Wonosobo, yang memiliki rambut gimbal.