Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Happy Ramadhan

Sapri Aziz Hijrah dari Kontrakan untuk Menetap di Masjid 

Bagi mahasiswa perantau lumrah jika tinggal di kos, tapi lain dengan Sapri.

Penulis: budi susanto | Editor: sujarwo
Tribun Jateng/Budi Susanto
Sapri Aziz (23), mahasiswa tingkat akhir jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT) UIN Walisongo Semarang, saat mengajar ngaji anak-anak di lingkungan sekitar Masjid Darussalam Ngaliyan Kota Semarang, beberapa waktu lalu. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Bagi mahasiswa perantau sudah lumrah jika tinggal di kos ataupun mengontrak rumah bersama rekan-rekannya.

Namun, lain halnya dengan pengalaman Sapri Aziz (23), mahasiswa tingkat akhir jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT) UIN Walisongo Semarang.

Mahasiswa asal Cirebon tersebut, justru

Sapri Aziz (23), mahasiswa tingkat akhir jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT) UIN Walisongo Semarang.
Sapri Aziz (23), mahasiswa tingkat akhir jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT) UIN Walisongo Semarang. (Tribun Jateng/Budi Susanto)

memilih tinggal di Masjid Darussalam, yang ada di Ngaliyan, Kota Semarang.

Tak hanya sepekan atau beberapa bulan, Sapri yang merupakan alumni Buntet Pesantren Cirebon itu, sudah tinggal di Masjid Darussalam sejak 2017 silam.

Bukan tanpa sebab Sapri bertahan di Masjid, keterbatasan ekonomi menjadi satu di antara alasan untuknya menetap di tempat ibadah.

Meski demikian, ia tak patah arang dengan kondisi yang ada, ketekunannya membuat pihak Masjid parcaya, kini Sapri ditunjuk untuk menjadi Takmir Masjid Darussalam.

Walaupun dipercaya mengurus Masjid, dengan berbagai kegiatan keagamaan, tapi Sapri tetap bisa membagi waktu dengan dunia perkuliahannya.

Tentunya perjuangan Sapri sangat panjang dan berliku, namun ia tetap melangkah perlahan dan mengahadapi secara sabar.

Sapri juga tetap teguh memegang prinsip Maqolah Sayyidina Ali Al-Maliki,  dalam menjalani kesehariannya.

Menurutnya, prinsip tersebut selalu ia pegang, Sapri percaya, jika ingin pintar harus belajar secara rajin. 

"Berkah ilmu itu didapat dari berkhidmat, dan manfaatnya ilmu bisa terwujud karena ridhonya seorang guru," katanya, Jumat (8/4).

Pemuda ramah itu juga mengatakan, disamping bermanfaat untuk diri sendiri, manusia harus bermanfaat untuk orang lain.

"Setidaknya saya bisa mengabdi di Masjid, dan membantu banyak orang yang melaksanakan ibadah. Hal tersebut juga menjadi pesan kyai saya waktu saya belajar di pondok," paparnya.

Dalam kesehariannya di Masjid, Sapri tak lepas dari kegiatan keagamaan, baik khutbah, shalat, mengaji, membantu bersih-bersih hingg mengajar ngaji anak-anak.

Ia melaksanakan kesehariannya secara iklhas, tanpa mengharapkan imbalan. Meski demikian, ia mengaku selalu mendapatkan berkah.

"Di Masjid ini saya diizinkan tidur di kamar untuk takmir, bahkan saya mendapatkan bisyaroh dari warga Rp 300 ribu," ucapnya.

Baginya nominal bukan segalanya, ia menganggap bisyaroh yang ia dapat merupakan berkah dari sang pencipta.

Sebelum tinggal di Masjid Darussalam, Sapri mengaku sempat tinggal di kontrakan bersama rekan-rekannya.

Namun, karena acapkali tidak bisa mengatur waktu, Sapri memutuskan tinggal di Masjid.

Ia juga mengaku sempat mencoba beberapa pekerjaan, sebelum menjadi Takmir Masjid Darussalam.

"Dari menjual parfum, mengajar ngaji, bekerja di kantor pos. Ojek online, sampai menjadi pekerja di hotel sudah saya lakukan," jelasnya.

Selain menjadi Takmir Masjid Darussalam, Sapri juga aktif dalam kegiatan di kampus.

Bahkan ia sempat menjadi Ketua FKMTHI Jateng-DIY selama 1 periode, serta mengikuti beberapa organisasi seperti UKM JQH Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM).

Tak hanya Sapri, beberapa mahasiswa yang pernah menjalani kehidupan dengan tinggal di Masjid, juga mengatakan mendapatkan ketenangan saat tinggal di Masjid.

Adi Mungkas (25) warga Mijen Kota Semarang satu di antaranya, yang pernah tinggal di Masjid Al Hikmah Ngaliyan selama satu tahun pada 2018.

Meski kini ia sudah tak tinggal di Masjid, alumni Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang itu, masih merasa rindu suasana tinggal di Masjid.

"Kalau rindu ya pasti, karena tinggal di Masjid bisa mendapat ketenangan. Dan bisa menjadi pribadi yang lebih baik," jelasnya.

Diceritakan Adi, awal tinggal di Masjid ia minta izin pengurus Masjid, dan membeberkan alasannya.

"Kalau saya memang tidak punya biaya untuk ngekos waktu itu, dan rumah jauh juga. Jadi kalau setiap hari pulang pergi pasti menghabiskan biaya. Dari situ saya minta izin untuk tinggal di Masjid," ucapnya.

Ia juga menuturkan, membantu segala kegiatan di Masjid menjadi hal utama saat ia tinggal di rumah ibadah tersebut.

"Misalnya mau shalat subuh, saya bangun satu jam sebelum pelaku shalat, dan menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan oleh masyarakat, misalnya menghidupkan sound sistem, hingga bersih-bersih," kata Adi.

Bak mendapatkan durian runtuh, Adi juga dipercaya menjadi takmir masjid, bahkan ia mendapatkan bysaroh dari masyarakat.

"Ya waktu itu dapat bysaroh juga. Sampai sekarang masih rindu suasan malam di Masjid, gimana ya, adem rasanya," tambahnya. (*)

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved