Ruchayah, Sosok Sepuh Bordir Ichik Khas Kudus, Langganan Istri Soeharto
Bagi Ruchayah, bordir ichik sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Sejak kecil dia sudah akrab dengan tradisi bordir yang diturunkan dari orangtua.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Bagi Ruchayah, bordir ichik sudah menjadi bagian dari kehidupannya.
Sejak kecil dia sudah akrab dengan tradisi bordir yang diturunkan dari orangtuanya.
Sejak 1962, Ruchayah telah memulai usaha bordir meski usianya saat itu bisa dikatakan sangat belia.
Perempuan kelahiran 1952 itu mendapat keahlian membordir dari ibunya.
"Anak zaman dulu kan hanya ngaji dan ikut membantu orangtua. Membantu orangtua itu saya diajari bordir," ujar Ruchayah saat ditemui di kediamannya di RT 2 RW 2 Desa Janggalan, Kecamatan Kota Kudus.

Perempuan yang kini usianya mendekati kepala tujuh itu masih setia menggeluti usaha bordir.
Meski pendengarannya tidak lagi normal, dia masih menjalankan usahanya meski sebagian besar telah dibantu anaknya yang kelima, Sunaifah.
Ruchayah hanya sebagai pengarah, utamanya terkait motif dan pola bordir yang harus dikerjakan oleh anak buahnya.
Usaha bordir ichik yang dirintisnya sejak masih belia itu telah mengalami pasang surut.
Dulu pernah berjaya dengan ratusan pekerja.
Hingga menjadi rujukan bagi sebagian besar kaum hawa di Kudus yang ingin belajar membordir.
Kini usahanya masih berjalan, meski hanya tersisa 30 pekerja.
Para pekerjanya semuanya kaum hawa.
Sebagian besar mengerjakan bordir di rumah masing-masing.
Hanya tinggal satu orang saja yang masih mengerjakan bordir di rumah Ruchayah.