Pendidikan
Ini Kisah Para Lansia yang Kembali ke Bangku Sekolah
Dalam bayangan banyak orang, universitas mungkin cocok jika dipenuhi oleh anak-anak muda.
Dua tahun menjalani kuliah, setelah menuntaskan Kuliah Kerja Nyata (KKN), La Ode jatuh sakit.
"Saat hendak ujian proposal, saya mulai sakit sehingga ujian itu harus ditunda. Saya sakit selama satu setengah tahun dan harus operasi prostat," kenangnya.
Tergeletak lemah selama 1,5 tahun juga tidak membuat La Ode menyerah.
"Saya kembali menghubungi kampus untuk masuk kembali. Mereka katakan, boleh asalkan semua tunggakan [biaya] semester dilunasi. Saya bilang, tidak apa-apa asalkan saya diterima kembali," lanjut La Ode.
Tekadnya yang bulat untuk terus menuntut ilmu ini juga didukung oleh keluarga.
Lala, salah satu cucu La Ode yang menemani sang kakek diwisuda, saat diwawancarai oleh media mengatakan sang kakek tak pernah mengeluh.
"Dia usahakan masuk, meskipun kadang sakit dan sudah tua begitu, tapi dia usahakan terus masuk kampus," kata Lala.
Setelah tujuh tahun, La Ode akhirnya berhasil lulus dengan gelar sarjana. Wa Ode Nurmala, cucunya yang lain, mengaku bangga akan prestasi kakeknya.
"Kakek jadi inspirasi buat kami untuk terus menuntut ilmu. Pendidikan itu tidak mengenal usia, pendidikan itu sampai akhir hayat," ujar Nurmala kepada wartawan Darul Amri yang melaporkan untuk BBC Indonesia.
Kisah La Ode semakin istimewa karena saat menyusun skripsi, salah satu dosen pembimbingnya adalah mantan muridnya di SMP Kota Baubau.
La Ode mengaku bangga, karena mantan muridnya itu kini telah menjadi "orang-orang besar".
"Sebenarnya saya yang lebih berterima kasih. Saya didik jadi orang besar, kemudian pengalaman mereka dituangkan lagi ke saya," lanjut La Ode.
Nadir La Djamudi, pembimbing La Ode, mengatakan saat melihat sosok La Ode di kampus, "Saya kira dia sedang legalisir ijazah."
Pada 1986, Nadir adalah murid SMP La Ode di sebuah kecamatan di Pulau Wakatobi. Menurutnya, sejak dulu La Ode adalah guru yang inspiratif.
"Dia hafal sejarah sastra, unsur-unsur analisis karya sastra. Dia juga hafal sastra Indonesia di setiap angkatan, dari angkatan '20-an, '30-an, sampai angkatan '45," kata Nadir.