Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Konflik Rusia dan Ukraina

Pilot Rusia yang Ditawan Ukraina Mengaku Diperintah Serang Target Sipil

Pilot yang menyebut namanya Maxim Krishtop itu muncul dalam barisan tiga perwira Rusia yang diklaim Ukraina telah ditangkap dan dibawa untuk berbicara

Editor: m nur huda
AP PHOTO/EFREM LUKATSKY
Tentara Ukraina berjalan melewati puing-puing truk militer yang terbakar di jalan di Kiev, Sabtu (26/2/2022). Pasukan Rusia menyerbu ke arah ibu kota Ukraina dan pertempuran jalanan pecah saat pejabat kota mendesak penduduk untuk berlindung. 

TRIBUNJATENG.COM - Sebuah video yang menayangkan seorang pilot Rusia mengaku diperintahkan untuk menyerang target sipil tersebar di media Ukraina.

Pilot yang menyebut namanya Maxim Krishtop itu muncul dalam barisan tiga perwira Rusia yang diklaim Ukraina telah ditangkap dan dibawa untuk berbicara kepada media.

Selama konferensi pers yang disiarkan Interfax Ukraina, pilot itu menjelaskan bagaimana dia mengetahui dan menjalankan perintahnya, sebelum ditembak jatuh pada 6 Maret, dan ditangkap oleh pasukan Ukraina.

"Dalam proses menyelesaikan tugas, saya menyadari bahwa targetnya bukan fasilitas militer musuh, tetapi bangunan tempat tinggal, orang-orang yang damai. Tapi saya melaksanakan perintah,” katanya, sebagaimana dilansir Newsweek, Jumat (11/3).

Letnan kolonel dan wakil komandan Resimen Penerbangan ke-47 Rusia itu menambahkan, dia ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Ukraina dan ditawan.

Krishtop mengklaim melakukan tiga misi pengeboman di Ukraina. Beberapa di antaranya melibatkan FAB-500, bom yang dijatuhkan dari udara era Soviet dengan hulu ledak berdaya ledak tinggi.

"Saya menyadari besarnya kejahatan yang saya lakukan. Saya ingin meminta maaf kepada seluruh rakyat Ukraina atas kemalangan yang kami bawa kepada mereka," ucapnya.

Ia pun mengeklaim akan akan melakukan segala daya untuk mengakhiri perang itu secepat mungkin, dan membawa mereka yang bertanggungjawab atas genosida Ukraina ke pengadilan.

"Saya juga mendesak semua personel militer Federasi Rusia untuk berhenti melakukan kejahatan militer terhadap rakyat Ukraina yang damai. Saya pikir kami telah kalah dalam perang ini," tukasnya.

Sementara, Moskow menuduh Kyiv menganiaya tahanan, dan mengatakan bahwa personelnya yang secara terbuka menolak misi tersebut berbicara di bawah tekanan. Namun, klaim itu ditolak Ukraina.

Konferensi pers dilakukan di tengah banyak laporan tentang kemunduran moral di antara staf militer Rusia, dan anekdot tentang berapa banyak yang percaya bahwa mereka ditipu untuk berperang di Ukraina.

Pekan lalu, video yang belum terverifikasi menunjukkan seorang tawanan perang Rusia mengklaim bahwa militer Rusia menembak diri mereka sendiri yang terluka.

Video lain yang diedarkan pihak berwenang Ukraina tampaknya menunjukkan tentara Rusia menangis menyesali kehadiran mereka dalam konflik tersebut.

Rekaman dari media sosial lainnya menunjukkan seorang tentara Rusia mengeluh bahwa dia dan rekan-rekannya telah ditinggalkan sebagai 'umpan meriam' oleh atasan mereka.

Beberapa video yang diunggah oleh Dinas Keamanan Ukraina ditujukan untuk meningkatkan perlawanan warga Rusia terhadap perang. Publikasi itupun mendapat sorotan terkait dengan masalah etika.

"Anda tidak boleh mempublikasikan gambar tawanan perang di mana mereka dapat dikenali," kata Marco Sassoli, seorang profesor hukum internasional di Universitas Jenewa, kepada CBC.

Konvensi Jenewa menyatakan, tahanan harus diperlakukan dengan bermartabat dan tidak diekspos oleh rasa ingin tahu publik, seperti gambar yang beredar di media sosial. (Kompas.com/Tribun Jateng Cetak)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved