Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI

OPINI Seto Galih Pratomo : Penguatan Nasionalisme Cegah Terorisme

FENOMENA terorisme, radikalisme, dan sebagainya yang kerap terjadi di Indonesia, merupakan suatu ancaman serius bagi keuntuhan NKRI

KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI
Petugas Densus 88 

Oleh Seto Galih Pratomo
Alumni Ponpes Tebuireng Jombang
Mahasiswa Fakultas Hukum UII

FENOMENA terorisme, radikalisme, dan sebagainya yang kerap terjadi di Indonesia, merupakan suatu ancaman serius bagi keuntuhan NKRI.

Ada penangkapan dan penembakan terhadap tersangka teroris di Sukoharjo. Kemudian belakangan ini masih ada lagi penangkapan terduga teroris oleh Densus 88 di Jawa Tengah.

Sesuai UU No. 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme dan UU No. 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi pedoman dan payung hukum aparat untuk bertindak.

Tersangka terorisme di Sukoharjo yang ditembak Densus 88, merupakan aktivis Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) yang diduga oleh Polri sebagai organisasi yang berafiliasi dengan Al Qaida. Organisasi tersebut kerap memberangkatkan WNI ke Suriah untuk latihan terorisme.

Mempertentangkan

Hingga kini masih ada sekelompok orang yang mempertentangkan antara agama dan negara. Melawan negara dengan selimut agama juga kemanusiaan, agar terlihat baik dan banyak orang yang tertarik.

Benar, banyak orang yang tertarik akan modus tersebut, khususnya anak muda terlebih mereka yang duduk di bangku kuliah atau universitas.

Memang membuat miris. Penulis sebagai generasi muda juga merasakan hal itu. Maka perlu deradikalisasi atau penguatan cinta tanah air kembali untuk mencegah terorisme.

Banyak anak muda yang mendadak tertarik akan agama dan mencari tahu agama bahkan tanpa guru. Hanya sekedar searching dan menonton vidio youtube, ia berani untuk bersuara dan mengajak teman-temannya mengikuti langkahnya yang tanpa dasar tersebut.

Trennya sebut saja ada komunitas di media sosial dengan tujuan baik untuk memperdalam agama tapi caranya salah dan kesalahan terbesar memilih guru yang salah yang dibalut akan agama yang baik namun menyesatkan. Bahkan mengancam keutuhan negara.

Salah satu faham mereka, cinta tanah air tidak ada dalilnya. Juga orang yang sepaham dengan mereka. Mereka menyebut hubbul wathan minnal iman adalah hadits palsu, bahkan palsu super.

Ya maklum, mungkin belum tahu asbab atau asal muasal Hubbul Wathan minnal iman atau cinta tanah air sebagian dari iman. Kalimat tersebut digaungkan oleh Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan Pesantren Tebuireng, Hadratussyaikh KH. M Hasyim Asy’ari untuk menyemangati rakyat Indonesia dalam mempertahankan tanah air dan mengusir penjajah.

Dalil Nasionalisme

Bila ditelisik kembali, kalimat tersebut sejalan dan disyariatkan oleh Allah SWT juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Tidak seperti kata mereka yang tidak ada dalilnya dan bid’ah, tidak perlu dilakukan. Mereka hanya melihat kulitnya saja, tapi tidak melihat kontekstual.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved