Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Cerita 25 Nabi dan Rasul, Kisah Nabi Saleh AS Berdakwah untuk Kaum Tsamud

Inilah cerita 25 Nabi untuk anak tentang kisah Nabi Saleh AS yang tek menyerah berdakwah meski dimusuhi kaumnya sendiri.

Penulis: non | Editor: abduh imanulhaq
Christantiowati/National Geographic Indonesia
Cerita 25 Nabi dan Rasul, Kisah Nabi Saleh AS Berdakwah untuk Kaum Tsamud 

Cerita 25 Nabi dan Rasul, Kisah Nabi Saleh AS Berdakwah untuk Kaum Tsamud

TRIBUNJATENG.COM - Inilah cerita 25 Nabi untuk anak tentang kisah Nabi Saleh AS yang tek menyerah berdakwah meski dimusuhi kaumnya sendiri.

Kaum Tsamud adalah nama umat Nabi Shaleh.

Mereka mendiami sebagian wilayah yang dulu pernah ditinggali kaum ‘Ad.

Kaum ‘Ad telah diazab Allah akibat kesesatan dan pengingkaran mereka terhadap utusan Allah SWT.

Mereka pun menolak ajakan untuk beriman kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman, “Dan ingatlah ketika Dia menjadikan kamu khalifah-khalifah setelah kaum ‘Ad dan menempatkan kamu di bumi….” (Q.S. Al-A’raaf [7]: 74)

Rupanya tempat tinggal kaum Tsamud sering dilewati dan disinggahi para pedagang.

Tentu saja hal tersebut menguntungkan kaum Tsamud. Mereka pun menjadi makmur dan sejahtera.

Allah SWT juga menganugerahi mereka kecakapan ilmu memahat.

Mereka bahkan bisa memahat gunung sebagai rumah untuk mereka tinggali.

Namun, semua keahlian dan kemakmuran itu ternyata membuat mereka menjadi umat yang lalai.

Mereka menjadi kafir dan musyrik.

Mereka menyembah berhala, serta banyak melakukan kejahatan dan kerusakan di muka bumi.

Kaum Tsamud semakin tersesat dan penuh dengan kemusyrikan.

Maka,  Allah SWT mengutus seorang hamba pilihan-Nya untuk memberi peringatan.

Allah SWT mengutus Nabi Shaleh, seorang lelaki dari kaum Tsamud sendiri.

Nabi Shaleh berusaha keras mengajak kaumnya agar sadar dan meninggalkan penyembahan berhala.

“Wahai kaumku,” seru Nabi Shaleh, “Apa yang bisa kalian harapkan dari patung atau berhala-berhala ini?”

“Hai Shaleh,” balas mereka, “Akankah kamu mengejek dan menghina tuhan-tuhan berhala kami yang telah disembah oleh nenek moyang kita semua?”

“Saya tidak bermaksud mengejek, tapi mengajak dan menunjukkan kepada kalian jalan yang benar,” jawab Nabi Shaleh.

“Mengapa kamu melakukannya? Apa urusanmu?” tanya mereka, sengit.

“Karena sesungguhnya aku ini utusan Allah untuk menyeru, mengajak kalian agar beribadah kepada Tuhan yang satu, yaitu Allah SWT,” kata Nabi Shaleh.

Mendengar penjelasan Nabi Shaleh itu, mereka Iangsung tertawa.

Mereka mengejek dan menganggap Nabi Shaleh sudah tidak waras.

“Kamu jangan mengada-ada, hai Shaleh! Paling kamu hanya ingin mencari keuntungan dari dakwahmu itu.” kata mereka.

“Aku berlindung dan berserah diri kepada Allah. Balasan untukku hanya dari Allah,” jawab Nabi Shaleh.

Nabi Shaleh terus berdakwah, meski kaum Tsamud semakin memusuhinya.

Kesabaran yang merupakan sifat Nabi Saleh akhirnya membuahkan hasil.

Sebagian kecil dari umatnya ada yang menjadi pengikut beliau.

Hal itu membuat mereka yang ingkar dan memusuhinya menjadi gelisah.

Kuil-kuil yang biasanya penuh, kini terlihat sepi.

“Pasti ini gara-gara orang tua gila itu!” kata mereka, geram.

“Dia telah berhasil menghasut dan memengaruhi saudara-saudara kita. ini tidak boleh kita biarkan!”

“Betul.” sahut yang lain. “Lalu, apa yang harus kita lakukan?”

“Tidak ada cara lain, kita harus mempermalukan dia,” celetuk seseorang.

“Maksudmu apa?” tanya yang lain.

“Kita pergi ke rumahnya. Kita minta dia membuktikan diri bahwa dia memang benar seorang nabi.

Tapi, aku yakin, dia pasti hanya seorang nabi palsu. Jadi, biarkan semua orang melihat kepalsuan dia,” jawab orang itu.

“Boleh juga idemu,” sahut yang lain.

“Jika semua orang tahu kepalsuan Shaleh, dia tak akan pernah lagi bisa membujuk kita semua,” ujar orang itu.

Akhirnya, mereka semua pergi mendatangi rumah Nabi Saleh. Tapi, rupanya Nabi Shaleh tidak ada di rumah.

“Hai, Shaleh! Rupanya di sini kamu,” kata mereka setelah menemukan Nabi Shaleh di dekat sebuah sumur.

