Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Lawan Covid19

Epidemiolog Perkirakan Puncak Infeksi Omicron di Indonesia Terjadi pada Februari-Maret

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman memperkirakan puncak infeksi Omicron di Indonesia.

Freepik
Ilustrasi covid-19 varian Omicron 

TRIBUNJATENG.COM - Varian Omicron masuk dalam daftar variant of concern atau varian yang menjadi perhatian oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Varian baru tersebut menimbulkan gelombang baru infeksi Covid-19, yang dengan cepat menyebar ke berbagai negara setelah pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan pada November tahun lalu.

Indonesia telah mengumumkan adanya infeksi oleh varian baru ini.

Baca juga: Kasus Omicron di Indonesia Bertambah Jadi 414, Penularan Paling Banyak dari Turki dan Arab Saudi

Bahkan, jumlahnya terus bertambah.

Kapan puncak infeksi Omicron di Indonesia?

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman memperkirakan puncak infeksi Omicron di Indonesia, dengan orang-orang membutuhkan bantuan fasilitas kesehatan akan terjadi akhir bulan depan atau awal Maret.

“Menurut saya prediksinya baru akhir Februari atau Maret mulai kelihatan banyak kasus yang datang ke rumah sakit.

Walaupun ini potensinya moderat atau belum terlihat akan sebesar varian Delta,” kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (10/1/2022).

Dicky mengingatkan pemerintah untuk tetap siap menghadapi skenario terburuk yang ditimbulkan oleh varian baru ini.

Salah satunya yang harus dilakukan dengan memastikan tersedianya obat-obatan, fasilitas isolasi, ICU, ventilator atau bantuan oksigen.

Vaksinasi Menurut Dicky, seluruh wilayah di Indonesia yang mempunyai akses internasional, penerbangan domestik, jalur transportasi darat dan laut, berisiko menjadi klaster baru infeksi Omicron.

“Potensi sebetulnya pada gilirannya semua akan terkena, itu menjadi masalah waktu,” ujar dia.

Ia menegaskan bahwa untuk menghadapi situasi ini, pemerintah mempunyai kewajiban memastikan cakupan vaksinasi dosis lengkap atau dua dosis, ditambah vaksinasi booster bagi kelompok rentan.

“Tiga dosis untuk kelompok rawan pada tahap awal, pada gilirannya semua (mendapatkan vaskin booster),” tutur dia.

Imunitas menjadi salah satu kunci dalam memerangi pandemi.

Selama masih ada sejumlah besar penduduk belum memiliki imunitas, ujar Dicky, maka akan selalu muncul potensi gelombang baru.

“Meningkatkan imunitas bukan (dilakukan) dengan infeksi, ini salah kaprah, tidak etis.

Tentu (meningkatkannya) dilakukan dengan vaksinasi,” kata dia.

Ia menuturkan, imunitas yang telah terbentuk di masyarakat entah dikarenakan terpapar virus atau vaksinasi, membuat varian Omicron akan menyebar di antara orang-orang dengan imunitas tersebut, dan tidak menimbulkan gejala serius.

“Bahkan mungkin 90 persen tidak bergejala, di tengah terbatasnya daya deteksi kita, kasusnya bisa banyak sekali.

Terbukti saat ini di Amerika, Eropa, Australia, kasus-kasus memecahkan rekor,” jelas dia.

Dicky menyampaikan, tidak tertutup kemungkinan adanya varian baru Covid-19 setelah Omicron yang menyebabkan lonjakan kasus di berbagai negara.

“Kalau bicara ancaman, Omicron bukan memperlihatkan sebagai varian yang terakhir, masih ada potensi varian lain di 2022 ini,” pungkas dia. (*)

Bersama kita lawan virus corona.


Tribunjateng.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan.


Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Puncak Kasus Infeksi Omicron di Indonesia Diprediksi pada Februari-Maret"

Baca juga: Menkes Minta Masyarakat Waspadai Gelombang Omicron

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved