Pegawai RSUP Kariadi Semarang Berlarian Semprotkan Apar ke Sumber Api Simulasi Kebakaran
Dalam mengisi bulan K3 sekaligus latihan rutin, karyawan RSUP Dr Kariadi Semarang melakukan simulasi kebakaran.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Selama sebulan penuh, mulai 12 Januari hingga 12 Februari dikenal sebagai bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Dalam mengisi bulan K3 sekaligus latihan rutin, karyawan RSUP Dr Kariadi Semarang melakukan simulasi kebakaran.
Simulasi dilakukan di gedung Penunjang melihatkan seluruh karyawan yang bertugas di gedung tersebut mulai dari dokter, perawat, teknisi hingga satpam.
"Iya, kami lakukan simulasi kebakaran yang dilakukan dua hari kemarin," terang Anggota Sub Komite K3 RSUP Kariadi Semarang, Titis Nuruttaqi Bintarosyana saat dihubungi Tribunjateng.com, Selasa (1/2/2022).
Baca juga: Lapas Pekalongan Bikin Simulasi Kebakaran, Latih Petugas Gerak Cepat
Simulasi tersebut tentu menjadi penting bagi karyawan rumah sakit, apalagi rumah sakit milik pemerintah itu di penghujung tahun kemarin dilanda kebakaran di gedung Kasuari.
Titis menjelaskan, peristiwa kebakaran di gedung Kasuari menjadi bukti bahwa pihak rumah sakit telah menerapkan K3 lebih baik.
Sebelum kejadian kebakaran di gedung itu, di RSUP Dr. Kariadi memang pernah terjadi kebakaran namun hanya skala kecil yang mampu ditanggulangi oleh karyawan.
"Itu pun sudah lama dan jarang sekali, semisal kami pernah tangani kejadian kebakaran kecil berupa sampah di lingkungan rumah sakit terbakar saat musim panas," ujarnya.
Dari kejadian itu, ia melihat penerapan K3 sudah dilakukan oleh karyawan di gedung tersebut mulai dari proses pemadaman api, petugas evakuasi dan lainnya.
Hanya saja terdapat kendala di lapangan berupa peralatan dan sistem kelistrikan yang banyak sekali di ruangan yang menjadi titik awal sumber api.
Akibatnya, karyawan yang bertugas di bagian pemadam api kesulitan menjinakan api dengan menggunakan peralatan APAR.
Meski telah menggunakan empat APAR dan menyemprotkan hydrant, api belum dapat dipadamkan sehingga pihaknya meminta bantuan dari Damkar Kota Semarang.
"Meskipun Standar Prosedur Operasional (SPO) sudah berjalan dengan baik, dari kejadian itu kami melakukan evaluasi," ucapnya.
Evaluasi yang dilakukan berupa karyawan harus menyadari terhadap pentingnya peralatan seperti sistem kelistrikan yang aman dan sebaliknya.
"Dulu K3 kami hanya patroli melihat keselamatan dan keamanannya. Selepas kejadian itu kami galakan program kerja baru berupa fire safety patrol," ujarnya.
Ia menjelaskan, program itu lebih menitikberatkan potensi-potensi bahaya kebakaran di unit kerja.
Setiap unit kerja yang melakukan save assessment nantinya akan dilakukan validasi.
"Sarana dan prasarananya yang lebih kita jaga sehingga ketika ada alat seperti kabel sudah aus harus segera diganti," tuturnya.
Terkait pelatihan K3, pihaknya rutin melakukan pelatihan K3.
Pemberian pelatihan K3 di RSUP Dr. Kariadi dilakukan secara intensif di masing-masing gedung.
Di rumah sakit itu, terdapat 15 gedung dan 19 ruang instalansi.
Tiap gedung memiliki jadwal pelatihan tersendiri dengan setiap pelatihan melibatkan 70 persen peserta dari karyawan di gedung tersebut.
Sisanya 30 persen peserta perwakilan masing-masing instalansi.
"Jadi misal pelatihan di gedung Garuda maka 70 persen peserta pelatihan pegawai gedung Garuda. Sisanya perwakilan dari petugas di ruang instalansi," ujarnya.
Pelatihan dilakukan minimal sebanyak tiga kali dalam setahun. Satu kali dilakukan secara internal, sisanya bekerja sama dengan pihak Damkar maupun Kepolisian dan pihak lainnya.
"Semua pegawai rumah sakit harus teredukasi terkait K3. Mereka juga harus memiliki sertifikat K3 di antaranya penanggulangan kebakaran yang harus diperbarui setiap satu tahun sekali," bebernya.
Dalam pemberian pelatihan K3, ia menyebut ada dua materi yang diberikan yaitu penanganan dan pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan Penanggulangan kebakaran.
Untuk B3 meliputi cara pengelolaan, penyimpanan, menangani tumpahan, dan penggunaan.
"Di sini banyak bahan-bahan berbahaya seperti radioaktif, obat-obatan jenis Sitostatika yang perlu penanganan khusus," ungkapnya.
Sedangkan penanggulangan kebakaran dibagi menjadi beberapa sub tugas seperti tugas orang yang pertama kali melihat api, petugas evakuasi, hingga cara penanganan kebakaran dalam hal ini ditekankan cara menggunakan APAR dan mengevakuasi korban.
"Empat hal itu yang kami tekankan kepada para karyawan untuk penanggulangan kebakaran," tuturnya.
Di samping itu, rumah sakit juga dilengkapi sistem sarana proteksi aktif dan pasif.
Proteksi aktif berarti di setiap gedung sudah ada hydrant baik indoor maupun outdoor.
Adapula alarm, detektor, APAR berbagai jenis, dan lainnya.
Kemudian papan record yang diperbarui setiap pergantian shift.
Di papan itu setiap shift harus dituliskan siapa saja yang bertugas meliputi evakuasi, menghubungi unit terkait, dan memadamkan api.
"Proteksi pasif meliputi tangga darurat, jalur evakuasi,dan lainnya," bebernya.
Ia mengaku, antuasias para karyawan rumah sakit dalam menerapkan K3 sudah cukup bagus apalagi sertifikat K3 menjadi persyaratan wajib saat kredensial atau kenaikan pangkat.
Pihak rumah sakit juga menjamin K3 bagi seluruh karyawan yang dibuktikan dengan surat komitmen.
"Direktur dan jajaran direksi rumah sakit beberapa kali ikut terjun langsung ke lapangan mengikuti safety patrol untuk memastikan penerapan K3 di rumah sakit," imbuhnya.
Ia mengaku, kendala dalam memberikan edukasi K3 kepada seluruh karyawan muncul saat pandemi COVID-19 sebab ada pembatasan kegiatan berkumpul.
Pihaknya tidak dapat melakukan kegiatan simulasi selama dua tahun terakhir sehingga pembekalan K3 kurang maksimal.
Kegiatan itu mulai digalakan kembali awal tahun ini, tentunya dengan mematuhi protokol kesehatan.
"Untuk menyiasatinya agar edukasi K3 terus berjalan caranya dengan memberikan edukasi di briefing kecil saat pergantian shift karyawan," katanya.
Di sisi lain, pihaknya menilai, program K3 adalah sebagai investasi bagi rumah sakit.
Budaya K3 yang tumbuh baik di rumah sakit menjadi kunci ekosistem di dunia kerja.
"Pegawai rumah sakit bagian dari investasi karena memiliki manfaat jangka panjang. Dengan budaya K3 yang baik tentu menekan kecelakaan kerja yang akan meningkatkan produktivitas kerja," tegasnya. (Iwn)
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :