Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Giliran Lockdown Yuzhou, China Kejar Nol Kasus Covid-19

lockdown di Yuzhou diterapkan China setelah sebelumnya menutup kota Xi'an, dan sukses menurunkan kasus virus corona baru di wilayah itu.

Editor: Vito
Unsplash/Viktor Forgacs
Ilustrasi virus corona 

TRIBUNJATENG.COM, BEIJING - China pada Selasa (4/1) me-lockdown Kota Yuzhou yang berpenduduk 1,17 juta orang, untuk mengejar nol kasus covid-19 saat Beijing bersiap untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin bulan depan.

Lockdown Yuzhou dilakukan setelah muncul tiga kasus covid-19 tanpa gejala, menurut laporan AFP.

Ini adalah lockdown yang diterapkan China setelah sebelumnya menutup kota Xi'an, dan sukses menurunkan kasus virus corona baru di wilayah itu.

Yuzhou, kota di provinsi Henan, mengumumkan mulai Senin (3/1) malam, semua warganya diharuskan tinggal di rumah untuk mengendalikan penyebaran virus corona.

Orang-orang di daerah itu tidak boleh keluar, menurut pernyataan yang diunggah pada Senin, sementara masyarakat akan membuat penjagaan dan gerbang untuk secara ketat menerapkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian epidemi.

Kota itu juga mengumumkan bahwa mereka menghentikan layanan bus dan taksi, menutup pusat perbelanjaan, museum, serta tempat-tempat wisata.

China melaporkan 175 kasus baru covid-19 pada Selasa (4/1), termasuk lima di provinsi Henan, dan delapan lagi di klaster terpisah yang terkait dengan pabrik garmen di Kota Ningbo.

Meskipun kasus yang dilaporkan rendah dibandingkan dengan tempat lain di dunia, kasus baru virus corona di China dalam beberapa pekan terakhir mencapai tingkat tertinggi di negara itu sejak Maret 2020.

Ada 95 kasus baru yang tercatat di Xi'an pada Selasa, kota bersejarah berpenduduk 13 juta orang di Provinsi Shaanxi, yang telah di-lockdown selama hampir 2 minggu.

Xi'an melaporkan lebih dari 1.600 kasus covid-19 sejak 9 Desember, tetapi jumlahnya dalam beberapa hari terakhir mulai menurun dibandingkan dengan angka minggu lalu.

Aturan ketat yang diterapkan pemerintah dengan melarang penduduk keluar rumah, termasuk untuk membeli makan, membuat warga Xi'an menjerit kelaparan. Pemerintah mengaku kesulitan menyalurkan bantuan di tengah pengetatan aturan itu.

Jeritan warga Kota Xi'an itu menggema di berbagai jejaring sosial sejak akhir tahun lalu, beberapa hari setelah pemerintah China resmi menetapkan larangan keluar rumah pada Senin (27/12).

"Bagaimana kami bisa hidup? Apa yang harus kami makan?" ujar satu warga China pengguna media sosial Weibo, sebagaimana dikutip AFP.

"Beberapa hari lalu, kami setidaknya bisa keluar rumah satu kali untuk membeli makanan, tapi (aturan itu-Red) sudah diubah. Sekarang, aplikasi belanja virtual juga kalau tidak sudah kehabisan, di luar jangkauan pengiriman," tambah warga itu.

China sebelumnya mengizinkan warga keluar rumah 3 hari sekali untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Namun, pemerintah memperketat aturan itu dengan melarang warga keluar rumah kecuali untuk tes covid-19.

Otoritas lokal yang dianggap gagal dalam mencegah wabah virus di China sering dipecat atau dihukum, memicu serangkaian tanggapan yang semakin ketat dari pemerintah provinsi ketika mereka mencoba untuk membasmi kasus apa pun dengan cepat.

Di Xi'an, dua pejabat senior Partai Komunis dicopot dari jabatan mereka karena kurang teliti dalam mencegah dan mengendalikan wabah. Bulan lalu, badan disipliner China juga mengumumkan bahwa puluhan pejabat dihukum karena gagal mencegah wabah di kota itu. (Kompas.com/CNNIndonesia.com)

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved