Invasi Rusia ke Ukraina Diyakini Segera Terjadi, Dimulai Rudal dan Bom
peningkatan kekuatan militer Rusia di sekitar Ukraina telah mencapai titik bahwa invasi dapat terjadi kapan saja saat ini.
TRIBUNJATENG.COM, WASHINGTON - Invasi Rusia atas Ukraina diyakini bakal segera terjadi, meski Barat telah mengeluarkan berbagai ancaman. Sejauh ini, dialog dan negosiasi yang digelar untuk meredam konflik kedua negara terus menemui jalan buntu.
Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan mengeluarkan peringatan pada Minggu (13/2), bahwa peningkatan kekuatan militer Rusia di sekitar Ukraina telah mencapai titik bahwa invasi dapat terjadi kapan saja saat ini.
Kepada CNN State of the Union, Sullivan mengatakan bahwa AS telah mengamati percepatan peningkatan kekuatan militer Rusia dalam 10 hari terakhir, yang menunjukkan militer dapat meluncurkan tindakan sangat, sangat cepat.
“Kami tidak dapat memprediksi dengan tepat harinya, tetapi kami dapat mengatakan bahwa kita sudah dekat saat ini, invasi dapat terjadi, aksi militer besar dapat dimulai oleh Rusia di Ukraina kapan saja, sekarang, itu termasuk minggu depan, sebelum Olimpiade," tuturnya, seperti dilansir dari UPI.
Menurut dia, serangan kemungkinan akan dimulai dengan rudal dan bom yang signifikan, yang dapat membunuh warga sipil. Itulah sebabnya AS telah mendesak orang Amerika untuk meninggalkan negara itu di saat pilihan transportasi komersial masih tersedia.
“Itu tidak pernah setepat yang diinginkan militer-militer mana pun, kami bahkan tidak tahu seberapa tepat militer Rusia menginginkan mereka,” ujarnya tentang serangan rudal dan bom.
“Warga sipil yang tidak bersalah dapat terbunuh, tak peduli kebangsaan mereka. Kemudian akan diikuti oleh serangan pasukan darat yang bergerak melintasi perbatasan Ukraina," sambungnya.
"Sekali lagi, warga sipil yang tidak bersalah dapat terjebak dalam baku tembak atau terjebak di tempat-tempat yang tidak dapat mereka pindahkan,” tukasnya.
Selain itu, Sullivan menegaskan kembali kemungkinan bahwa Rusia dapat menggunakan operasi terselubung sebagai dalih untuk melancarkan invasi.
"Kami memiliki informasi yang kami kumpulkan melalui intelijen, yang menunjukkan bahwa ada perencanaan aktif untuk ini, dan bukan hanya Amerika Serikat yang mengatakannya," terang dia.
Dia menambahkan, pihaknya memiliki sekutu NATO di lapangan dan mengatakan hal yang sama, karena mereka telah dapat meninjau intelijen itu, menilai kredibilitasnya, dan mencapai kesimpulan yang sama yang telah kami capai.
“Jadi saya pikir dunia harus siap untuk Rusia melakukan dalih dan kemudian meluncurkan aksi militer potensial,” tandasnya.
Sullivan menyatakan, AS telah mengupayakan transparansi seputar situasi untuk memastikan bahwa Rusia tidak diberikan kesempatan untuk memunculkan sesuatu di Ukraina atau dunia.
"Kami akan memastikan bahwa kami memberikan kepada dunia apa yang kami lihat setransparan dan sejelas mungkin, dan membagikan informasi itu seluas mungkin. Itulah yang telah kami lakukan. Itu yang akan terus kami lakukan," jelasnya.
Surat kabar Washington Post melaporkan bahwa evaluasi atas intelijen baru dan bukti di lapangan yang dirilis Jumat (11/2) lalu, menunjukkan bahwa Rusia sepenuhnya siap untuk melancarkan serangan dengan 130.000 tentara, dan persenjataan utama di sekitar Ukraina di tiga sisi.
Rusia juga telah melakukan latihan militer di Rusia selatan, Laut Hitam, dan Belarusia, yang berbatasan dengan Ukraina di utara. (Kompas.com/Tribunnews)