Konflik Wadas
Temuan Komnas HAM soal Konflik Wadas: Terjadi Kekerasan, Warga Trauma dan Ketakutan
Insiden Wadas pada 8 Februari tersebut diwarnai pro dan kontra warga tentang pengukuran lahan desa untuk pembangunan Bendungan Bener
Bahkan, ada beberapa warga Wadas sampai tak berani pulang ke rumah lantaran alami ketakutan
Selain luka fisik, sejumlah warga lain juga mengalami trauma pasca kejadian.
Khususnya pada perempuan dan anak.
"Beberapa warga mengalami ketakutan pasca-peristiwa tanggal 8 Februari 2022 tersebut, hingga sampai Sabtu dan minggu (4-5 hari) setelah peristiwa itu tidak berani pulang ke rumah."
"Selain itu, ditemukan potensial traumatik, khususnya bagi perempuan dan anak," ucap Choirul Anam.
Aparat Gunakan Kekuatan secara Berlebihan
Komnas HAM juga menemukan adanya penggunaan kekuatan secara berlebihan atau excessive use of force yang dilakukan aparat Polda Jateng pada warga Wadas.
Hal tersebut terlihat dari jumlah aparat kepolisian yang dikerahkan mencapai 200 lebih personil.
Hal itu disampaikan oleh Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara.
"Ditandai dengan pengerahan personil dalam jumlah besar dan adanya tindakan kekerasan dalam proses penangkapan," ucap Beka.
Selain itu, Beka juga mengungkapkan kesimpulan lain dari konflik Wadas pada Selasa (8/2/2022) lalu.
Pihaknya menemukan adanya pengabaian hak perlindungan integritas personal warga Wadas dalam upaya mempertahankan lingkungannya.
Menurut Beka, seharusnya sikap penolakan warga harus tetap dihargai dan tidak disikapi aparat kepolisian secara berlebihan.
Kemudian, dari temuan Komnas HAM, Beka menyebut telah terjadi pengabaian hak anak yang semestinya diperlakukan berbeda dengan orang dewasa.
"Ada anak anak yang kemudian ditangkap perlakuannya disamakan dengan yang dewasa," ucap Beka.