“Kami semua mencarimu untuk meminta bukti kenabian dan kerasulanmu.”

Nabi Shaleh terdiam sejenak. Beliau memandangi satu per satu wajah orang-orang yang berdiri di hadapannya itu dengan sikap tenak.

“Mengapa kamu tidak menjawabnya? Tidak sanggupkah kamu? Kami yakin, kamu pasti hanya mengaku-ngaku sebagai seorang nabi, kan?” ejek mereka.

Dengan petunjuk dan kehendak Allah SWT, Nabi Shaleh kemudian memukulkan tongkatnya ke sebuah batu besar.

Tiba-tiba, muncul seekor unta betina yang besar dari batu itu. Ya benar, mukjizat nabi saleh adalah dapat mengeluarkan unta betina dari dalam batu besar.

“Apa ini yang kalian inginkan?” tanya Nabi Shaleh.

Semua orang yang mengejek, seketika terdiam tanpa kata.

Mereka mengucek-ucek mata mereka, tak percaya dengan keajaiban yang baru mereka lihat itu.

“Bagaimana unta betina bisa tiba-tiba muncul dari batu?” bisik lelaki yang tadi paling bersemangat mengejek Nabi Shaleh kepada temannya.

“Aku juga tidak tahu,” bisik temannya itu.

“Mengapa kalian diam saja dan tidak menjawab pertanyaanku?” ujar Nabi Shaleh. Tapi, mereka semua tetap terdiam.

“Baiklah, rawat unta betina ini dengan baik. Dia akan memberi kalian banyak manfaat.

Jangan kalian sakiti, apalagi membunuhnya. Jika kalian melanggarnya, akan datang azab yang pedih untuk kalian!” tegas Nabi Shaleh.

Hingga beberapa lama, unta betina itu hidup damai di tengah-tengah kaum Tsamud.

Susu segar yang dihasilkan unta betina itu rupanya sangat menyehatkan bagi kaum Tsamud.

Namun, sifat dengki dan iri masih melekat di hati kaum Tsamud.

Mereka berpikir bahwa unta betina Nabi Shaleh itu telah mengurangi jatah air sumur untuk ternak mereka.

Padahal, kenyataannya justru sebaliknya. Dengan adanya unta Nabi Shaleh yang minum dari sumur tersebut, air sumur itu malah semakin melimpah ruah.

Bahkan air di sumur itu tetap melimpah saat musim panas. Ya, kedengkian benar-benar telah merasuki jiwa dan akal pikiran mereka.

Mereka ingin melenyapkan unta betina Nabi Shaleh itu, tapi tak ada satu pun dari mereka yang berani melakukannya.

“Apakah kamu berani membunuh unta itu?” tantang seorang lelaki pada temannya.

“Saya sungguh tak berani. Kita telah menyaksikan sendiri bagaimana Shaleh dengan tongkat saktinya mengeluarkan unta tersebut dari batu.

Aku takut terjadi apa-apa dengan kita semua jika kita membunuh unta betina itu,” jawab temannya itu.

“Ah, bilang saja bahwa kamu takut!” tegas lelaki itu.

“Ya, aku memang takut!” balas temannya. “Aku memikirkan keselamatan kita semua jika kita membunuh unta betina itu.”

Unta betina Nabi Shaleh hidup dan merumput dengan tenang di padang rumput dekat sumur milik kaum Tsamud.

Hingga kemudian, seorang janda kaya raya membuat sayembara.

Barang siapa berani membunuh unta betina Nabi Shaleh, ia akan mendapat hadiah uang yang sangat banyak.

“Wah! Hadiah yang sangat menarik!” decak beberapa pemuda kaum Tsamud.

“Tapi, ancaman Shaleh itu juga tidak main-main. Apakah di antara kita ada yang berani menerima tantangan sayembara itu?”

Tak ada satu pun pemuda yang menjawab.

Mereka hanya saling pandang satu sama lain.

Mereka sadar bahwa mereka tak punya nyali untuk membunuh unta betina Nabi Shaleh.

Meskipun mereka tak suka dengan unta betina itu, tapi untuk membunuhnya, mereka masih berpikir seribu kali.

Namun, dua orang lelaki yaitu Mushadda’ bin Muharrij dan Gudar bin Salif, tergiur dengan hadiah sayembara tersebut.

Tanpa pikir panjang, mereka membunuh unta betina Nabi Shaleh.

Benar saja, tiga hari setelah itu, azab yang dikatakan Nabi Shaleh terjadi.

Guntur bergemuruh di langit dan bumf bergoncang sangat dahsyat.

Kaum Tsamud pun musnah terkena azab Allah SWT.

Tidak ada satu pun dari mereka yang ingkar itu selamat.

Sementara itu, mereka yang beriman dan menjadi pengikut Nabi Shaleh, telah diselamatkan oleh Allah SWT.

Sehari sebelum azab terjadi, Allah SWT menyuruh Nabi Shaleh dan pengikutnya untuk meninggalkan AI-Hijr dan pergi ke Ramalah, sebuah wilayah di Palestina.

“Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Shaleh dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami dan (Kami selamatkan) dari kehinaan pada hari itu. Sungguh, Tuhanmu, Dia Maha kuat, Maha perkasa.” (Q.S. Hud [11]: 66) (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved