Program PINTAR
Menerapkan Pembangunan Social Capital Sejak Dini di Lingkungan Sekolah
Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan.
Oleh: Mega Permatasari SPdSD MPd, Fasilitator Daerah Program PINTAR Tanoto Foundation dan Guru SDN Slarang 04 Cilacap
UU NO 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Hal tersebut membuka ruang kepada sekolah untuk meningkatkan partisipasi semua pemangku kepentingan yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan.
Salah satu bentuknya adalah membangun social capital dengan cara memberdayakan orang tua dan masyarakat yang berada di lingkungan sekolah. Orang tua tidak hanya terlibat dalam aktivitas belajar anak di rumah tetapi juga di sekolah.
SD Negeri Slarang 04, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, merupakan sekolah yang telah menunjukkan upaya dukungannya dalam memfasilitasi pembangungan social capital. Pihak sekolah memberi ruang dan kesempatan kepada orang tua untuk menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi peserta didik. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Sabtu. Orang tua dengan berbagai latar belakang profesi dan pendidikan dapat berpartisipasi untuk mengajar atau berbagi pengalaman positif kepada peserta didik.
Awalnya, guru melakukan komunikasi dengan orang tua tentang materi yang hendak disampaikan. Dari materi tersebut, kemudian dikaitkan dengan materi pelajaran yang sesuai dengan tingkatan kelas. Salah satu orang tua peserta didik yang telah berkontribusi adalah Bapak Rendhie Bihaqqi, orang tua dari Quinsha siswi kelas 6 dan Celine siswi kelas 1. Berdasarkan latar belakang profesi di bidang energi (Pertamina), Bapak Rendhie menyampaikan materi mengenai minyak bumi. Minyak bumi digunakan sebagai bahan bakar habis pakai yang dihasilkan dan diolah langsung dari sumbernya. Sebagai salah satu sumber daya alam yang tak terbarukan, minyak bumi harus digunakan sehemat mungkin. Penjelasan mengenai dampak dari borosnya penggunaan minyak bumi diberikan secara mendetail.
Banyak sekali pengalaman dan keahlian orang tua yang bisa dijadikan sumber belajar peserta didik di sekolah. Pada materi keanekaragaman budaya di kelas 5, guru menghadirkan orang tua yang berprofesi sebagai seniman atau dalang. Peserta didik juga diajak langsung untuk mengenal alat-alat musik gamelan di sanggar karawitan tersebut. Materi yang disampaikan orang tua tidak hanya yang terkait dengan mata pelajaran saja. Misalnya pemahaman tentang perilaku tertib berlalu-lintas bagi anak-anak juga penting untuk disampaikan. Sekolah meminta orang tua yang seorang polisi untuk memberikan penyuluhan kepada peserta didik.
Peserta didik tampak sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka banyak menerima hal baru yang disampaikan menggunakan gambar-gambar asli yang sebelumnya belum pernah mereka lihat. Pengetahuan baru dari narasumber asli juga menjadi faktor pendukung terbentuknya pengalaman yang berkesan. “Keren, belajarnya tadi rame, menyenangkan, jadi tidak bikin bosan, besok siapa lagi yang mau datang, Bu guru?” tanya Dewa dengan sangat antusias.
Program social capital menjadi kesempatan sekolah untuk memberikan motivasi kepada peserta didik dengan cara baru. Dari sisi orang tua pun, akan muncul rasa turut bertanggung jawab atas keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Bila sudah demikian, akan dapat dihindari perilaku yang mencerminkan sikap menuntut dan hanya melimpahkan pendidikan ke pihak sekolah. Kerja sama dengan banyak pihak yang dilakukan secara kontinyu akan membawa perubahan dan dampak positif bagi dunia pendidikan secara jangka panjang. (*)
