Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Demak

Kesaksian Farid & Titin Asal Samarinda Sebelum Anak Diculik dan Dibunuh di Demak: Ia Selamatkan Kami

Peristiwa pembunuhan balita asal Kota Samarinda di Demak, Provinsi Jawa Tengah, sempat menghebohkan jagat maya beberapa waktu lalu.

Editor: galih permadi
TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA
Farid Effendi dan Titin Isnany bagian kiri didampingi keluarga dan kuasa hukum dari LBH KNR. 

TRIBUNJATENG.COM, SAMARINDA - Peristiwa pembunuhan balita asal Kota Samarinda di Demak, Provinsi Jawa Tengah, sempat menghebohkan jagat maya beberapa waktu lalu.

Memori itu masih terekam hapal bagi pasangan suami istri Farid Effendi (43) dan Titin Ismail (31) yang akhirnya bisa kembali ke Kota Samarinda pada Selasa (31/1/2022) lalu.

Terbayang jelas diingatan mereka bagaimana hari nahas yang merenggut nyawa buah hati mereka, Raden Darma Wijaya (2 tahun, 11 bulan) dan hampir menghilangkan nyawa sang ayah,Farid Effendi, Selasa (21/12/2021).

Cerita dibuka oleh sang istri, Titin Ismail (31). Dengan mimik wajah tegang Ia mulai menerangkan, pada akhir November 2021, ada seorang pembeli yang mengirim pesan singkat melalui messenger Facebook.

Sang pembeli ini mengaku berasal dari Provinsi Jawa Tengah, tepatnya Kota Demak, yang merasa cocok dengan obat herbal yang dijual pasangan suami istri yang berdomisili di Kelurahan Loa Bakung, Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda ini.

Transaksi pembelian pun berlangsung tanpa ada kendala. Pasangan ini pun menjadi akrab dengan sang pembeli yang mengaku bernama M. Nasirun.

Terus berkomunikasi selama dua hari, M. Nasirun akhirnya mengajak suami istri ini untuk ikut bekerja di usaha percetakan yang berada di Demak.

"Katanya ikut aja sebagai karyawan di Jateng. Kami ditawarkan gaji Rp 6 juta per bulan," jelas Titin.

Singkat cerita, setelah melalui perundingan panjang, akhirnya mereka sepakat untuk menerima tawaran tersebut.

Minggu (5/12) pagi, dengan membawa dua anaknya, yakni Raden Darma Wijaya atau Ijay (2) dan Keyla (1) mereka berangkat dari Kota Samarinda ke Demak dengan transportasi yang ditanggung Nasirun.

Tiba di salah satu Kota di Jawa Tengah tersebut, mereka dijemput oleh M. Nasirun dan dibawa ke sebuah kontrakan yang berada di Jalan Sultan Adi Wijaya, Kelurahan Mangunjiwan, Kecamatan Demak.

Dijelaskannya, kontrakan tersebut terdiri dari dua lantai. Di lantai pertama terdapat banyak alat percetakan, juga beberapa kamar tempat para pekerja.

"Kami di kamar lantai dua, dekat tangga," jelasnya.

Ia menyebutkan, ada 4 orang yang berada di rumah tersebut. Yakni M.Nasirun, alias Ahmat Safi'i selaku pimpinan kawanan, M. Khairul Anwar, M. Serifi dan M. Rifqi.

"Semuanya masih muda," imbuhnya.

Titin melanjutkan, sejak tiba di rumah tersebut, mereka tidak pernah kekurangan apapun, dan semuanya ditanggung oleh penghuni rumah tersebut.

Waktu berlalu, hingga tanggal 19 Desember 2021 keempat pemuda tersebut mulai menunjukan gelagat aneh.

Mulai dari selalu berbisik, duduk di pojok ruangan dalam kegelapan, dan tidak memperdulikan mereka.

"Bahkan makan pun tidak dibelikan. Kami mau keluar beli sendiri tapi tidak enak meminjam sepeda motor mereka," terang Titin.

Masuk hari Rabu (20/12/2021) keempat orang tersebut tidak memunculkan batang hidung mereka.

"Nah, Kamis (21/12) itu Anwar dan Rifki pulang. Di situ saya dikasih uang Rp 200 ribu, katanya buat beli susu," jelasnya.

Siang itu, Ia merasa anaknya, Ijay, menunjukan gelagat aneh. Mulai dari menghabiskan 2 tandan pisang, menyusun rapi seluruh mainannya, lalu tertidur pulas di samping sang ayah.

Titin melanjutkan, sekitar Pukul 16.50 WIB Ia terbangun sebab anak perempuannya, Keyla, rewel karena sakit.

Ketika keluar kamar, Anwar menawarkan diri untuk menggendong Keyla dan mengajaknya berbicara sambil mencari obat untuk anaknya.

Ketika hendak keluar pintu rumah, Ia melihat Serofi yang entah kapan datangnya, menaiki tangga kamar mereka dengan menggunakan jaket dan celana panjang hitam.

"Memang perasaan saya tidak enak, tapi kembali lagi perasaan itu saya tepis karena pikir biasa saja kalau mereka mau naik," ceritanya.

Namun ketika keluar dari pagar rumah, terdengar teriakan sang suami dengan kata "Apa-apaan ini? Disusul teriakan tangis dari anaknya."

Ia pun kembali berlari masuk dan mendapati kepala suaminya sudah mengeluarkan banyak darah dengan sebuah paku menancap di dahi kanan suaminya.

Sementara itu nampak Serofi yang masih memegang balok kayu dengan beberapa paku di ujungnya bersiap menyerangnya, namun berhasil Ia tendang hingga ke depan pintu.

"Saya kelahi sama Serofi itu sampai di lantai satu. Saya tidak peduli lagi dengan nyawa saya," ujarnya.

Namun, Ia pun tersadar karena tidak lagi mendengar suara tangisan anaknya, Raden Darma Wijaya.

"Saya teriak, banguuun pak selamatkan anakmu pak. Sambil saya kejar Anwar yang mau membawa Keyla ke mobil silver yang tiba-tiba ada di depan rumah," terangnya.

Sementara itu, Farid Effendi dengan segala sisa tenaga berupaya turun menyelamatkan anak istrinya.

Kedua pelaku lainnya yang bersiap kabur, yakni Serofi dan Rifqi pun kembali naik ke atas dan mengeroyok sang suami.

"Saya kelahi di situ, sampai tangan kanan saya patah dihajar pakai balok yang ada pakunya," beber Farid Effendi.

Ia bercerita, awalnya saat tidur Ia dibangunkan Serofi dan langsung menghantam kepalanya dengan balok berpaku berkali-kali.

"Setelah tangan saya patah, darah makin banyak keluar dari kepala saya tidak ingat apa-apa lagi," ucapnya.

Kembali ke perjuangan Titin Ismail, Ia berhasil menyelamatkan Keyla, putrinya, namun tidak dengan Ijay yang berhasil dibawa kabur para tersangka.

"Tangan saya sempat menggapai Ijay, tapi didorong Anwar dari jendela mobil sampai saya jatuh," ungkapnya.

"Saya berupaya mengejar mobil sambil berterik minta tolong. Namun anehnya orang-orang sekitar seperti tidak memeperdulikan saya," keluhnya.

Hingga akhirnya Ia tersadar sang suami juga memerlukan pertolongan dan bergegas menghubungi ambulance lalu melapor ke Polres Demak.

Atas respon cepat dari Kepolisian, satu persatu tersangka pun berhasil diamankan di hari yang sama sejak Pukul 03.00 - 10.00 WIB.

Dari tertangkapnya para pelaku, terungkaplah bahwa para tersangka merupakan sindikat pembuat uang palsu dengan total 7 orang.

Hingga akhirnya, pada Rabu (22/12/2021) beredar kabar bahwa anaknya ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di semak-semak kawasan Sukoharjo, Demak.

"Setelah suami saya selesai operasi, baru saya diberi kabar bahwa anak saya Ijay sudah tidak ada," lirihnya.

Sang anak baru dikebumikan pada Jumat (24/12/2021) di dekat rumah kerabatnya yang berada Jawa Timur.

"Bagi kami, anak kami, Alm. Raden Darma Wijaya merupakan guarden angle kami. Dia rela dibawa agar kami selamat," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Kami sudah berupaya mengikhlaskan. Semoga para tersangka mendapatkan hukuman yang setimpal. Dan penilaian buruk orang terhadap kami bisa hilang," harapnya di akhir. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunKaltim.co dengan judul Fakta soal Kronologi Detik-detik Balita Asal Samarinda Dihabisi di Demak, 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved