Berita Kesehatan
Lempuyang, Tanaman Manjur Untuk Disentri, Penambah Darah dan Napsu Makan
Lempuyang (Zingiber zerumbet) merupakan tanaman yang termasuk dalam Famili Zingiberaceae.
TRIBUNJATENG.COM - Lempuyang (Zingiber zerumbet) merupakan tanaman yang termasuk dalam Famili Zingiberaceae.
Lempuyang sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat pada umumnya sebagai bumbu masak, tanaman hias dan obat tradisional (Silalahi, 2018).
Seperti keluarga zingiber yang lain, Lempuyang ini juga aya khasiat.
Manfaat
Bagian dari lempuyang yang banyak dimanfaatkan adalah bagian rimpang.
Rimpang berkhasiat sebagai obat masuk angin, sakit perut, sesak napas, pilek, radang usus, syaraf lemah, penambah darah, dan penambah napsu makan (Wahyuni, 2013).
Lempuyang juga dimanfaatkan sebagai obat disentri, gangguan lambung dan mengurangi rasa sakit, sedangkan di Brunei rimpang dari lempuyang dimanfaatkan sebagai mandian pasca melahirkan dan daunnya digunakan sebagai obat rematik serta sakit persendian (de Guzman & Siemonsma, 1999; Silalahi, 2018).
Rebusan dari rimpang diminum bermanfaat sebagai obat kolera, malaria, cacingan, sakit empedu, dan sakit kuning (Sinaga, 2000).
Berdasarkan hasil bioessay rhizome lempuyang yang dilakukan oleh Silalahi (2018), didapatkan hasil bahwa rhizome lempuyang memiliki aktivitas biologis sebagai anti-inflamantori, anti mikroba dan anti analgesic.
Morfologi
Lempuyang berhabitus herba dan termasuk tanaman terna tahunan (perennial) serta hidupnya berumpun. Memiliki batang semu (pseudocaulis) berwarna hijau dengan tinggi maksimal yang dapat mencapai 1-2 meter.
Tipe daun tunggal dengan duduk daun berselang-seling pada kanan-kiri batang, berwarna hijau, berbentuk lanset dan memanjang, ujung daun meruncing, sedangkan pangkal daun runcing dengan tepi daun rata.
Bunga muncul dari rimpang, panjang tangkai + 12 cm, rangkaian bunga berbentuk cone yang berwarna hijau saat muda dan berubah merah saat tua dengan mahkota bunga berwarna kuning atau jingga (Lianah, 2020).
Ekologi
Lempuyang biasa tumbuh di dataran rendah hingga pada daerah dengan ketinggian 1.200 mdpl. Tanaman ini juga tumbuh liar di hutan-hutan jati dan ditanam oleh masyarakat di pekarangan rumah (Sinaga et al., 2000).
Kandungan Fitokimia
Rhizoma dari lempuyang mengandung senyawa alkaloid, tanin, saponin, flavonoid, polyphenol, dan essenssial oil.
Essensial oil atau yang disebut juga minyak atsiri merupakan jenis terpenoid khususnya seskuiterpenoid dan monoterpenoid yang banyak ditemukan pada Famili Zingiberaceae.
Essensial oil inilah yang mengakibatkan tumbuhan memiliki aroma yang khas yang biasa digunakan sebagai salah satu penciri spesies tumbuhan.
Daun dan rhizome lempuyang memiliki komponen utama berupa essensial oil dari senyawa zerumbone dan α-caryophyllene (Silalahi, 2018).
Persebaran
Lempuyang yang merupakan spesies dari Famili Zingiberaceae yang sebagian besar spesiesnya terdistribusi hampir di seluruh Asia, Australia, dan Pasifik selatang dengan pusat penyebaran di daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Theilade, 1999; Silalahi, 2018).
Lempuyang juga dapat ditemukan di kawasan Cagar Alam Celering yang termasuk dalam wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Pati Barat.
Penulis
Budi Santoso
PEH Muda pada BKSDA Jateng
Kepala KPHK Pati Barat
(*)