Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pemakaman Gedhong Banjarnegara Kini Mirip TPA, Peziarah Tak Tahan Bau Busuk Sampah

Timbunan sampah di area Makam Gedhong Desa Mandiraja Kulon Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: Daniel Ari Purnomo
Tribun Jateng/ Khoirul Muzakki
Timbunan sampah di area Makam Gedhong Desa Mandiraja Kulon Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara. 

TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Memasuki area pemakaman Gedhong Desa Mandiraja Kulon, Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara, rasanya sama dengan kuburan di tempat lain.

Pengunjung hanya akan disambut batu-batu nisan yang berjajar. 

Juga tanaman khas kuburan yang hanya berbisik ketika tertiup angin. 

Tetapi suasana berubah ketika memasuki area pojok makam yang berbatasan dengan Sungai Serayu. Aroma busuk terasa menyengat. 

Pantas saja, banyak sampah menggunung di pinggir makam.

Sampah yang sudah menumpuk bertahun-tahun itu bahkan sudah mengeras. 

Terdapat gubuk tempat berteduh pemulung yang bekerja mengais sampah. 

Beberapa makam bahkan harus bersandingan dengan gunungan sampah. 

"Sebagian sudah dibersihkan pakai cangkul. Tapi hanya sedikit karena sudah tinggi sampahnya, " kata Mudiarjo warga Desa Mandiraja Kulon, Senin (17/1/2022).

Akhir-akhir ini tidak terlihat kendaraan pengangkut sampah masuk ke area makam.

Warga menutup lahan tempat pembuangan sampah menggunakan pagar bambu.

Warga juga memasang spanduk untuk peringatan agar tidak ada lagi yang berani membuang sampah di makam.  

Mudiarjo mengaku miris melihat lahan makam dijadikan tempat pembuangan sampah.

Terlebih, makam itu kerap diziarahi warga yang keluarga atau leluhurnya diistirahatkan di tempat tersebut. 

Selain menimbulkan bau dan pemandangan tak sedap, keberadaan sampah di area makam juga dinilai tidak etis. 

Kondisi ini rupanya juga dikeluhkan para peziarah.

Mudiarjo mengatakan, keberadaan sampah di area makam melahirkan ketidaknyamanan bagi peziarah. 

"Peziarah tidak setuju. Mereka tidak nyaman karena bau, " katanya.

Mudiarjo berharap, area makam Gedhong sampai seterusnya tidak lagi dijadikan tempat pembuangan sampah. 

Selain itu, ia berharap sampah yang sudah menggunung dan mengeras bisa diambil atau dibersihkan.

Sehingga area makam benar-benar steril dari sampah. 

Pembersihan sampah di makam itu pun tak bisa mengandalkan tenaga manusia.

Volume timbunan sampah sudah parah.

Butuh alat berat untuk membersihkan sampah itu dari area makam. 

"Kalau pakai manual gak bisa, sudah tinggi sampahnya, "katanya.

Bukan hanya mencemari lingkungan makam, keberadaan sampah di tempat itu juga mencemari Sungai Serayu di bawahnya. 

Di bawah tebing yang penuh sampah itu, mengalir sungai Serayu yang bermuara di pantai selatan.

Menurut Mudiarjo, sebagian sampah yang menumpuk di area makam kerap longsor atau jatuh ke sungai. 

"Sudah banyak yang jatuh ke sungai, " katanya.

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved