Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kesehatan

Akibatkan Kematian, Waspada Leptospirosis Penyakit yang Ditularkan Tikus, Ini Gejala & Pencegahannya

Dia menyebut, bagaimana seseorang bisa terinfeksi leptospirosis, salah satunya adalah melalui luka terbuka yang terkena air kencing tikus

Editor: muslimah
youtube
FOTO ILUSTRASI 

TRIBUNJATENG.COM, WONOGIRI - Tidak mudah untuk mengenali apakah terinfeksi leptospirosis atau penyakit yang disebabkan air kencing tikus.

Kepala Dinkes Wonogiri, Setyarini, melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Satyawati Prawirohardjo penyakit itu menyebabkan kematian.

Dia menyebut, bagaimana seseorang bisa terinfeksi leptospirosis, salah satunya adalah melalui luka terbuka yang terkena air kencing tikus.

"Jadi, seseorang bisa terpapar leptospirosis lewat dua cara, dari luka atau kulit yang terbuka dan juga lewat saluran cerna," beber dia kepada TribunSolo.com, Selasa (11/1/2022).

Baca juga: Tips Menyimpan Jahe agar Awet Tak Mengubah Rasa dan Bau, Pilih 5 Cara Ini Jahe Tahan Berbulan-bulan

Baca juga: Mengenal Pendarahan Otak, Sakit yang Diderita Tukul Arwana: Penyebab, Gejala dan Pencegahan

Untuk itu, masyarakat diminta waspada terlebih pada musim penghujan seperti ini. Sebab genangan air yang terkontaminasi air kencing tikus bisa menyebabkan penyakit itu.

Sementara untuk penyebaran melalui saluran cerna, bisa melalui makanan atau alat makan yang terkontaminasi dengan kencing tikus.

Gejala penderita leptospirosis sendiri, menurut dia di antaranya penderita mengalami demam tinggi, nyeri kepala, nyeri otot hingga pencernaan.

Ada satu ciri khas penderita leptospirosis, yakni sklera (bagian berwarna putih di mata) orang yang terinfeksi berwarna kekuningan.

"Ciri khas lainnya nyeri di bagian betis lebih terasa nyeri dibanding di bagian lain. Untuk mengetahui apa benar terkena leptospirosis atau tidak, lewat pemeriksaan laboratorium," tutur dia.

Disisi lain, Satyawati menuturkan bahwa salah satu cara yang ampuh untuk menghindari penyakit tersebut adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

"Itu adalah kunci dari segalanya, kalau ingin sehat ya harus menerapkan PHBS. Seperti mencuci tangan sesaat akan makan dan melakukan sesuatu," jelasnya.

"Untuk makanan yang dikomsumsi juga harus dijaga kebersihannya, dimasak dengan benar. Itu caranya agar jauh dari penyakit menular," imbuh dia.

Satu Orang Meninggal

Kasus leptospirosis atau penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira lewat air kencing tikus terjadi di Kabupaten Wonogiri.

Sepanjang tahun 2021 lalu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri mencatat setidaknya ada 11 kasus leptospirosis yang tersebar di beberapa kecamatan.

Kepala Dinkes Wonogiri, Setyarini, melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Satyawati Prawirohardjo menuturkan dari 11 kasus itu, satu di antaranya meninggal dunia.

"Dari 11 kasus itu, satu kasus di antaranya meninggal dunia. Catatan kami, itu dari Kecamatan Manyaran pada awal Maret 2021," terang dia kepada TribunSolo.com, Selasa (11/1/2022).

Dari kasus yang tercatat itu, kata dia, tak semuanya terjadi di Wonogiri, ada juga kasus impor atau kasus yang dialami oleh perantau.

Dia mencontohkan, pihaknya pernah mencatat ada warga Pracimantoro yang bekerja di Solo dan diduga terkena leptospirosis di tanah perantauan.

Menurutnya, saat kondisi memburuk, perantau itu pulang ke Wonogiri dan memeriksakan ke fasilitas kesehatan sehingga diketahui yang bersangkutan terkena leptospirosis.

"Kalau ada kasus impor, kami juga koordinasikan hal tersebut dengan Dinkes daerah warga yang terkena leptospirosis," kata dia.

Selain itu, kasus kematian akibat penyakit tersebut juga tercatat berasal dari kasus impor.

Diketahui warga yang bersangkutan seharinya bekerja di Boyolali.

Sementara itu, Satyawati menjelaskan bagaimana seseorang bisa terinfeksi leptospirosis, salah satunya adalah melalui luka terbuka yang terkena air kencing tikus.

Terlebih di musim penghujan seperti ini, masyarakat diminta untuk waspada, sebab genangan air yang terkontaminasi air kencing tikus bisa menyebabkan penyakit itu.

"Masyarakat perlu berhati-hati di tempat yang terdapat genangan. Misalnya pasca banjir," kata dia.

Selain itu, lokasi yang memiliki genangan seperti sawah sebenarnya juga rawan. Sebab, di area persawahan biasanya terdapat tikus.

Selain lewat genangan air, seseorang bisa terinfeksi leptospirosis lewat saluran cerna. Satyawati menuturkan, masyarakat perlu memperhatikan kondisi rumahnya.

"Kalau sudah mengetahui rumahnya banyak tikus, jangan dibiarkan makanan atau alat makan terbuka. Bisa saja makanan atau alat makan terkontaminasi air kencing tikus," tandas dia.

