Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Krisis Ukraina

Pemimpin Separatis Ukraina Desak Rusia Kirim Senjata Modern untuk Perang

Pemimpin separatis Ukraina mendesak Rusia mengirim senjata modern ke negara bagian.

Editor: sujarwo
ANATOLII STEPANOV / AFP
Ilustrasi. Seorang prajurit Pasukan Militer Ukraina berpatroli di sepanjang parit yang tertutup salju di garis depan dengan separatis yang didukung Rusia di dekat desa Zolote, wilayah Lugansk timur, pada 21 Januari 2022. 

TRIBUNJATENG.COM - Pemimpin separatis Ukraina Denis Pushilin pada Kamis (27/1/2022) mendesak Rusia mengirim senjata modern ke negara bagian yang memisahkan diri itu untuk membantu mereka berperang melawan pasukan Kiev yang didukung Barat.

Melansir Kompas.com, Denis Pushilin berbicara setelah partai yang berkuasa di Rusia mendesak Kremlin mulai mempersenjatai wilayah yang dikuasai separatis, di tengah ketegangan yang meningkat antara Moskwa dan Barat.

"Pertama dan terpenting, kita perlu melawan Bayraktar," katanya kepada pro-Kremlin Vladimir Solovyov dalam sebuah wawancara online yang dikutip AFP, mengacu pada drone buatan Turki

Solovyov mengatakan, Rusia mampu memasok separatis dengan senjata generasi terbaru, bukan senapan serbu Kalashnikov dan senapan mesin era Soviet.

Pushilin menjawab, "Kita perlu membicarakan senjata yang Anda maksud." Pushilin, yang mendeklarasikan diri sebagai pemimpin Republik Rakyat Donetsk, menuduh pihak berwenang Kiev terus mempersiapkan serangan dan menimbun amunisi serta bahan bakar.

Pada Rabu (26/1/2022), seorang anggota senior United Russia, Vladimir Vasilyev, mengatakan bahwa partai yang memerintah telah meminta kepemimpinan negara itu untuk mulai mempersenjatai wilayah-wilayah yang dikuasai separatis Ukraina.

Amerika Serikat dan para sekutu Uni Eropa-nya menuduh Rusia berusaha menjegal stabilitas Eropa dengan mengancam invasi ke Ukraina, bekas republik Soviet yang berusaha bergabung dengan NATO dan lembaga-lembaga Barat lainnya.

Moskwa membantah rencana untuk menyerang Ukraina, yang selain mencaplok Crimea juga mendukung pasukan separatis di timur sejak 2014.

Konflik tersebut telah merenggut lebih dari 13.000 nyawa.

Adapun Barat dan Kiev menuduh Moskwa memicu pemberontakan dengan mengirimkan senjata dan pasukan melintasi perbatasan.

Rusia selalu membantah klaim semacam itu, tetapi pernyataan pada Rabu dapat menandai perubahan dalam sikap resmi Moskaw.

Sejauh ini belum ada reaksi resmi langsung dari Kremlin. (*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved