Berita Semarang

Pemuda Kota Semarang Diajak Membuat Konten Tangkal Hoaks Pandemi

Sebanyak 32 anak muda yang berasal dari 16 kecamatan di Kota Semarang, Jawa Tengah dilatih untuk membuat konten kreatif untuk memerangi informasi hoak

Penulis: faisal affan | Editor: m nur huda
Dok. Mafindo
Beberapa pemuda yang tergabung dalam GERCEP (Gerakan Remaja Cegah dan Pantau Covid-19), sedang mendapatkan pelatihan dari beberapa pakar komunikasi informasi untuk menangkal hoaks tentang pandemi yang diadakan di Dinas Kesehatan Kota Semarang, Sabtu (5/3/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sebanyak 32 anak muda yang berasal dari 16 kecamatan di Kota Semarang, Jawa Tengah dilatih untuk membuat konten kreatif untuk memerangi informasi hoaks di kantor Dinas Kesehatan Kota Semarang, Sabtu (5/3/2022). 

Mereka adalah wakil dari anggota GERCEP (Gerakan Remaja Cegah dan Pantau Covid-19) yang merupakan SatuanTugas Remaja Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Semarang. 

Pelatihan Penguatan Kemampuan Komunikasi GERCEP digelar atas kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Semarang, Forum Kota Sehat Kota Semarang, Yayasan Kalandara, MAFINDO, dan Akatara Jurnalis Sahabat Anak yang didukung oleh UNICEF.

Pelatihan dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang dr Mochamad Abdul Hakam.

Berdasarkan catatan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), hingga Rabu (15/12/2021) sebaran hoaks seputar Covid-19 mencapai 5.258 unggahan dengan temuan sebanyak 2.026. 

Sebaran hoaks seputar Covid-19 paling banyak diunggah lewat Facebook sebanyak 4.557. 

Hoaks seputar Covid-19 terbanyak kedua diunggah lewat Twitter sebanyak 572 unggahan. 

Sebaran hoaks seputar Covid-19 ketiga terbanyak disebar lewat YouTube, mencapai 55 unggahan. Sedangkan sebaran hoaks seputar Covid-19 terbanyak keempat terdapat di Instagram dengan 49 unggahan dan sebaran kelima terbanyak lewat TikTok dengan 25 unggahan.

Presidium MAFINDO, Farid Zamroni menjelaskan masyarakat harus mampu memahami informasi yang mereka terima itu hoaks atau bukan.

"Caranya harus pandai menggunakan tool (alat) mengklarifikasi informasi. Karena pada dua tahun terakhir virus Corona menjadi isu utama; maka hoaks yang berkaitan dengan virus Corona juga banyak," kata Farid.

Ia menambahkan orang percaya kepada informasi hoaks disebabkan karena malas mencari tahu, kemudian belum dibaca tuntas sudah beropini, bisa juga karena informasi yang sama muncul berulang-ulang sehingga dianggap bahwa itu benar, lalu berita diterima dari teman terdekat sehingga percaya begitu saja.

"Ada pula karena isi hoaks itu sesuai dengan opininya dan sikapnya sehingga dianggap benar," tuturnya.

Penyebar hoaks bermotif ekonomi, politik, ideologi, kebencian, dan iseng. Hoaks berdampak negatif karena dapat menimbulkan kepanikan.

Oleh karena itulah MAFINDO mengajak para wakil anak muda Kota Semarang itu untuk ikut menjadi filter dan menyebarkan informasi bagaimana cara memfilter informasi untuk mengetahui apakah itu hoaks atau tidak. Sebab melawan hoaks dapat menyelamatkan banyak orang.

Salah satu tool sebagai filter itu adalah dengan nomor WA 08592100500 yang merupakan akun Kalimasada, chatbot anti-hoaks dari MAFINDO. 

Kemudian silakan kirim pesan ke nomor itu dengan memilih dari lima pilihan yang ada, yaitu Periksa hoaks, Cek Fakta terbaru, Tips & trik untuk melawan hoaks, Tentang Kami, dan Privasi.

Tool itu akan menjawab pesan yang diterima dan menjawabnya dengan segera. 

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh MAFINDO, didapatkan 21% konten hoaks kesehatan terkait COVID19 dan Vaksin. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh MAFINDO, Jenewa Institute, dan Sinergi Sehat Indonesia di enam provinsi  hasil adalah orang yang berhasil memisahkan berita hoaks kemungkinan menjalani vaksin sebesar empat kali dibandingkan dengan yang tidak berhasil memisahkan hoaks. 

Lalu orang  yang percaya imunisasi rutin, kemungkinan menjalani vaksin sebesar kali dibandingkan dengan yang tidak percaya imunisasi rutin.

Kondisi inilah yang mendorong perlunya pelatihan pengelolaan misinformasi oleh anak muda dalam hal ini GERCEP. 

"Anak muda akan mendapatkan pengetahuan mengenai situasi COVID saat ini. Peran pemuda sebagai agen perubahan, hak partisipasi pemuda dalam hak asasi manusia, kemampuan komunikasi yang santun, perubahan perilaku, cara mencari fakta benar dari misinformasi, dan pembuatan konten yang menarik," kata Nurcholis Madjid, konsultan vaksin dan imunisasi UNICEF. 

Sementara itu Edi Nurwahyu Julianto dari Jurnalis Sahabat Anak melatih para anak muda itu membuat konten kreatif yang berkaitan dengan protokol kesehatan agar terhindar dari COVID-19. Konten kreatif dapat berupa tulisan, foto, audio, dan video.

"Agar tepat sasaran saat membuat konten harus menentukan kalangan yang dituju, lalu tujuan yang dicari, pesan yang ingin disampaikan, dan platform yang dipakai," kata Edi.

Ada tiga faktor utama dalam konten yaitu adanya interaski dua arah dari komunikator dan komunikan. Kemudian harus ada keterikatan atau hubungan yang dekat dan akrab. Terakhir memiliki sasaran individu secara khusus.

Dalam pelatihan singkat ternyata ada tiga anak muda yang mampu membuat konten kreatif lewat gambar dan tulisan hanya dalam waktu 10 menit.

Di sesi lainnya Rina Purwaningsih, Koordinator Program Yayasan Kalandara mengajak para anak muda itu menyampaikan komunikasi yang efektif dan efisien.

"Menyampakan informasi harus memahami kalangan yang disasar. Bahasa untuk kalangan remaja dan orang tua jelas berbeda. Pilih cara yang tepat  agar pesan yang ingin disampaikan dapat mudah diterima," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved