Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Konflik Rusia dan Ukraina

Benarkah Ukrania Tembaki Warganya Sendiri dan Sengaja Dijadikan Persia dari Serangan Rusia?

Dalam perang saling klaim menewaskan lawan atau merusak alat perang adalah hal biasa.

Sergei SUPINSKY / AFP
Ilustrasi 

TRIBUNJATENG.COM, KIEV -- Dalam perang saling klaim menewaskan lawan atau merusak alat perang adalah hal biasa.

Termasuk memperlihatkan tawanan sebagai bukti dan membuat skenerio yang bisa dipakai sebagai psy war kepada publik.

Pendukung Rusia pun mengklaim bahwa Ukrania sengaja mengorbankan warganya sebagai perisai. Bahkan tak tanggung-tanggung, mereka yang sengaja keluar mengungsi ditembak.

Bahkan telah ditemukan kuburan masal, benarkah?

Perang Rusia-Ukraina masih terus berlangsung hingga kini.

Selama perang berlangsung, banyak berita dan media dari kedua belah pihak yang saling menjatuhkan satu sama lain.

Beberapa waktu yang lalu, video seorang pilot Rusia yang tampak mengaku diperintahkan untuk menyerang target sipil tersebar di media Ukraina.

Selama konferensi pers yang disiarkan oleh Interfax Ukraina, pilot, yang menyebut namanya sebagai Maxim Krishtop

Dia menjelaskan bagaimana dia mengetahui dan menjalankan perintahnya, sebelum ditembak jatuh pada 6 Maret dan ditangkap oleh pasukan Ukraina.

Dilansir Newsweek pada Jumat (11/3/2022), dia mengatakan, "Dalam proses menyelesaikan tugas, saya menyadari bahwa targetnya bukan fasilitas militer musuh, tetapi bangunan tempat tinggal, orang-orang yang damai.”

"Tapi saya melaksanakan perintah pidana," kata Krishtop, seorang letnan kolonel dan wakil komandan Resimen Penerbangan ke-47, menambahkan bahwa dia ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Ukraina dan ditawan.

Dia mengklaim melakukan tiga misi pengeboman di Ukraina.

Beberapa di antaranya melibatkan FAB-500, bom yang dijatuhkan dari udara era Soviet dengan hulu ledak berdaya ledak tinggi.

"Saya menyadari besarnya kejahatan yang dilakukan oleh saya.

Saya ingin meminta maaf kepada seluruh rakyat Ukraina atas kemalangan yang kami bawa kepada mereka," katanya.

Dia pun mengeklaim akan akan melakukan segala daya untuk mengakhiri perang ini secepat mungkin, dan membawa mereka yang bertanggung jawab atas genosida Ukraina ke pengadilan.

"Saya juga mendesak semua personel militer Federasi Rusia untuk berhenti melakukan kejahatan militer terhadap rakyat Ukraina yang damai."

Dia menyimpulkan dengan mengatakan: "Saya pikir kita telah kalah dalam perang ini."

Krishtop muncul dalam barisan tiga perwira Rusia yang diklaim Ukraina telah ditangkap dan dibawa untuk berbicara kepada media.

Sementara itu, Rusia menuduh Ukraina menganiaya tahanan, dan mengatakan bahwa personelnya yang secara terbuka menolak misi tersebut berbicara di bawah tekanan, klaim yang ditolak Ukraina.

Sebaliknya, ada pula pihak yang bersaksi bahwa pasukan Ukraina melakukan kekejaman.

Melansir Sputniknews.com, Minggu (13/3/2022), menurut Republik Rakyat Lugansk (LPR), pasukan Ukraina di dekat pemukiman Popasnaya menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.

Mereka membunuh siapa saja yang berusaha melarikan diri.

Pasukan LPR telah menemukan lokasi pembunuhan massal di wilayah yang baru saja dibebaskan dari pasukan Ukraina, milisi mengumumkan pada hari Minggu.

Lokasi-lokasi itu terletak di dekat rel kereta api, menurut sebuah pernyataan yang diterbitkan di Telegram.

Pasukan LPR dan DPR (Republik Rakyat Donetsk) telah merebut kembali wilayah republik dan memaksa militer Ukraina keluar sejak 24 Februari, ketika Rusia meluncurkan operasi khusus di Ukraina.

Pasukan Rusia telah menargetkan infrastruktur militer Ukraina dengan senjata presisi, menghilangkan 3.593 objek militer.

Presiden Vladimir Putin menyatakan bahwa operasi itu dimulai untuk menghentikan kampanye militer selama delapan tahun yang dilakukan oleh Kiev.

Putin mengatakan bahwa pihak berwenang Ukraina sedang melakukan genosida terhadap rakyat Donbass.

Dia menekankan bahwa Rusia bertujuan untuk de-Nazifikasi dan demiliterisasi Ukraina.

Dia juga menambahkan bahwa para pelaku kejahatan perang di Donbass harus bertanggung jawab. (Intisari Online)

Sumber: Intisari
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved