Ramadhan 2022
4 Tempat Ngabuburit Asyik di Kota Semarang, Bisa Sambil Belajar Sejarah, Luna Maya Pernah ke Sini
Masjid Jami Pekojan memiliki tradisi unik saat ramadan berupa menyajikan Bubur India bagi jamaah masjid
Penulis: iwan Arifianto | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Kota Semarang memiliki banyak Masjid yang cocok dikunjungi untuk menunggu waktu berbuka atau ngabuburit.
Berikut Tribunjateng.com merangkum Masjid di Kota Semarang yang patut dikunjungi selama bulan ramadan.
Tak hanya karena keindahan Masjid, tempat tersebut layak dikunjungi lantaran ada tradisi yang dilakukan hanya ditemui saat bulan suci.
1. Masjid Kapal

Masjid Safinatun Najah sering disebut sebagai Masjid Kapal.
Masjid tersebut dibangun pada pertengahan 2015.
Lokasi masjid memang berada di sisi barat Kota Semarang yang berbatasan dengan Kendal.
Tepatnya berada di Jalan Kyai Padak, Kelurahan Podorejo, Kecamatan Ngaliyan.
Butuh energi lebih semisal hendak mengunjungi tempat ini saat dari pusat kota Semarang.
Akan tetapi ketika sampai di tempat itu tak akan menyesal sebab selain disuguhkan arsitektur masjid yang unik berbentuk kapal, pemandangan sekitar menjadi bonus.
Apalagi ketika naik rooftop masjid maka dapat menikmati panorama alam seperti perbukitan dan sawah.
Bangunan masjid milik Yayasan Safinatun Najaat, Pekalongan itu memiliki 3 lantai.
Masjid seluas 2.500 meter persegi itu dibangun layaknya perahu dengan panjang 50 meter, lebar 17 meter, dan tinggi 14 meter.
Masjid itu sengaja dibentuk menyerupai kapal dengan jendela berbentuk bulat, puritan, haluan, dan berbagai aksesoris kapal lainnya.
"Iya selama ramadan biasanya ramai saat sore hari, sini tiket juga murah hanya Rp3.000," ujar petugas masjid kapal, Jatmiko kepada Tribunjateng.com, Kamis (31/3/2022).
Ia menyebut, tak ada acara khusus selama ramadan di masjid kapal.
Hanya saja operasional akan menyesuaikan pengunjung yang datang.
"Ya ngabuburit sini sore-sore masih bisa belum tutup," jelasnya.
Para pengunjung juga tak perlu khawatir mencari menu berbuka sebab banyak para pedagang yang berjualan di depan masjid.
"Tetap buka saat ramadan, tapi warung depan masjid bukan yang di dalam. Kalau warung di area dalam masjid pada tutup," ucap seorang pedagang di Masjid Kapal, Rojanah.
Ia mengaku, sudah jualan di masjid kapal sejak masjid berdiri.
Ketika awal masjid itu dibuka untuk wisatawan sangat ramai dikunjungi oleh para wisatawan dari berbagai kota.
"Luna Maya juga pernah ke sini," terangnya.
Kondisi masjid kapal sekarang masih ramai meskipun jumlah pengunjung berkurang.
"Ramainya tanggal merah sama akhir pekan," katanya.
2. Masjid Pekojan

Masjid Jami Pekojan memiliki tradisi unik saat ramadan berupa menyajikan Bubur India bagi jamaah masjid.
Masjid berada di Jalan Petolongan I, Kelurahan Purwodinatan, Semarang Tengah.
Masjid Jami Pekojan yang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya sejak 4 Februari 1992 itu telah turun temurun menyediakan
bubur India jelang berbuka puasa.
Ketua Takmir Masjid, Ali Baharun mengatakan, setiap harinya pengurus masjid mengolah sekitar 15 hingga 20 kilogram Bubur India yang disajikan untuk 150 hingga 200 mangkuk.
Dananya pun berasal dari para donatur masjid.
Bubur yang terbuat dari campuran beras ini disajikan kepada warga secara cuma-cuma alias gratis sebagai hidangan berbuka puasa.
Setiap mangkuk dihidangkan sepaket dengan segelas susu coklat atau teh hangat, kurma dan buah semangka.
"Sebelum pandemi juga sama jumlahnya tidak ada pengurangan," tuturnya.
3. Masjid Layur

