Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Cerita 25 Nabi dan Rasul untuk Anak, Kisah Nabi Musa AS yang Dihanyutkan ke Sungai Nil

Cerita 25 Nabi dan Rasul untuk Anak, Kisah Nabi Musa AS yang Dihanyutkan ke Sungai Nil

Penulis: non | Editor: abduh imanulhaq
YouTube/Kisah Islami
Cerita 25 Nabi dan Rasul untuk Anak, Kisah Nabi Musa AS yang Dihanyutkan ke Sungai Nil 

Kotak itu semakin jauh dibawa aliran sungai hingga hilang dari pandangan mata Yukabbad.

“Mari kita pulang,” ajak Imran, suaminya.

Yukabbad masih tidak percaya bahwa sebagai seorang ibu, ia baru saja menghanyutkan anak kandungnya sendiri ke sungai. ia telah membiarkan Musa yang masih bayi itu berjuang sendiri melawan ganasnya alam.

Namun, Allah SWT memberikan ketenangan dan keyakinan kepada Yukabbad bahwa Musa akan baik-baik saja. Suatu ketika, mereka akan berjumpa kembali.

“Ibu percaya, anakku,” bisik Yukabbad lirih. “Ibu percaya, kamu pasti akan selamat. Allah SWT akan menjagamu dan kita akan berjumpa kembali.”

Memang begitulah takdir Musa. Allah SWT menyelamatkan Musa.

Rupanya permaisuri Raja Fir’aun yaitu Siti Asiyah, juga sedang berada di tepian sungai Nil.

Ketika tengah asyik mandi sambil menikmati kesegaran air sungai, tiba-tiba seorang dayang yang menemaninya berteriak-teriak. ,

“Tuanku! Tuanku! Lihatlah, kotak apakah yang hanyut dan tersangkut di sela-sela batu itu?” katanya pada Siti Asiyah sambil menunjuk sebuah kotak kayu.

 

“Coba kamu ambil kotak itu!” perintah Siti Asiyah.

Si dayang bergegas memungut kotak kayu itu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat ada seorang bayi laki-laki yang mungil di dalam kotak itu.

“Tuanku! Ada seorang bayi di dalam kotak ini!” teriak si dayang sambil bergegas menuju tuannya. “Bayi siapa ini sebenarnya?”

Siti Asiyah terdiam beberapa saat. Ia mengarahkan pandangannya ke sekitar sungai, mencari tahu apakah ada orang lain di sana yang telah menghanyutkan bayi itu.

Permaisuri Raja Fir’aun itu kemudian memutuskan untuk membawa Musa ke istana.

Ia akan merawatnya dengan sepenuh hati.

“Kasihan sekali bayi ini. Ah, lebih baik aku merawatnya di istana,” ucapnya.

 

Siti Asiyah pun merawat Musa seperti anaknya sendiri. Ia amat menyayangi Musa.

Permaisuri Fir’aun itu merasa sangat beruntung dan bahagia bisa membesarkan Musa.

Apalagi, ia juga belum dikaruniai seorang anak.

Di istana Fir’aun itulah, Musa tumbuh.

Tapi, meskipun hidup di istana Fir’aun, Musa sama sekali tak terpengaruh oleh kemewahan istana.

Perilaku dan watak Musa sangat berbeda dengan sifat Fir’aun.

Allah SWT telah menjaga Musa, dan membuat Musa memiliki sifat yang mulia.

Itu karena Musa ditakdirkan menjadi nabi, dan dengan sifat terpujinya, ia akan berdakwah kepada Fir’aun. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved