Wawancara Khusus
WAWANCARA : Amir Machmud NS, Ketua PWI Jateng: Jurnalisme Digabung TI Jadi Kekuatan Besar
KETUA Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah, Amir Machmud NS hadir di Studio Tribun Jateng.
TRIBUNJATENG.COM -- KETUA Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah, Amir Machmud NS hadir di Studio Tribun Jateng.
Dipandu host Tribun Jateng, Elyn Windiyastuti, Ketua PWI Jateng Amir Machmud membeberkan agenda peringatan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2022.
Menurut Amir Machmud yang juga wartawan senior di Jawa Tengah, jurnalisme dan kekuatan teknologi informasi bisa digabungkan sebagai kekuatan.
Artinya, apapun platform medianya, nilai jurnalistik tidak akan hilang.
Video Tribun Topic telah tayang di media sosial Tribunjateng bertepatan Hari Pers Nasional 9 Februari 2022, dan kali ini disajikan kepada pembaca Tribunjateng.com dan koran cetak Tribun Jateng yang ditranskrip oleh reporter Mazka Hauzan Naufal.
Berikut petikan wawancaranya.
Apa kabar pers Indonesia hari ini di Jawa Tengah?
Saya kira fine-fine saja. Artinya, happy dan saya lihat passion kawan-kawan luar biasa dalam menyambut hari bersejarah ini. Mereka ada banyak kegiatan.
Mulai dari olahraga sampai kegiatan yang sifatnya intelektual seperti seminar. Kami siapkan banyak hal. Mulai hari-hari ini sampai puncaknya di Jateng, dipusatkan di Kendal 19 Februari.
Ada acara apa saja PWI Jateng?
Pertandingan olahraga sepakbola, bulu tangkis, tenis. Mulai awal Februari kami gelar beberapa seminar. Kami awali untuk nanti seterusnya dijadikan tradisi, dialog para rektor.
Kami siapkan dialog empat rektor plus satu moderator. Mereka akan memberi penilaian tentang media dan wartawan. Kita akan melihat perspektif para akademisi tentang profesi kami ini.
Pesertanya siapa saja?
Umum juga ada, kami mulai tanggal 8 Februari seperti biasa ada ziarah ke makam para senior wartawan yang sudah meninggal.
Malamnya ada khataman Alquran untuk anggota grup WA kami. Ini kegiatan yang mungkin tidak ada di provinsi lain. Tanggal 9 pagi kami ada syukuran dengan stakeholder terdekat.
Tanggal 16 Februari dialog empat rektor. Puncak tanggal 18-19 Februari ada sejumlah kegiatan yang fokus pada pariwisata di Kendal. Nanti ada juga pemecahan rekor minum kopi di Kendal.
Puncak acara, kami berikan penghargaan pada tokoh dan institusi yang tahun-tahun kemarin memberi kontribusi dalam pengembangan peningkatan sumberdaya wartawan.
Menurut Pak Amir perkembangan pers di Indonesia seperti apa?
Awal-awal pandemi kita sempat digelisahkan, bagaimana masa depan pers kita, terutama untuk kalangan milenial.
Apakah pers masih punya daya tarik sebagai lahan profesi di masa depan. Transformasi cetak ke digital membawa banyak dampak.
menurunnya omzet, tiras, media cetak. Berhadapan dengan tren penggunaan media informasi digital. Pelan tapi pasti media digital semakin menemukan bentuk.
Kita jadi tahu google adsense, algoritma google, kemudian juga ada profesi baru bernama kreator konten. Menyentuh dunia anak muda yang adaptasinya pada teknologi informasi, mulai menggeliat, ada gairahnya passionnya.
Saya berpikir nilai-nilai jurnalisme dengan kekuatan teknologi informasi ini bisa digabungkan sebagai kekuatan.
Artinya, apapun platform medianya, nilai jurnalistik tidak akan hilang. Bagaimana secara klasik jurnalistik masih dipertahankan, secara teknologi anak-anak muda yang berperan di situ.
Berita saat ini banyak keluar di media sosial juga?
Akan terbedakan. Ini era duopoli media. Satu pihak medsos berkembang masif dan cenderung banal. Media mainstream berkembang dengan gaya medsos.
Ini cepat atau lambat kita berharap, media mainstream tetap menjadi pusat untuk verifikasi informasi. Apa yang meragukan di medsos, media massa yang jadi penjernih.
Orang tetap akan melihat produk jurnalistik penting untuk menjadi gantungan informasi.
PWI ada program apa untuk 2022?
Dari periode pertama kepengurusan 2015 sampai 2020 kemarin, bertitik berat pada pendidikan wartawan. Artinya pengembangan kapasitas melalui uji kompetensi wartawan, orientasi kewartawanan, pelatihan-pelatihan. Itu yang kami tekankan.
Tidak kami ubah karena kami tahu itulah kebutuhannya. Tetapi ada satu hal yang kami gagas, kemungkinan akan kami lakukan tahun kedua ini, di periode 2021-2025.
Kami ingin agar profesi wartawan tetap diminati anak-anak muda. Karena mereka inilah masa depan sumber daya kewartawanan nantinya.
Caranya bagaimana agar anak muda tertarik dengan profesi wartawan?
Nanti kami buat magnet-magnet. Kebanggaan menulis, menyiarkan. Termasuk menyiarkan secara audio-visual.
Sekarang ini kan konten di medsos seperti video youtube, podcast, dan lain-lain bisa dimodifikasi ke arah media mainstream. Ketika proses penginformasian juga terverifikasi dengan standar jurnalistik.
Ketika ada harapan yang menjanjikan bahwa profesi ini bukan tanpa masa depan, artinya secara kesejahteraan memiliki harapan, pasti fresh graduate akan berpikir untuk memasuki profesi ini.
Awal pandemi saya sempat khawatir. Tapi perkembangan saya lihat ada hal-hal yang memberi harapan.
Uji Kompetensi Wartawan caranya seperti apa?
UKW diadakan mulai 2012, semakin berkembang. Sekarang Dewan Pers punya banyak lembaga uji. Ada PWI, AJI, IJTI juga lembaga uji dari kampus.
Bagusnya adalah, wartawan yang memang betul-betul menekuni profesi diminta untuk merekonstruksi pekerjaan sehari-harinya. Membuktikan bahwa punya kompetensi.
Sesuai tantangan keadaan, UKM meliputi dua sisi, kompetensi teknis dan etis. Itu yang diujikan.
Untuk level Muda ada 10 soal. Salah satu soal dengan durasi terpanjang tentang hukum pers dan kode etik jurnalistik.
Demikian pula untuk level madya dan utama. Anggota kami dorong ikut.
Dengan syarat tertentu. Di antaranya media tempat bekerja berbadan hukum. Kemudian sudah jalani profesi wartawan paling tidak dua tahun.
Seberapa sering UKW dilaksanakan?
Tidak pasti. Karena kami bekerjasama dengan lembaga, BUMN juga. Tahun kemarin kami bisa 5 kali selenggarakan. Tahun ini rencana yang sudah ada 3 kali.
Maret kami kerja sama dengan Semen Gresik Rembang, diselenggarakan di Magelang.
April insyallah dengan Diskominfo Jateng. Dalam rentang tahun berikutnya, yang pasti kami sudah dapat slot 24 peserta untuk UKW Dewan Pers.
Tips supaya tidak termakan hoaks?
Saya memang menyenangi masalah literasi digital dari seluruh segmen usia. Mulai SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, dan masyarakat umum.
Literasi digital tidak boleh parsial. Harus terus menerus dilakukan karena modus hoaks, modus berita yang kurang verifikasi, itu sejatinya tidak akan pernah berhenti.
Akan selalu ada. Kalau tidak dihadapi dengan literasi terus-menerus, akan susah.
Hoaks adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman nenek moyang. Berkembang dan ditopang oleh teknologi informasi.
Pesan untuk para jurnalis?
Kita sudah arungi profesi ini, baik yang baru maupun yang sudah senior maupun sangat senior. Maka cintai profesi ini dengan rasa, dengan hati. Dengan mencintai profesi ini, semangat untuk merawat akan ada pada kita semua. (mzk)
Baca juga: Kunci Jawaban Kelas 6 Halaman ke 38 39 41 43 Buku Tematik Tema 7 Tangga Nada
Baca juga: OPINI Mukhlis Mustofa : Karena Bersekolah Merenda Sejarah
Baca juga: Assiten Ungkap Pesan Rahasia Tuchel via Telepon, Kunci Chelsea Lolos ke Final Piala Dunia Antar Klub
Baca juga: Jadwal TV Televisi Hari Ini Kamis 10 Februari 2022 di Trans TV RCTI Trans7 GTV SCTV dan Lainnya