Berita Blora
Tradisi Tabuhan Harmonika Lesung Warga Samin Kala Sambut Tamu
Sebuah tradisi nan asri yang penuh filosofi tampak dan terdengar suara ketukan kayu bak tongkat musa yang dipegang beberapa orang yang dipukulkan
Penulis: ahmad mustakim | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, BLORA – Sebuah tradisi nan asri yang penuh filosofi tampak dan terdengar suara ketukan kayu bak tongkat musa yang dipegang beberapa orang yang dipukulkan pada sebuah lesung bak menancapkan tongkat ke tanah mengalunkan irama membentuk harmonika suara yang terpadu.
Terlihat lima wanita berbaju kebaya warna hitam dengan kompak menabuh lesung dengan alu atau kayu sepanjang kurang lebih dua meter berbentuk bulat.
Irama tabuhan lesung itu semakin enak didengar, suaranya terdengar sampai kejauhan.
Suasana semakin sahdu dengan adanya dua sinden atau penyanyi yang membawakan lagu.
Ada dua penyanyi dengan pakaian khas samin dan suaranya yang merdu dan mengiringi tabuhan lesung yang seirama.
Saat sampai di Pendapa Samin Sambongrejo, Kecamatan Sambong, penyanyi menyanyikan lagu jawa dengan judul Lumbung Desa.
‘’Para tani padha makarya, ayo dhi jupuk pari, nata lesung nyandhak alu, ayo yu padha maju, Yen uws rampung nuli adang, Ayo kang dha tumandang nyosoh beras ana lumpang,’’ lagu yang dinyanyikan sinden tersebut.
Satu lagu usai, hingga lagu lain kembali dinyanyikan sampai tiga lagu. Adapun lantunan lagu itu yakni, Lesung Jumlangung, Gugur Gunung dan Caping.
Terdengar semua lagu yang dinyanyikan antara ketukan lesung dan lagu mengalun indah, enak didengar tidak ada kesalahan ketukan dari pemukul dan juga tidak ada kesalahan nada pada penyanyinya. Sekan melihat sebuah orkresta sedehana namun apik.
Usai memainkan lesung, para wanita samin yang anggun dengan kebayanya itu duduk dan menunggu tamu yang sedang ramah tamah di pendapa samin.
Disaat wanita itu sedang santai, salah satu personil penabuh lesung menceritakan tentang bagaimana dia memainkan lesung ini.
Sarimah, yang berumur 69 tahun, warga samin yang bertugas menabuh lesung mengatakan, sebelum dirinya dan pemain lain memainkan lesung itu mengatakan tidak ada latihan sama sekali. Dirinya dan personil lain langsung memainkan saja tanpa ada latihan sebelumnya.
‘’Sudah biasa, sejak kecil. Kami itu sudah sejak kecil nabuh lesung,’’ ujarnya.
Menurut Sarimah, menabuh lesung itu sudah menjadi kebiasaan para anak-anak perempuan di komunitas samin. Apalagi yang sudah seusia dirinya lesung itu ibarat sudah menjadi kebiasaan.
Sebagi contoh, dirinya, sudah mengenal nabuh lesung sejak kecil. Dirinya menceritakan karena memang dulu lesung ini fungsinya sebagai penumbuk padi, sebab pada masa itu belum ada penggiling padi. Jadi ibu-ibu samin berbarengan menumbuk padi dengan lesung.