Masjid Layur berada di Jalan Layur, Dadapsari, Semarang Utara, Kota Semarang.
Singgah di masjid itu ketika menjelang waktu berbuka puasa, maka akan
tercium aroma gurih kopi arab legendaris.
Kopi itu terasa hangat di tenggorokan dan hangat di perut sangat cocok sekali untuk menu berbuka puasa.
Tak hanya kopi arab, ada menu lain yang dihidangkan atau takjil berupa kurma dan jajanan pasar.
Disediakan pula nasi lauk dan makanan lainnya.
Jemaah Masjid Layur,Tohir mengatakan, kopi arab terbuat dari olahan rempah-rempah dan kopi.
Rempah-rempah berupa campuran jahe, daun jeruk, daun pandan, kapulogo dan lainnya.
Pemanis kopi berasal dari gula jawa.
"Jadi rasanya hangat dan beraroma khas.
Jika ingin mencicipi mampir saja jelang waktu berbuka," paparnya.
Dia menambahkan, suguhan kopi arab jelang berbuka puasa sudah ada sejak dulu.
Tepatnya saat masjid layur berdiri.
"Dari dulu sekali sudah jadi tradisi bagi warga sekitar masjid," jelasnya.
Masjid tersebut dibangun tahun 1802.
Ciri khas masjid berupa menara sehingga kerap disebut masjid menara.
Pengamatan Tribunjateng.com, Masjid Layur semakin terawat.
Bangunan masjid terutama bagian menara tampak baru saja direnovasi.
Bangunan masjid telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemkot Semarang pada tahun 1992.
Sayangnya, bangunan cagar budaya tersebut terancam dengan penurunan muka tanah di kawasan pesisir.
Masjid tersebut terdiri dari dua lantai saat dibangun oleh saudagar dari Yaman.
Namun karena lantai satu sering banjir akhirnya diurug.
Kini tinggal satu lantai yang tersisa.
Lantai yang amblas saat ini dikosongkan, sebelumnya lantai tersebut digunakan untuk kegiatan belajar mengaji anak-anak.
"Saat musim hujan kawasan Masjid Layur memang sering kebanjiran," terang Pengurus Masjid Layur, Ali Mahsun.
Dia mengatakan, penurunan tahan di area masjid memang kian terasa.
Belasan tahun lalu pihaknya sempat meninggikan tanah masjid.
"Sekitar 20 tahun lalu terakhir lantai 1 masjid masih bisa digunakan," terangnya.
4. MAJT

Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di Jalan Gajah Raya, Sambirejo, Gayamsari, Kota Semarang tentu sudah sangat akrab bagi warga Semarang dan sekitarnya.
Namun tak banyak yang tahu bahwa masjid itu memiliki Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah yang berada di kompleks MAJT.
Museum berada di lantai 3 menara Al Husna. Di musem itu menyimpan segudang peninggalan sejarah Islam sehingga layak dikunjungi untuk menunggu waktu berbuka puasa.
Humas MAJT Benny Arief Hidayat mengatakan, Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah menyimpan beragam karya ulama besar khususnya di Jateng.
Karya Kiai Sholeh darat di antaranya yang menjadi unsur penting dalam perkembangan Islam di Jawa bahkan nusantara.
"Ada dua karya Kiai Sholeh Darat yang kami simpan dengan usia memang ratusan tahun," terangnya kepada Tribunjateng.com.
Dia menjelaskan, kedua kitab Kiai Sholeh Darat yang ada di MAJT berfokus mengajar kepada ketauhidan.
"Setahu saya hanya itu namun terkait sejarah Kiai Sholeh darat tak berani menjelaskan lebih detail lantaran ada pihak yang lebih tahu," terangnya.
Menurutnya, tak hanya Kiai Sholeh Darat melainkan ada peninggalan beberapa kitab karangan ulama tersohor di Jateng. Seperti kitab karangan Kiai Ahmad Rifai asal Batang, dan ulama lainnya. Terdapat juga cerita babat jawa dan layang Jati Kusumo.
Total ada lebih 20an kitab namun hanya beberapa saja yang ditampilkan di museum tersebut.
"Kitab itu diperoleh berkat kerja keras tim tujuh terdiri dari para ahli yang bertugas mencari, menemukan,mengumpulkan karya para Kiai," paparnya.
Dia menjelaskan, kondisi kitab yang telah berumur ratusan tahun tersebut kondisinya masih bagus dan selalu rutin dirawat.
Mengingat, koleksi tersebut merupakan manuskrip kuno yang menjadi sumber rujukan utama.
Beberapa kitab di museum yang diresmikan pada 2006 itu tetap dilestarikan sebagai sarana masyarakat dalam mengembangkan pendidikan dan meningkatkan kecintaan terhadap sejarah dan peninggalan ulama di Jawa Tengah.
"Literasi ini sangat penting untuk selalu kami gaungkan baik itu pengetahuan agama maupun pengetahuan yang lainya," terangnya. (Iwn)