Wawancara
Wawancara : Sang Cicit Soeharto Kenang Kakeknya Dirikan Yayasan Supersemar
Antrian orang di sudut Cendrawasih Hall, Jakarta Convention Center, Senayan, Sabtu (11/12) mengundang perhatian.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Antrian orang di sudut Cendrawasih Hall, Jakarta Convention Center, Senayan, Sabtu (11/12) mengundang perhatian.
Pengunjung yang rata-rata berusia paruh baya itu antusias mendaftar untuk mengikuti acara bedah buku Legasi Pak Harto karya Mahpudi MT.
Acara ini sendiri merupakan rangkaian International Indonesia Book Fair 2021.
Awalnya, Mahpudi tergerak membuat buku ini dikarenakan pada 2019 lalu, warisan immaterial dari Presiden RI ke-2 Soeharto berupa kebijakan tentang SD Inpres pada 1970-an, telah mengantarkan seorang ekonom dunia warga negara Amerika bernama Esther Duflo meraih nobel ekonomi.
Dia mengharapkan kompilasi legasi Soeharto yang dirangkainya mampu membuat generasi baru Indonesia meneliti dan mempelajarinya.
Selain itu, penulisan buku ini juga dimaksudkan untuk membuang jauh-jauh stereotipe yang kerap disematkan kepada Soeharto, terutama terkait kisah Serangan Umum 1 Maret yang dipimpin Soeharto hingga Surat Perintah 11 Maret (Supersemar).
"Jadi bukan hanya peneliti internasional yang tertarik tentang kiprah Pak Harto tapi juga para peneliti Indonesia.
Tantangan hari esok adalah bagaimana mengisi kemerdekaan dengan kiprah lebih kontekstual,
karena itu saya pikir perlu ada buku yang menyajikan best practice yang sudah dilakukan Pak Harto," ujar Mahpudi, Sabtu (11/12).
"Saya mencoba mengkompilasikan 11 legasi beliau, mulai dari prasasti, membangun 999 masjid dengan pendekatan yang sama sekali tidak berbasis anggaran,
kita juga akan menemukan inisiatif pembangunan, SD inpres, transmigrasi, posyandu, hingga kiprah lainnya," imbuhnya.
Cicit Soeharto yakni Haryo Putra Nugroho Wibowo sepakat bahwa salah satu legasi yang patut disorot adalah perihal yayasan.
Menurutnya Soeharto telah melahirkan sekian banyak yayasan dari sektor kesehatan hingga sektor pendidikan untuk membangun bangsa bahkan sebelum jadi presiden.
Haryo lantas teringat tentang salah satu pemuda yang cemerlang dan pintar sekali yang pernah diberikan beasiswa Supersemar oleh Soeharto.
Sosok yang dimaksud adalah Menko Polhukam Mahfud MD.