Terjadi di Karanganyar

Leptospirosis kembali menghantui masyarakat di Kabupaten Karanganyar.

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan karena urin tikus yang terkena bakteri leptospira interrogans setelah masuk ke dalam tubuh manusia.

Penyebarannya bisa melalui urin tikus yang masuk ke dalam tubuh melalui luka, atau pun gigitan tikus.

Dari enam kasus, dua orang meninggal dunia akibat leptospirosis di Kabupaten Karanganyar.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, tercatat ada 6 kasus leptospirosis di Kabupaten Karanganyar dari awal tahun ini hingga pekan ke-27 atau Juni 2021. 

Persebaran kasus tersebut terjadi di Kecamatan Gondangrejo, Kebakkramat, Jaten, Tasikmadu dan Colomadu. 

Dari enam kasus leptospirosis, dua orang di Kecamatan Jaten diketahui meninggal dunia.

Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) DKK Karanganyar, Sri Winarno menyampaikan, ada beberapa langkah yang dilakukan oleh dinas setelah mengetahui adanya kasus leptospirosis itu.

Baik melalui Penyelidikan Epidemiologi (PE) serta intervensi sanitasi atau kebersihan lingkungan.

Dinas telah meminta petugas sanitarian di masing-masing puskesmas untuk melakukan intervensi terhadap kondisi kebersihan lingkungan. Akan tetapi karena kondisi pandemi, kegiatan itu belum optimal. 

"PE dilakukan untuk mengetahui faktor resiko di lingkungan sekitar, juga mengetahui masyarakat sekitar yang memiliki gejala klinik sama dengan penderita leptospirosis. Kalau ada yang gejala klinis, dilakukan intervensi melalui pemberian obat dan pemantauan," katanya saat dihubungi Tribunjateng.com, Kamis (29/7/2021). 

Selain melakukan PE, lingkungan sekitar tempat tinggal penderita leptospirosis juga dicek pengelolaan sanitasinya. Winarno menuturkan, kasus leptospirosis itu muncul saat musim penghujan kemarin. 

Lebih lanjut, masyarakat harus mengenali gejala leptospirosis terlebih dahulu guna menghindari atau meminimalisir potensi kematian akibat virus tersebut. 

"Biasanya demam, mata kuning. Gejala khas itu nyeri di betis. Kalau masyarakat memiliki gejala itu segera berobat ke dokter," ucapnya. 

Dia menyarankan ketika memeriksakan diri supaya tidak bergonti-ganti dokter sehingga memudahkan dalam pemantauan selama proses pengobatan.

Di semua puskesmas yang ada di Kabupaten Karanganyar sudah disediakan obat untuk penyakit leptospirosis

"Kebanyakan itu berasal dari tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. Kalau pengelolaan sampah tidak baik, tikus terkadang masuk ke rumah dan kencing di mana-mana. Di lantai, di meja. Kalau itu terkena luka bisa berpotensi terinfeksi," terang Winarno.

Pecegahan Leptospirosis 

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan karena urin tikus yang terkena bakteri leptospira interrogans setelah masuk ke dalam tubuh manusia.

Penyebarannya bisa melalui urin tikus yang masuk ke dalam tubuh melalui luka, atau pun gigitan tikus.

Memasuki musim penghujan ini, bakteri leptospira banyak menyerang manusia, karena banyak lokasi yang lembab atau pun basah.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam RS UNS, Coana Sukmagautama, bakteri leptospirosis hanya bisa masuk ke dalam tubuh manusia jika ada media basah.

"Kalau musim kemarau, sangat jarang sekali penyebarannya, karena infeksi bakteri ini harus basah," katanya saat ditemui TribunSolo.com, Selasa (4/2/2020).

Bakteri leptospirosis ini biasanya menyerang di lingkungan yang kumuh, seperti pasar, pekerja bangunan, petani dan lainnya.

Untuk mencegah bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh, Coana menyarankan kepada masyarakat untuk selalu menjaga lingkungan.

"Prinsipnya hidup sehat saja, menjaga kebersihan lingkungan, dan pola makan yang teratur serta seimbang untuk mengembalikan sistem imun tubuh kita," jelasnya.

Dia menambahkan, jika dalam satu kawasan ada yang positif terkena bakteri Leptospirosis yang disebabkan oleh tikus, maka sangat dimungkinkan tikus yang ada di kawasan tersebut postif bakteri leptospirosis.

"Tapi masyarakat tidak perlu khawatir, karena bakteri leptospa hanya menyebar melalui tikus yang positif leptospirosis," imbuhnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Sukoharjo, Yunia Wahdiyati menambahkan, pihaknya telah melakukan pemantuan surveilans epidemiologi di wilayah tempat tinggal empat orang yang positif bakteri Leptospirosis.

"Kami sudah melakukan pemantauan di lingungan mereka tinggal, dan hasilnya saat ini suah terkendali, tidak ada temuan kasus baru di sana," jelasnya.

Dengan banyaknya hawa tikus yang menyerang sawah, membuat petani juga berpotensi terserang baktari leptospirosis.

"Cara pencegahannya adalah menjaga kebersihan lingkungan dan membasmi tikus serta sarangnya," harap dia.

"Tapi bangkai tikus jangan dibuang di jalan, nanti menimbulkan masalah baru lagi," terangnya. (TribunSolo.com)

Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved