Webinar Bersama Megawati

3 Kerugian Orang Kena Stunting Versi Kepala BKKBN Hasto Wardoyo

Secara sederhana, Hasto menyebut bahwa ada tiga kerugian yang dialami orang yang menderita stunting, yakni tidak tinggi, tidak cerdas, dan tidak sehat

TRIBUN JATENG
Tribunnews dan Tribun Jateng menggelar Webinar dengan tema "Mencegah Stunting untuk Generasi Emas", Kamis (17/3) ini pukul 13.30 sampai selesai. 

TRIBUNJATENG.COM - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut ada 3 kerugian orang kena stunting.

Secara sederhana, Hasto menyebut bahwa ada tiga kerugian yang dialami orang yang menderita stunting, yakni tidak tinggi, tidak cerdas, dan tidak sehat.

“Yang penting saya ingatkan, gara-gara stunting, orang tidak tinggi. Stunting pasti pendek, meskipun pendek belum tentu stunting. Kemudian tidak cerdas. Selanjutnya mudah sakit-sakitan meski belum terlalu tua, di umur 45 tahunan ke atas. Dia jadi central obesity, gemuk tapi di tengah. Hati-hati, bisa mengalami metabolic disorder. Mudah kena hipertensi, kencing manis,” ungkap dia.

Hasto mengatakan, selain faktor penyebab langsung, di antaranya yakni kurang asupan gizi, stunting juga disebabkan oleh faktor tidak langsung.

Di antaranya ialah kondisi rumah yang kumuh dan kekurangan air bersih.

“Di negara kita masih banyak rumah kumuh. Akibatnya anak jadi mudah diare. Berat badan baru mau naik, sudah kena diare. Kemudian juga bisa kena TBC,” kata dia.

Di era bonus demografi ini, penanganan permasalahan stunting harus dimaksimalkan.

Menurut Hasto, peluang untuk mewujudkan Indonesia Emas yang kaya dan sejahtera adalah saat ini.

“Tapi kalau tidak bisa dimanfaatkan, begitu lewat ya sudah,” tutur dia.

Sebagai bagian dari strategi BKKBN untuk mencegah stunting, lanjut Hasto, pihaknya gencar menyosialisasikan imbauan pada calon pengantin untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, terutama kadar hemoglobin (Hb) dalam darah.

Sosialisasi ini ia lakukan hingga pelosok-pelosok daerah.

Hasto menyebut, pola pikir sebagian masyarakat mengenai pernikahan perlu dibenahi untuk melahirkan generasi yang lebih baik.

“Sebagai contoh, saya ke NTT blusukan ke Sumba Barat Daya. Ternyata di sana orang 
prewedding mahal, tapi tidak memikirkan prekonsepsi (persiapan sebelum bertemunya sperma sama telur). Maharnya mahal, orang justru terbebani itu. Di kita juga umumnya kalau mau menikah yang dipikirkan tenda, resepsi, foto sana foto sini. Tapi bagaimana kalau calon istri anemia tidak dipikirkan,” ucap dia.

Dalam kunjungannya ke desa-desa, Hasto biasa mengingatkan para pasangan calon pengantin untuk cek HB sebelum menikah.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved